Asesmen yang Ideal pada Pembelajaran Paradigma Baru
Asesmen selama ini dipandang secara umum sebagai penilaian di akhir pembelajaran untuk mengetahui apakah peserta didik menguasai materi yang disampaikan atau tidak. Bahkan tak jarang, asesmen dijadikan sebagai pengukuran dalam rangka mencari ranking peserta didik atau indikator terpenuhinya KKM yang digunakan dalam pengisian raport.
Kendati demikian, dalam pembelajaran paradigma baru, asesmen tidak hanya sekadar menjadi penilaian dan pelaporan peserta didik yang sebatas mengukur pengetahuan mereka saja. Asesmen dalam pembelajaran paradigma baru menjadi penyedia informasi secara holistik yang berguna untuk menentukan strategi pembelajaran selanjutnya berdasarkan perkembangan belajar peserta didik.
Asesmen yang ideal pada pembelajaran paradigma baru akan dirancang sesuai dengan prinsip dan fungsi asesmen. Selain itu, pelaksanaan asesmen pada pambelajaran paradigma baru juga memberikan keleluasaan kepada guru untuk menentukan waktu hingga teknik pelaksanaan agar asesmen dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Asesmen dalam paradigma baru disusun secara adil dan proporsional dalam memberikan informasi terkait kemajuan belajar peserta didik. Laporan kemajuan yang diperoleh dari hasil asesmen paradigma baru ini akan disajikan secara sederhana namun tetap informatif terhadap karakter dan kompetensi yang telah tercapai peserta didik.
Asesmen yang ideal dalam paradigma baru dapat dijadikan refleksi dan bahan evaluasi dalam merancang strategi peningkatan mutu pembelajaran ke depannya, oleh satuan pendidikan bahkan orangtua peserta didik.
Pelaksanaan Asesmen yang Ideal dalam Pembelajaran Paradigma Baru
Asesmen dikatakan ideal apabila sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga, penting bagi pendidik untuk mengetahui terlebih dahulu jenis dan fungsi asesmen dalam pembelajaran paradigma baru yang terdiri dari asesmen formatif dan sumatif.
Terdapat tiga hal yang terkait dengan jenis asesmen yaitu asesmen formatif (assessment as learning, for learning) dan asesmen sumatif (of learning).
1. Asessment Formatif as Learning
Asesmen formatif dengan assessment as learning sebagai refleksi, akan melibatkan peserta didik dalam proses penilaian diri mereka sendiri (self assessment) maupun temannya. Informasi yang diterima guru dalam asesmen formatif (as learning) ini akan berguna untuk mengkonfirmasi capaian hasil belajar dari peserta didik.
2. Asessment Formatif for Learning
Sementara itu, dalam asessment formatif for learning, orientasi yang diberikan pada peserta didik dalam proses pembelajaran agar memperoleh umpan balik dari guru untuk melakukan perbaikan begitu pula sebaliknya guru memperoleh umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan cara penyampaian dalam pengajaran.
Fungsi asesmen formatif dalam pembelajaran paradigma baru, tidak hanya menjadi alat ukur pencapaian hasil belajar peserta didik saja namun juga menjadi refleksi dan umpan balik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Selain itu, asesmen formatif juga berfungi untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
3. Asessment Sumatif of Learning
Assessment sumatif of learning berfungsi sebagai asesmen sumatif yang biasa dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran. Kendati demikian, satuan pendidikan yang ingin memperoleh data yang lebih lengkap dalam melakukan asesmen sumatif pada akhir semester dapat mengkonfirmasi hasil sumatif yang diperoleh pada akhir materi.
Seperti halnya fungsi asesmen formatif, asesmen sumatif dalam pembelajaran paradigma baru juga digunakan untuk mengetahui capaian hasil belajar peserta didik, mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka serta sebagai umpan balik untuk menentukan strategi dalam pembelajaran selanjutnya.
Paradigma dalam Pelaksanaan Asesmen yang Ideal
1. Menerapkan Pola Pikir Bertumbuh.
Dengan menerapkan pola pikir bertumbuh, peserta didik diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya proses pembelajaran dibanding nilai akhir yang akan mereka peroleh. Selain itu, pola pikir bertumbuh juga mampu diterapkan pendidik dalam memberi umpan balik pada peserta didik saat melakukan evaluasi dan refleksi dalam pembelajaran.
2. Keterpaduan
Konsep asesmen dalam paradigma baru, memiliki keterikatan dengan proses pembelajaran yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diakomodasi dalam rumusan capaian pembelajaran. Saat melaksanakan asesmen yang dirancang berdasarkan turunan dari capaian pembelajaran, artinya pendidik secara langsung telah memenuhi konsep keterpaduan dalam paradigma asesmen.
3. Keleluasan dalam Menentukan Pelaksanaan Asesman
Pendidik diberikan keleluasaan untuk menentukan pelaksanaan asesmen baik formatif maupun sumatif berdasarkan karakteristik kompetensi yang ingin dicapai dalam tujuan pembelajaran. Mengingat alur tujuan pembelajaran di setiap kelas yang berbeda maka bisa saja pelaksanaan waktu asesmen akan berbeda pula.
Selain leluasa dalam menentukan waktu pelaksanaan, pendidik juga memiliki keleluasaan dalam memilih teknik instrument yang akan digunakan dengan mempertimbangkan karakteristik kemampuan peserta didik dan sumber pendukung lainnya.
Penggunaan modul ajar yang mungkin berbeda dalam setiap satuan pendidikan membuat kriteria dalam asesmen yang dilaksanakan juga akan berbeda. Oleh sebab itu, identifikasi ketercapaian pembelajaran harus disesuaikan berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran.
Refleksi terhadap proses pembelajaran dan diagnosis kompetensi peserta didik dapat diperoleh melalui kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Pendidik juga memiliki keleluasaan dalam mengelola hasil asesmen dan menentukan kriteria kenaikan kelas bagi peserta didik.
Teknik/ Metode Asesmen yang Ideal dalam Paradigma Baru
Asesmen dalam paradigma baru lebih menekankan pada proses belajar peserta didik. Terdapat tiga macam teknik dalam asesmen formatif dan sumatif yang dapat digunakan, yaitu:
1. Observasi
Teknik observasi dalam asesmen adalah mengamati perkembangan peserta didik terhadap hasil belajar secara berkala.
2. Performa
Asesmen performa dapat berupa praktik presentasi, menghasilkan proyek tertentu dan lainnya yang menjadi bukti kemajuan belajar peserta didik.
3. Tertulis dan Lisan
Asesmen dengan tes secara tertulis atau lisan digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Teknik ini memang lebih sering digunakan untuk menguji tingkat pengetahuan. Padahal, tes tertulis dan lisan dapat dikembangkan untuk menguji tingkat pemahaman peserta didik, misalnya dengan mengintegrasikan suatu konsep dengan realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui studi kasus.
Prosedur Pelaksanaan Asesmen
Setelah memahami teknik asesmen dalam pembelajaran paradigma baru, perlu diketahui pula prosedur pelaksanaannya. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan asesmen yang terdiri dari:
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan asesmen harus berlandaskan pada tujuan dan alur capaian pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan asesmen harus berkesinambungan di awal pembelajaran, proses pembelajaran dan akhir pembelajaran agar dapat menampilkan hasil pencapaian belajar peserta didik secara utuh.
3. Tahap Pengolahan
Pengolahan penilaian asesmen berlandaskan hasil formatif dan sumatif setiap peserta didik. Pengolahan penilaian dapat berupa penskoran maupun deskripsi umpan balik (pembelajaran intrakulikuler). Sementara untuk pembelajaran projek, penilaian mengacu pada portofolio.
4. Pelaporan dan Umpan Balik
Pelaporan adalah proses mengkomunikasikan hasil asesmen kepada peserta didik yang menggambarkan hasil pembelajaran mereka. Melalui pelaporan ini pula, peserta didik mengetahui hal-hal apa saja yang perlu mereka kembangkan ke depannya.
Umpan balik dalam proses asesmen berfungsi sebagai penerjemah dari penilaian dan pendukung perbaikan kinerja dalam proses belajar. Salah satu laporan paling umum dalam asesmen yang digunakan oleh satuan pendidikan adalah laporan kemajuan belajar (rapot).
Demikianlah penjelasan mengenai asesmen yang ideal pada pembelajaran paradigma baru. Semoga artikel ini dapat membantu Anda.