Contoh Penilaian Aspek Kognitif Siswa Selain Tes Tertulis
Penilaian pembelajaran adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis serta mengukur kemampuan siswa secara sistematis dan berkesinambungan. Tujuannya agar tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat terlihat.
Kegiatan penilaian pembelajaran dalam proses pendidikan wajib dilaksanakan, karena dengan proses penilaian ini seorang pendidik dapat melihat sejauh mana tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Penilaian pembelajaran ini juga dapat sebagai bukti pertanggungjawaban seorang guru sebagai pelaksana pendidikan terhadap orang tua peserta didik. Karena bagaimanapun juga pendidik utama seorang anak adalah orang tua mereka, adapun guru disini berperan sebagai partner dalam proses pendidikan.
Adapun aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Aspek kognitif menitikberatkan proses penilaian untuk mengukur pengetahuan peserta didik, sedangkan aspek afektif untuk mengukur sikap dan kepribadian siswa adapun psikomotor untuk mengukur keahlian dan keterampilan siswa.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa penilaian pembelajaran dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan siswa sedangkan kata evaluasi sendiri dapat disinonimkan dengan kata tes dan pengukuran. Menurut Kaufman Dab Thomas sebagaimana dikutip oleh Rusijono Rusijono dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran, (1991) bahwa tes adalah pemberian tugas yang bertujuan untuk mengumpulkan data, dan pengukuran adalah teknik atau metode untuk membandingkan data, sedangkan evaluasi adalah penggunaan hasil tes dan pengukuran untuk keperluan tertentu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, ketika guru memberikan tugas ulangan atau ujian kepada siswa maka proses tersebut dapat dikatakan sebagai tes, setelah hasil pekerjaan siswa di koreksi oleh guru maka disitu guru melakukan pengukuran hasil siswa dengan kriteria penilaian guru, dari proses ini guru dapat menganalisa dan mengambil kesimpulan sejauh mana tingkat keberhasilan proses belajar siswa. Tes ini dapat dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dari segi aspek kognitif, karena tes dilakukan dengan memberikan beberapa soal untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap materi yang telah diberikan
Di sekolah formal kebanyakan para pendidik melakukan proses penilaian pembelajaran dengan melakukan ulangan atau ujian, baik itu ujian semester ganjil maupun ujian semester genap, pada ujian ini guru melakukan penilaian dengan memberikan tes secara tertulis. Secara sederhana tes tertulis dapat mengukur kemampuan siswa secara keseluruhan dan dalam waktu yang bersamaan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak untuk melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Di sisi lain siswa pun dapat memberikan jawaban yang terbaik karena mereka mempunyai waktu yang relatif lebih lama untuk memikirkan jawaban yang akan diberikan.
Namun selain tes tertulis terdapat contoh penilaian pembelajaran yang lain untuk mengukur aspek kognitif siswa yaitu tes lisan dan penugasan.
Tes Lisan
Secara sederhana tes lisan yaitu tes yang dilakukan secara lisan antara siswa dan guru (pendidik). Tes ini sangat bermanfaat untuk menguji siswa pada aspek yang berkaitan dengan komunikasi, tes ini juga dapat dilakukan secara individual dan kelompok.
Tes lisan memiliki kesamaan dengan tes tertulis, hanya saja terdapat perbedaan pada pelaksanaannya. Tes lisan dilakukan secara lisan yaitu dengan cara berkomunikasi atau tanya jawab antara siswa dan guru sebagai tester, adapun materi yang di tes sama dengan tes tulis, yaitu dari aspek kognitif siswa (mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan). Semua tes ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Adapun kelebihan tes secara lisan yaitu
- Dapat mengetahui kemampuan siswa secara langsung, baik kemampuannya dalam menguasai materi pelajaran atau kemampuannya dalam mengemukakan pendapat
- Tidak ada kesempatan untuk menyontek karena siswa menjawab secara langsung
- Hasil tes dapat diketahui peserta didik secara langsung
- Bagi siswa yang memiliki taraf berfikir agak lambat dapat mengkonfirmasi ulang soal yang diberikan apabila siswa belum memahaminya.
Kekurangan Tes Secara Lisan, adalah:
- Penguji mempunyai kesempatan untuk menyimpang dari materi atau bahan ajar yang mau diujikan.
- Lebih memungkinkan terjadinya ketidakadilan antar peserta didik, karena subjektivitas penilaian.
- Membutuhkan waktu pelaksanaan yang relatif lebih lama karena melakukan pengujian secara secara langsung
- Siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat
- Penilaian secara subjektivitas lebih berpeluang terjadi dibandingkan dengan tes yang dilakukan secara tertulis.
Berikut ini beberapa petunjuk yang bisa dijadikan acuan untuk meminimalisir adanya kekurangan dalam pelaksanaan tes lisan.
- Sebelum pelaksanaan tes tertulis, hendaknya guru sudah meng-inventarisasi-kan jenis-jenis soal yang akan diajukan pada siswa, sehingga memiliki validitas yang tinggi, dari isi maupun konstruksinya.
- Selain menyiapkan butir soal guru juga harus menyiapkan jawabannya secara langsung.
- Jangan menentukan skor hasil tes setelah siswa menjalani tes secara lisan.
- Hendaknya tes yang dilakukan tidak berubah menjadi diskusi, tapi tetap evaluasi.
- Demi objektifitas dan keadilan, guru tidak boleh memberikan clue untuk membantu siswa, dengan memancing kata atau kalimat yang mengarah kepada jawaban soal dikarenakan rasa simpati atau kasihan pada siswa.
- Ciptakan keseimbangan alokasi waktu antara siswa.
- Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya dibuat bervariasi.
- Sebaiknya tes lisan dilakukan secara individual agar mudah melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa secara individu
- Tes lisan yang dilakukan harus disadari guru sebagai cara untuk mengevaluasi hasil belajar para siswa.
Penugasan
Contoh lain dari penilaian pembelajaran dari segi aspek kognitif yaitu penugasan. Penugasan adalah ketika siswa diberikan tugas untuk mengukur kemampuan siswa dengan tujuan meningkatkan pengetahuan siswa. Adapun penugasan yang dilakukan sebelum proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, dan penugasan yang dilakukan setelah proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi.
Sama halnya dengan tes lisan yang dilakukan, tes yang dilakukan dengan penugasan pun memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari penugasan yaitu:
- Pengetahuan yang dipahami oleh siswa dapat bertahan lebih lama karena kemungkinan siswa dapat menemukan hal-hal baru ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
- Siswa memiliki kesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian dalam mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Kekurangan dari penugasan ini adalah:
- Ada peluang untuk meniru hasil kerja siswa lain.
- Terkadang tugas dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
- Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individu, sehingga peluang siswa untuk bekerja sama lebih besar.
Demikianlah contoh penilaian pembelajaran untuk aspek kognitif siswa selain tes tertulis, tes lisan dan penugasan dapat dijadikan alternatif oleh guru dalam melakukan penilaian pembelajaran