Dampak Positif dari Belajar Daring
Hingga kini, belum ada kejelasan terkait batas akhir waktu belajar daring yang telah dilaksanakan sejak Maret 2020 lalu. Hal ini dikarenakan pandemi COVID-19 masih menghantui Indonesia. Jumlah kasus terkonfirmasi positif virus Corona di Indonesia sudah mencapai 187.537 orang per tanggal 4 September 2020 dengan pertambahan kasus 3.269 positif pada tanggal tersebut menurut sebuah media online.
Oleh karena itu, belajar daring (dalam jaringan ; menggunakan internet) masih menjadi solusi yang paling baik untuk menghadapi situasi ini. Perlu diingat bahwa persebaran virus Corona semakin meluas setiap harinya. Jika pembelajaran tetap dipaksakan untuk dilaksanakan di ruang kelas, itu artinya kita akan membahayakan kesehatan para instrumen pendidikan seperti guru, siswa, dan petugas sekolah lain. Kita mempertaruhkan nyawa mereka dengan sesuatu yang sebenarnya dapat dicari jalan keluarnya, yaitu melakukan pembelajaran daring untuk sementara waktu.
Kesalahan Persepsi Terkait Belajar Daring
Selama ini, banyak yang mengelukan perbedaan pandangan mengenai kebijakan belajar daring. Opini yang kebanyakan beredar ialah mengenai perbandingan pusat perbelanjaan yang membuka operasionalnya dengan sekolah yang masih ditutup dan dialihkan ke belajar daring. Beberapa pihak yang mendukung opini bahwa jika pusat perbelanjaan dibuka maka sekolah juga harus dibuka, pada akhirnya kurang mendukung terjadinya pembelajaran daring. Sesungguhnya, kedua hal tersebut tidak bisa menjadi sebuah perbandingan yang imbang. Keduanya merupakan hal dengan urgensi berbeda.
Pusat perbelanjaan atau mall pada hakikatnya berfungsi sebagai salah satu tempat berputarnya perekonomian masyarakat. Dalam kata lain, dalam sebuah mall terdapat sejumlah orang yang menggantungkan hidupnya disana. Dan selama pandemi COVID-19 terjadi, seluruh negara yang terkena dampaknya mengalami kekacauan perekonomian berkepanjangan.
Pada awalnya, kita mengetahui bahwa pemerintah pusat sudah mencoba untuk menutup operasional mall, tetapi kemudian memunculkan konsekuensi banyaknya karyawan yang diputus kontrak kerjanya karena mall tidak beroperasi. Kalangan masyarakat yang menjadi tombak perilaku konsumtif juga tidak membelanjakan uangnya akibat mall tutup. Alhasil, bayang-bayang akan inflasi semakin menghantui Indonesia, sehingga pemerintah memutuskan untuk membuka kembali pusat-pusat perdagangan agar roda perekonomian tetap berjalan.
Sekolah sebagai pondasi pendidikan Indonesia juga sama pentingnya. Hanya saja, fungsinya masih bisa dicari jalan keluarnya yaitu dengan belajar daring. Murid sekolah, terutama siswa SD, menjadi salah satu generasi yang paling rentan terkena virus Corona. Pergi ke sekolah merupakan sebuah keharusan, sedangkan pergi ke mall adalah sebuah pilihan dan orang tua bisa mengontrol anaknya agar tidak ke mall. Itulah alasannya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia masih mengalihkan pembelajaran tatap muka di kelas menjadi daring untuk waktu yang belum ditentukan.
Di balik pro dan kontra-nya yang masih bergulir di masyarakat, belajar daring sesungguhnya memiliki beragam dampak positif bagi guru, siswa, maupun orang tua siswa. Simak penjelasannya di bawah.
Belajar Daring Jadi Mahir Teknologi.
Namanya adalah belajar daring, jadi sudah pasti menggunakan teknologi sebagai media pendukungnya. Teknologi sebenarnya bukanlah hal baru bagi manusia, tetapi tidak semua orang mampu memahami penggunaan seluruh fitur yang ada dengan piawai dan cepat, baik itu guru maupun siswa. Awalnya mungkin akan terasa berat karena siswa tak hanya mempelajari materi belajar tetapi juga aplikasi yang digunakan. Sebagian guru juga mungkin bingung dalam memilih aplikasi yang sebaiknya digunakan dalam menyampaikan materi belajar pada awalnya.
Tetapi itu semua hanya terjadi di awal saat masa transisi terjadi. Ketika masa itu sudah dilewati maka guru dan siswa menjadi seorang yang mahir berteknologi. Harus selalu diingat bahwa alah bisa karena biasa, dan akan ada pelangi setelah datangnya hujan. Jadi, jangan menyerah untuk mempelajari teknologi yang dibutuhkan saat belajar daring, ya.
Belajar Daring Melatih Kesabaran.
Belajar daring ternyata dapat melatih kesabaran seluruh instrumen pendidikan yang terlibat tanpa terkecuali. Sebagai contoh, belajar daring menggunakan teknologi sebagai media utama penghubung guru dengan siswa, karena itulah kita harus memahami terlebih dahulu teknologi yang dipakai untuk belajar. Baru memulainya saja kita sudah dilatih kesabarannya dalam mempelajari dengan baik terkait pengoperasian teknologi tersebut; Zoom Meeting, Google Classroom, Quizziz, dan lainnya.
Tak hanya sampai disitu, kita juga harus bersabar untuk menghadapi perubahan kebiasaan yang mau tidak mau harus dilakukan. Kita sangat mengetahui bahwa mengubah perilaku sehari-hari sangatlah sulit jika tidak diimbangi dengan perasaan yakin. Oleh karena itu, kita harus terus meyakinkan diri bahwa kita bisa melakukan pembelajaran daring agar semakin terbiasa dan tidak terbebani.
Belajar Daring Menambah Keakraban Orang tua dan Anak.
Salah satu alasan orang tua memprotes kegiatan belajar daring yaitu keharusan orang tua untuk berperan sebagai pengganti kehadiran guru di rumah. Para orang tua merasa keberatan karena mereka memiliki pekerjaan di pagi hari sehingga tidak bisa mengawasi anaknya belajar.
Persepsi ini tentu salah kaprah, karena jika memang orang tua sibuk bekerja di pagi hari maka pengawasan terhadap proses belajar anak dapat dilakukan ketika malam hari. Mengawasi anak tidak harus selalu pada jam belajar daring mereka dimulai. Orang tua dapat memulainya dengan cara membuat kegiatan review materi belajar anak ketika orang tua sudah di rumah.
Sesungguhnya, pengawasan orang tua terhadap proses belajar anak tidak hanya diterapkan saat pandemi saja. Jauh sebelum pandemi, kegiatan ini seharusnya juga sudah dilaksanakan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia, Nadiem Makarim, mengatakan bahwa waktu orang tua untuk anak tak akan pernah bisa disubstitusi bahkan oleh guru atau sekolah terbaik sekalipun, terutama jika anak masih kecil.
Jika peran orang tua, baik ibu maupun bapak, dapat berjalan dengan baik maka hal itu akan menambah keintiman hubungan orang tua dengan anak. Selama ini mungkin banyak orang tua yang kurang memperhatikan proses belajar anak karena menyerahkan sepenuhnya kepada guru di sekolah. Dengan hadirnya belajar daring ini, ikatan orang tua dan anak akan semakin dekat karena interaksi yang dibutuhkan anak dari orang tua harus tersedia lebih dari biasanya.
Belajar Daring Membuat Kita Lebih Menghargai Kelas Nyata
Sebelum pandemi COVID-19 melanda, kita mungkin selalu meracau tentang kesenangan yang akan kita dapatkan jika kita hanya tinggal di rumah saja. Tidak bangun pagi untuk ke sekolah, tidak bertemu guru yang galak, tidak bertemu murid yang sulit dinasehati. Hanya ingin tidur di rumah di kasur tercinta.
Bagai buah simalakama, sekarang kita merasakan betapa menderitanya tidak bisa bebas ke luar rumah. Kita pun merindukan kegiatan yang dulu bisa dilakukan tanpa penuh kekhawatiran. Bisa mengobrol dengan teman kelas, bisa bergurau dengan sesama guru di waktu istirahat, bisa menikmati makanan kantin yang lezat. Lebih tepatnya, kita merindukan serunya bersekolah. Kerinduan yang kita rasakan membuat kita akan semakin menghargai keberadaan kelas jika pandemi telah usai.
Hikmah Dibalik Peristiwa
Seperti kata pepatah, “selalu ada hikmah dibalik segala peristiwa”. Jadi, selama virus Corona belum menghilang dari Indonesia, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menaati aturan yang ada, termasuk selalu bersemangat dalam menjalani belajar daring. Percayalah, ketika sebuah aturan sudah dirancang maka akan berdampak positif untuk masyarakat luas.
Demikian artikel mengenai dampak positif dari belajar daring. Ikuti blog.kejarcita.id untuk mendapatkan kumpulan artikel seputar pendidikan jarak jauh, usaha sosial dan inovasi teknologi.