Cara Merancang Pemetaan Potensi yang Dimiliki Sekolah Menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
Sekolah merupakan sebuah institusi yang dinamis. Sekolah hendaknya terus dikembangkan untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Ada banyak pendekatan yang bisa digunakan dalam mengembangkan sekolah. Salah satunya adalah pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Tulisan ini selanjutnya akan membahas tentang cara merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset.
Mengenal Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset (PPKBA) ini juga dikenal dengan sebutan pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development). Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset ini merupakan sebuah kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. Keduanya merupakan pendiri dari ABCD Institue di Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat.
Kemunculan pendekatan ABCD ini berawal dari hasil studi yang dilakukan selama 5 tahun terhadap inisiatif pemberdayaan komunitas yang berhasil melalui kepemimpinan berdedikasi yang bisa melakukan transformasi terhadap kondisi ekonomi masyarakat lokal.
Kemunculan pendekatan PKBA ini adalah bentuk kritik terhadap pendekatan yang konvensional yang mendasarkan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang dimiliki oleh komunitas. Menurut pendekatan konvensional tersebut, komunitas dipandang sebagai pihak yang harus dibentuk. Jika menggunakan pandangan ini, bisa dipastikan bahwa anggota komunitas tidak akan pernah mandiri. Mereka menjadi pasif, tidak berdaya, dan selalu bergantung.
Sebaliknya, pendekatan ABCD ini mendorong terciptanya kemandirian pada komunitas. Pendekatan ABCD ini menekankan pada kemandirian komunitas dalam menghadapi setiap tanntangan yang ada, menggunakan kekuatan dan potensi yang ada dalam komunitas tersebut. Dengan demikian, hasilnya tentu lebih berkelanjutan.
Adapun definisi dari PKBA ini adalah sebagai cara berpikir bahwa apa yang dimiliki oleh komunitas dianggap sebagai aset. Aset inilah yang nantinya menjadi modal dalam pengembangan komunitas itu sendiri.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh PKBA ini, yaitu:
- fokus pada aset dan kekuatan;
- memikirkan masa depan;
- berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk meraih kesuksesan tersebut;
- mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya;
- membuat rencana berdasarkan visi dan kekuatan yang dimiliki; dan
- melaksanakan rencana yang sudah dibuat dalam bentuk program/kegiatan.
PKBA ini menekankan pada nilai, prinsip, dan cara berpikir tentang dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Ini membuat PKBA memandang komunitas sebagai pencipta dari kesuksesan, bukan sekadar penerima bantuan semata.
Dengan menggunakan PKBA ini, komunitas didorong untuk mampu memberdayakan aset-aset yang dimiliki serta membangun keterkaitan antara aset-aset tersebut sehingga lebih berdaya guna. Dua hal inilah yang menurut Kretzman (2010) menjadi cara untuk menciptakan anggota komunitas yang produktif.
Pengembangan sekolah menggunakan PKBA ini bertujuan menciptakan kemandirian sekolah dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi dengan modal kekuatan dan potensinya sendiri. Dengan demikian, hasil yang diinginkan bisa bersifat keberlanjutan.
Cara Merancang Pemetaan Potensi yang Dimiliki Sekolah Menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
Lalu, bagaimana cara merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset ini? Tentunya sekolah harus tahu apa saja jenis aset atau modal yang dimilikinya. Kemudian, sekolah mulai memetakan aset tersebut berdasarkan jenisnya masing-masing.
Menurut Green dan Haines, ada tujuh aset atau modal yang dimiliki sekolah dalam menggunakan PKBA.
1. Modal Manusia
Modal manusia yang dimaksud adalah SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Modal ini merupakan modal yang sangat penting dalam pendekatan PKBA. Modal manusia berhubungan dengan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, serta harga diri masing-masing individu.
Pemetaan modal ini adalah kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap anggota komunitas. Kemudian, bisa juga dengan memperhatikan kecakapan anggota komunitas dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh, kecakapan memimpin atau kecakapan bekerja dalam kelompok.
2. Modal Sosial
Adapun yang dimaksud dengan modal sosial ini adalah aturan yang mengikat anggota komunitas yang mengandung unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di komunitas.
Salah satu contoh modal sosial ini adalah asosiasi. Asosiasi adalah kelompok yang ada dalam komunitas yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Asosiasi ini bisa berupa asosiasi formal maupun nonformal. Asosiasi ini bisa didasarkan pada persamaan keyakinan, kesamaan profesi, hobi, dan lain sebagainya.
3. Modal Fisik
Modal fisik ini terdiri dari dua kategori, yaitu (1) bangunan yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran, kelas, laboratorium, gedung pertemuan; (2) infrastruktur atau sarana dan prasarana. Contoh modal fisik ini adalah saluran sanitasi, saluran air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pembelajaran, alat transportasi, dan lain sebagainya.
4. Modal Lingkungan/Alam
Adapun yang termasuk modal lingkungan atau alam ini bisa berbentuk potensi yang belum diolah dan memiliki nilai ekonomi tinggi, dalam upaya pelestarian alam dan juga kesejahteraan hidup. Modal lingkungan ini terdiri dari bumi, udara bersih, laut, taman, tumbuhan, hewan, danau, sungai, dan lain sebagainya. Contoh lainnya berupa tanah untuk berkebun, empang untuk beternak, semua hasil dari pohon, dan lainnya.
5. Modal Finansial
Modal finansial yang dimiliki oleh komunitas bisa digunakan sebagai biaya pembangunan komunitas itu sendiri. Modal finansial ini berupa tabungan, hutang, investasi, pendapatan pajak, hibah, gaji, serta pendapatan internal maupun eksternal lainnya. Modal finansial ini juga bisa berupa kemampuan berwirausaha, kemampuan penjualan, hingga kemampuan dalam melakukan pembukuan keuangan.
6. Modal Politik
Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Hal yang termasuk modal politik ini adalah semua kelompok atau lapisan sosial yang memiliki peluang yang sama dalam kepemimpinan, juga memiliki opini terhadap masalah umum yang terjadi dalam komunitas. Contoh modal politik adalah lembaga pemerintah atau perwakilan yang berhubungan dengan komunitas, misalnya komite pelayanan kesehatan, pelayanan listrik dan air, atau pelayanan umum lainnya.
7. Modal Agama dan Budaya
Kebudayaan unik yang dimiliki oleh masing-masing daerah terdiri dari rangkaian ide, gagasan, norma, tingkah laku, artefak yang merupakan hasil karya manusia dalam satuan geografis. Agama adalah suatu sistem berperilaku mendasar dan berfungsi dalam menyatukan tingkah laku individu dalam sebuah komunitas, baik tingkah laku lahiriah maupun simbolik. Agama mendorong terbentuknya moral sosial, yang terdiri atas kepercayaan, tingkah laku, dan amalan.
Modal agama dan budaya ini penting untuk dimanfaatkan sebagai penunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan dalam komunitas yang bersangkutan. Tujuh modal inilah yang harus dipetakan oleh sekolah. Kemudian, modal dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing. Setelah itu, hasil pemetaan bisa digunakan sebgaai dasar penyusunan visi dan program sekolah dalam mengembangkan dirinya.
Melalui pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset ini, sekolah bisa berkembang sesuai potensi yang dimiliki. Model pendekatan seperti ini membuat sekolah bisa mandiri dalam mengembangkan dirinya. Proses pengembangan juga berjalan lebih keberlanjutan.
Demikian artikel tentang cara merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam memahami bagaimana cara merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset.