Cara Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Anak
Terdapat banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan dalam pengasuhan anak. Tumbuh kembang mereka makin baik dari waktu ke waktu ketika aspek-aspek kecerdasan dalam dirinya terpenuhi. Tugas ini tentu bukan peran maupun perkara yang mudah bagi semua orang tua. Ada beberapa jenis kecerdasan yang dapat diasah, antara lain kecerdasan intelektual, emosional, intrapersonal, eksistensial, dan masih banyak lagi jenis kecerdasan lainnya. Semua aspek tersebut merupakan PR besar bagi orang tua dan guru yang harus diwujudkan dengan penuh kesabaran dan dedikasi.
Pada artikel ini, kita akan fokus membahas tentang kecerdasan intrapersonal serta cara menumbuhkannya dengan optimal pada pribadi anak. Berikut adalah penjelasannya.
Apa Kecerdasan Intrapersonal itu?
Sebelum melangkah lebih jauh, kita harus paham terlebih dahulu tentang pengertian kecerdasan intrapersonal itu sendiri. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh manusia dalam hal mengenal beragam perasaan serta segala pengetahuan tentang dirinya sendiri. Memiliki gambaran secara tepat akan dirinya sendiri dapat memudahkan anak dalam memutuskan dan mengatasi permasalahan.
Ciri-ciri anak yang sudah mempunyai kecerdasan intrapersonal yang baik adalah mereka yang bisa membedakan berbagai emosi yang dirasakannya, seperti halnya marah, sedih, bahagia, kecewa, takut, dan sebagainya. Anak bukan hanya mampu membedakan, tetapi mereka juga cekatan dalam menghadapi perasaan-perasaan tersebut. Pada umumnya, penguasaan diri mulai tumbuh dan terbentuk ketika anak di usia 4 tahun. Contoh mudahnya adalah ketika anak cepat marah jika kemauannya tidak dituruti atau anak mengalami tantrum.
Bagaimana Cara Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal?
Berikut ini adalah hal rutin yang harus Anda lakukan untuk menstimulasi kecerdasan diri.
1. Dorong Kemampuan Refleksi Anak
Latihan kemampuan refleksi merupakan langkah penting dalam pengembangan kecerdasan intrapersonal anak. Kemampuan refleksi memungkinkan anak untuk merenung, memproses, dan memahami pengalaman-pengalaman mereka dengan lebih mendalam. Hal ini membantu mereka memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri, nilai-nilai mereka, dan cara berpikir mereka.
Cara yang baik untuk melatih kemampuan refleksi adalah dengan mendorong anak untuk merenung pada pengalaman yang mereka sudah alami. Setelah menghadapi situasi atau peristiwa tertentu, ajak anak untuk berhenti sejenak dan memikirkan bagaimana pengalaman tersebut memengaruhi mereka secara emosional, mental, dan fisik. Ajak juga mereka untuk mengidentifikasi perasaan apa yang muncul dan memahami penyebabnya.
Selain itu, ajarkan anak untuk mengevaluasi pengalaman tersebut. Bantu mereka untuk memikirkan apa yang telah mereka pelajari dari situasi tersebut maupun bagaimana pengalaman itu dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini melibatkan pemikiran kritis dan introspeksi diri.
Melalui latihan refleksi, anak akan belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri, yaitu apa yang mereka sukai, apa yang mereka tidak sukai, apa yang membuat mereka bahagia, dan apa yang membuat mereka merasa terganggu. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri, anak akan menjadi lebih sadar akan kekuatan dan kelemahan mereka, serta dapat membangun identitas diri yang kuat.
Melalui latihan kemampuan refleksi, Anda dapat membantu anak mengenali dan memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik. Mereka akan menjadi lebih terhubung dengan perasaan, nilai-nilai, dan pikiran mereka sendiri. Hal ini akan membantu mereka mengelola emosi, mengambil keputusan yang tepat, dan mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
2. Membiasakan Menulis Buku Harian
Aktivitas menulis menguatkan daya ingat maupun pikiran kritis anak. Daya ingat anak dapat meningkat terutama ketika dia bisa menuliskan kembali kejadian yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Membiasakan anak menulis buku harian adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal. Melalui tulisan, anak menjadi tahu akan dirinya secara tidak langsung. Anak dapat mengungkapkan berbagai emosi yang dia rasakan di dalamnya, termasuk meluapkan emosi yang mungkin terpendam. Selain menjadi peka pada dirinya sendiri, anak juga terhindar dari stres maupun gangguan mental lainnya.
Anda juga dapat mendorong anak untuk menyimpan catatan atau membuat jurnal di mana mereka dapat merekam refleksi mereka. Ini akan membantu mereka melihat perkembangan diri mereka. Seiring waktu akan meningkatkan kesadaran diri.
3. Menanamkan Minat Membaca
Banyak melakukan kegiatan membaca tidak hanya memperbanyak kosa kata. Anak juga akan lebih punya banyak pengetahuan dari buku dari beragam media baca lainnya. Banyak sekali buku-buku anak yang menunjukkan tentang emosi, kehidupan sekitar, nilai-nilai, dan moral yang menstimulasi kecerdasan intrapersonalnya.
Kebiasaan membaca ini tidak serta-merta akan tumbuh dengan mudah dalam diri anak. Orang tua harus memulai mengenalkannya sejak dini, dimulai dengan rutin membacakan buku setiap hari. Kegiatan ini paling efektif saat anak menjelang tidur. Jika konsisten melakukannya, anak akan mulai termotivasi dan terbiasa untuk bisa membaca sendiri.
4. Menstimulasi Anak Bercerita
Bercerita merupakan media yang efektif untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran seseorang. Selain itu, bercerita bisa menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi. Hal itu disebabkan bercerita sudah dilatih sejak dini. Ada banyak dampak positif yang akan didapat dari seseorang yang memiliki rasa percaya diri, yaitu sebagai berikut.
(1) Emosi, anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih mudah mengontrol dirinya bahkan di saat situasi yang tertekan dan terdesak sekali pun.
(2) Konsentrasi, seorang anak akan lebih mudah fokus pada hal tertentu tanpa rasa khawatir yang berlebihan.
(3) Sasaran, individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup menguji nyali. Karenanya, ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya meningkatkan kemampuannya.
(4) Usaha, anak tidak akan mudah menyerah atau frustrasi dalam berupaya mencapai keinginannya dan cenderung tetap berusaha kuat semaksimal mungkin sampai upayanya berhasil.
(5) Strategi, individu mampu mengembangkan berbagai strategi yang disusun untuk memperoleh hasil usahanya secara efektif.
(6) Momentum, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak mudah menyerah, terus berusaha melampaui orang lain, mengembangkan, dan membuka peluang bagi dirinya.
5. Bermain Peran (Role Play)
Salah satu trik agar anak mengalami tumbuh kembang dalam kecerdasan intrapersonal sejak anak usia dini adalah melalui kegiatan seni bermain peran atau role play. Bermain peran adalah jenis permainan yang memanfaatkan khayalan untuk memainkan suatu peran tertentu. Dengan bermain peran, seorang anak dapat mempelajari peran-peran sosial yang didapat dari alur suatu cerita yang dimainkan. Bermain peran juga bisa memancing kecerdasan anak dalam menunjukkan ekspresinya dan mudah diterima sekaligus.
Bermain peran akan menuntut anak untuk berpura-pura menjadi pribadi lain, meniru perilaku atau perkataan orang lain, mengambil peran, dan menggunakan properti yang nyata atau imajinasi. Saat melakukannya, anak-anak akan berlatih dan berusaha menemukan solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Selain itu, anak-anak juga akan dilatih untuk mampu mengembangkan suatu situasi dengan imajinasi yang dimilikinya tentang tokoh yang sedang diperankan.
Dengan belajar berakting, mengeksplorasi daya seninya, anak-anak berlatih menjadi manusia kreatif dalam kehidupan sosialnya. Bermain peran menjadi hal penting untuk anak usia dini karena anak dapat dilatih tanpa menggunakan naskah secara khusus. Kegiatan ini sangat mendukung terhadap perkembangan kognisi, sosial, dan emosional anak. Hal ini juga menjadi landasan bagi dasar perkembangan daya cipta, daya ingat, kerja sama kelompok, penyerapan kosakata baru, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan berempati, dan bertoleransi. Kecerdasan intrapersonal pun lebih mudah dibentuk dan diasah.
Itulah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal anak. Apakah Anda sudah pernah melakukannya? Bahkan, apakah Anda sudah menerapkan semuanya? Semoga artikel ini semakin memberikan pencerahan untuk membimbing dan mengarahkan potensi anak secara optimal.