Berikut 7 Kelebihan AKM Dibandingkan UN
Kemendikbud sudah menetapkan mulai tahun 2021 Ujian Nasional akan diganti. Adapun sebagai penggantinya Kemendikbud telah menyiapkan standar evaluasi baru yaitu Asesmen Nasional yang terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum, Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.
Asesmen Nasional sendiri bukan menggantikan peran Ujian Nasional (UN) dalam aspek evaluasi prestasi atau hasil belajar murid secara personal. Asesmen Nasional akan menggantikan fungsi Ujian Nasional sebagai sumber informasi dalam memetakan serta mengevaluasi mutu pembelajaran sekolah dan sistem pendidikan.
Sehingga nantinya Asesmen Nasional akan menghasilkan gambaran informasi yang lebih komperhensif mengenai proses pembelajaran, iklim pembelajaran satuan pendidikan serta kualitas hasil belajar secara menyeluruh.
"Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk kita bersama-sama melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia," kata Mendikbud
Laporan hasil Asesmen Nasional akan menjadi bahan evaluasi dan umpan balik bagi Sekolah dan Dinas Pendidikan dalam merencanakan kebijakan dan program kedepannya yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kendala yang ada pada setiap sekolah.
Faktor Utama UN Diganti
Penyebab UN diganti didasarkan oleh beberapa alasan. Misalnya dalam UN materi yang diuji cenderung pada aspek mengingat dan hafalan yang merupakan keterampilan berpikir tingkat rendah bukan pada penguasaan kompetensi secara menyeluruh. Hal ini malah menjadi beban bagi peserta didik, guru, bahkan orangtua, sebab UN dijadikan sebagai indikator keberhasilan peserta didik sebagai individu.
Selain itu butir-butir soal yang diuji sudah tidak tidak sesuai dengan kebutuhan kompetensi abad 21 yang menghendaki adanya kecakapan berpikir tingkat tinggi. Siswa dituntut tidak hanya sekadar mengingat, memahami, dan menerapkan, melainkan juga bagaimana mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan sesuatu dari apa yang dipelajari.
Sehingga Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menjadi salah satu bentu evaluasi yang paling ideal untuk menggantikan peran UN karena dirancang untuk mengembangkan kompetensi berpikir tingkat tinggi bagi murid. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan standar pendidikan Indonesia secara bertahap.
Aspek Penting dari AKM
AKM nantinya akan fokus mengukur dua aspek kompetensi minimum yaitu kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi) dan kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi). Menurut Mendikbud dua kompetensi dasar tersebut wajib dimiliki oleh setiap anak di era saat ini.
"Topiknya cuma dua. Satu, literasi yaitu kemampuan memahami konsep bacaan, bukan membaca. Kedua, adalah numerasi yaitu bukan kemampuan menghitung, tapi kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu konteks yang abstrak atau yang nyata," kata Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Aspek kompetensi minimun yang dimaksud dalam hal ini berkaitan dengan
- keterampilan berpikir logis-sistematis;
- keterampilan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari;
- keterampilan memilah serta mengolah informasi.
Adapun substansi dari penilaian AKM ini sebagaian besar mengacu pada standar yang dikembangkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), sehingga sudah teruji dan bisa mengikuti acuan yang digunakan secara luas.
Bahkan Mendikbud mengatakan jika dalam pengembangan butir soal untuk AKM akan berkerjasama dengan pihak dari PISA.
"Kita bekerja sama dengan organisasi yang membuat PISA, yaitu OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang semuanya mengasesmen murni kompetensi bernalar," ujarnya Mendikbud dikutip dari CNN Indonesia.
Adapun berikut beberapa alasan mengapa AKM memiliki kelebihan dibandingkan dengan UN dilihat dari beberapa aspek.
1. AKM bisa mengukur semua mata pelajaran sementara UN hanya beberapa mata pelajaran
Ketika UN masih berlaku, mata pelajaran yang duiji pada saat kelas akhir hanya mencakup beberapa mata pelajaran tertentu seperti Matematika, IPA/IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris.
Hal ini menyebabkan siswa akan mementingkan dan fokus pada mata pelajaran ya diuji saja sementara mata pelajaran lain diabaikan. Padahal setiap mata pelajaran esensinya memiliki manfaat dan bobot yang sama pentingnya. Selain itu mata pelajaran yang diuji tidak sepenuhnya dapat memberikan gambaran utuh mengenai kemampuan siswa.
Dengan adanya AKM ini, seluruh bidang mapel mendapatkan porsi yang sama karena soal yang duji berupa soal-soal literasi-numerasi dan analisis yang mencakup berbagai topik serta bidang keilmuan. Sehingga diharapkan proses penilaian bisa lebih holistik dan menyeluruh.
2. AKM tidak menjadi syarat seleksi jenjang pendidikan berikutnya tetapi berfungsi untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran
Salah satu hal yang paling berbeda antara UN dan AKM adalah pada fungsinya. AKM dirancang bukan untuk menjadi indikator penentu kelulusan siswa seperti UN.
AKM digunakan untuk mengukur kualitas pembelajaran dan pemetaan iklim pembejaran di tiap satuan pendidikan. Sehingga itu, mengapa AKM termasuk ke dalam jenis asesmen formatif. Karena proses asesmen dilakukan pada kelas tengah bukan pada kelas akhir.
Dengan ini, para siswa tidak lagi terbebani dengan adanya AKM karena tidak akan menjadi faktor utama bagi kelulusan para murid.
3. AKM digunakan untuk mengukur kemampuan Kognitif dan Karakter siswa, Sementara UN hanya mengukur kogntifif saja
Keunggulan lain dari AKM adalah tidak hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, melainkan juga mengukur aspek afektif bahkan iklim pembelajaran.
Dengan begitu, hasil AKM akan lebih lengkap mengukur segala aspek yang memang menjadi bagian dari kompetensi siswa. Hal ini tidak lain untuk menciptakan individu yang lebih berkarakter kebangsaan dan memiliki softskill yang memadai sesuai tuntutan zaman.
4. AKM dilaksanakan pada tengah jenjang sedangkan UN dilaksanakan di akhir jenjang
AKM memiliki fungsi untuk memberikan gambaran dan feedback mengenai kondisi dan proses pembelajaran yang ada di sekolah sehingga fungsinya lebih kepada evaluasi formatif bukan sumatif seperti UN.
Oleh karena itu AKM nantinya akan menguji siswa kelas tengah yaitu kelas 5, 8, dan 11 bukan pada kelas akhir. Adapun siswa yang mengikuti AKM akan diambil sampel saja sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Adapun masing-masing sampel sesuai ketentuan yaitu 30 siswa untuk kelas V dan 45 siswa untuk kelas 8 dan 11.
5. Model Soal mencakup beberapa format sementara UN hanya pilihan ganda
Dalam UN kita ketahui bahwa format yang digunakan hanya berupa pilihan ganda yang sebagaian besar menguji kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini sedikit berbeda dengan jenis soal AKM yang mana terdiri dari beberapa format yaitu selain pilihan ganda juga ada soal jenis isian singkat, uraian panjang dan menjodohkan.
Selain itu soal yang diuji juga berbasis HOTS (higher Order Thinking Skill) sehingga tidak hanya mencakup aspek mengingat dan memahami tetapi juga ada unsur analisis, evaluatif dan pemecahan masalahnya.
6. AKM memiliki jenis tes lowstike sementara UN jenisnya highstake
UN disebut highstake karena menjadi penentu kelulusan siswa. Hal ini berarti ujian/tes tersebut memiliki dampak yang signifikan atau penting bagi siswa. Sementara karena AKM tidak menjadi penentu kelulusan siswa, sehingga termasuk ke dalam tes lowstake.
Artinya hasil AKM tidak terlalu memberikan konsekuensi yang besar terhadap individu siswa. Sebab AKM hanya akan mengukur mutu dan proses pembelajaran yang ada di sekolah, bukan kemampuan hasil belajar dan syarat masuk ke jenjang berikutnya.
7. AKM tingkat kesulitan soal bersifat adaptif sementara UN disamakan
Soal AKM nantinya sifatnya adaptif menyesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan siswa. Berbeda dengan UN yang mana soal tes disamakan untuk seluruh siswa.
Sehingga nantinya tes AKM akan menggunakan metode tes Computerized Adaptive Testing (CAT), dengan Multistage Adaptive Testing (MSAT) yang berarti soal yang diberikan sifatnya adaptif menyesuaikan kemampuan awal siswa.
Nah itu dia, beberapa keunggulan dari AKM dibandinkan UN ya. Tentu saja masih banyak hal lain yang bisa dipelajari dari Asesmen Kompetensi Minimum ini. Terpenting dengan adanya perubahan asesmen dalam sistem pendidikan di Indonesia diharapkan bisa membawa konsekuensi yang baik dan positif terhadap peningkatan mutu dan kualitas pendidikan kita ya.
Bagi bapak/Ibu yang sedang membutuhkan bank soal LOTS dan HOTS untuk latihan anak muridnya bisa mencoba platform kejarcita.id. Terdapat puluhan ribu bank soal yang siap dipakai dari jenjang SD-SMA.
Semua soal juga sudah disesuaikan dengan standar soal yang ditetapkan. Ada juga lho fitur koreksi soal otomatis, kunci jawaban dan pembahasan soal, hingga ranking dan cetak raport otomatis. Yuk segera dicoba.