Guru Harus Tahu! Ini Alasan Siswa Malas ke Perpustakaan
Perpustakan adalah fasilitas umum yang sudah lama dikenal oleh masyarakat. Saat ini perpustakaan sudah banyak dijumpai di semua tempat, baik di sekolah-sekolah, daerah atau kota, maupun di berbagai tempat fasilitas umum lainnya. Banyak orang yang mengidentikkan perpustakaan itu dengan tumpukan buku-buku, sehingga setiap tumpukan buku pada suatu tempat tertentu disebut perpustakaan.
Perpustakaan tidak hanya berkaitan dengan buku-buku saja, tetapi juga berkaitan dengan sistem penyimpanan, pemeliharaan, dan penggunaan. Di sekolah, perpustakaan bukan hanya tempat untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya perpustakaan sekolah diharapkan agar siswa secara lambat laun akan senang mengunjungi perpustakaan, dan setelah itu memiliki kesenangan membaca dalam dirinya.
Dalam penerapannya, perpustakaan sekolah melayani para siswa, guru dan karyawan yang ada di sekolah maupun dari sekolah tertentu. Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam tiap kurikulum sekolah.
Berdasarkan pengertian tersebut, bisa dikatakan bahwa salah satu manfaat perpustakaan sekolah adalah dapat membantu siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah yang tentunya untuk pencapaian tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut antara guru, siswa, dan karyawan harus menggunakan perpustakaan tersebut dengan sebaik-baiknya, agar perpustakaan juga dapat dipergunakan selayaknya oleh semua warga sekolah.
Kegunaan perpustakaan sekolah tidak hanya sekadar tempat penyimpanan buku saja, tetapi secara prinsip perpustakaan berfungsi sebagai sumber informasi bagi setiap yang membutuhkannya. Penyelenggaraan perpustkaan sekolah diatur oleh UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 35, di mana diungkapkan bahwa setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh masyarakat, harus menyediakan sumber-sumber belajar.
Menurut pasar tersebut, diungkapkan bahwa perpustakaan adalah salah satu sumber belajar yang sangat penting, yang mana memungkinkan guru dan siswa memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki melalui membaca buku dan koleksi perpustakaan lainnya.
Adapun fasilitas yang terdapat di dalam perpustakaan dapat digunakan sebagai penunjang pembelajaran siswa dan guru. Adanya perpustakaan memberikan pengetahuan dan informasi yang lebih bagi para pengunjung perpustakaan. Perpustakaan tidak hanya boleh digunakan oleh siswa, orang yang berpendidikan, atau lainnya, melainkan semua orang dapat memakai dan menggunakan perpustakaan.
Secara singkat konsep di atas menunjukkan bahwa perpustakaan memiliki kaitan lainnya dengan proses belajar mengajar, keberadaan perpustakaan ini memiliki nilai strategis terutama dalam upaya meningkatkan pengetahuan siswa melalui buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah, lalu dapat mengembangkan minat dan budaya membaca, dan mempeluas kesempatan siswa untuk belajar mengeksplorasi ilmu pengetahuan di perpustakaan tersebut. Hal inilah yang perlu ditingkatkan, yaitu minat siswa untuk mengunjungi perpustakaan.
Sayangnya, kenyataan yang ada tidaklah demikian. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa minat siswa Indonesia berkunjung ke perpustakaan masih tergolong rendah. Tentu hal ini harus dicari tahu penyebabnya, apa yang menyebabkan siswa menjadi malas untuk datang ke perpustakaan. Guru perlu tahu apa alasan siswa malas ke perpustakaan. Dengan begitu, guru bisa menangani masalah ini. Guru bisa mencari solusi agar siswa menjadi rajin berkunjung ke perpustakaan.
Alasan Siswa Malas Berkunjung ke Perpustakaan
Lalu, apa yang menjadi alasan siswa malas ke perpustakaan? Berikut adalah beberapa alasan yang mmbuat siswa malas berkunjung ke perpustakaan.
1. Rendahnya Minat Baca Siswa
Alasan pertama yang membuat siswa malas ke perpustakaan adalah rendahnya minat baca siswa. Bagaimana mau ke perpustakaan jika tidak punya minat membaca? Apa perlunya ke perpustakaan jika tidak ingin membaca buku. Membaca dianggap kegiatan yang menghabiskan banyak waktu.
2. Mudahnya Mendapat Informasi Instan
Dulu, untuk memperoleh informasi baik dalam mengerjakan tugas, seorang siswa harus membaca buku atau minimal ke perpustakaan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Di era teknologi saat ini, dengan keberadaan teknologi informasi membuat siswa/pelajar dengan mudahnya menemukan informasi yang dia cari dengan cepat.
Kondisi yang serba instan tersebut bisa membangun pola pikir dalam diri siswa untuk mengandalkan keberadaan mesin pencari informasi tersebut sehingga membuat siswa tidak merasa butuh untuk pergi ke perpustakaan. Tak ada informasi yang dicari di buku, jadi buat apa ke perpustakaan.
3. Pengaruh Media Sosial
Media sosial juga memengaruhi minat belajar dan baca siswa. Keberadaan Facebook, Twitter, Instagram, hingga TikTok cukup menyita waktu siswa dalam mengaksesnya, alhasil waktu yang sebenarnya harus digunakan membaca dan berkunjung ke perpustakaan malah habis digunakan untuk mengakses media sosial secara berlebihan.
4. Koleksi Perpustakaan yang Kurang Menarik
Bisa juga siswa malas ke perpustakaan karena koleksi buku yang ada kurang menarik. Perpustakaaan tidak memiliki koleksi yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Tidak ada buku yang ingin dibaca di perpustakaan membuat siswa enggan berkunjung.
5. Waktu yang Terbatas
Mungkin saja siswa ingin berkunjung ke perpustakaan, tapi terkendala waktu. Waktu istirahat yang hanya sebentar, hanya bisa digunakan untuk makan. Tidak sempat untuk mencari buku di perpustakaan.
Belum lagi jika meminjam buku untuk dibaca di rumah. Banyaknya tugas sekolah membuat siswa kesulitan memiliki waktu membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan.
6. Fasilitas yang Kurang Memadai
Agar siswa rajin berkunjung ke perpustakaan, bisa dengan memberikan fasilitas perpustakaan yang memadai. Mulai dari ruang membaca yang sangat nyaman, kemudahan mencari koleksi buku hingga keramahan petugas perpustakaan bisa membuat siswa tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan.
7. Kurangnya Motivasi dari Guru
Kadang kala, guru kurang memberikan motivasi atau dorongan untuk membaca kepada para siswanya. Padahal, sesungguhnya bisa saja guru menghubungkan proses pembelajaran atau pemberian penilaian dengan aktifitas membaca. Pada awalnya siswa mungkin akan merasa berat atau terpaksa demi memperoleh nilai, tetapi jika telah menemukan keasyikan dalam membaca maka lambat laun hal ini bisa menjadi kebiasaan baik ke depannya.
Guru turut berkontribusi terhadap visi menumbuhkan minat baca agar misi menumbuhkan budaya membaca dapat mencapai hasil yang memuaskan. Guru dan warga sekolah lainnya juga harus berpartisipasi, ini bisa dilakukan dengan koordinasi yang baik antarguru dengan membuat program membaca buku. Melihat teladan secara langsung dari guru-gurunya maka siswa akan makin termotivasi untuk rajin membaca buku dan berkunjung ke perpustakaan.
8. Peran Keluarga
Alasan terakhir dari rendahnya minat siswa mengunjungi perpustakaan sekolah adalah pengaruh kebiasaan dalam keluarga yang memang tak menganggap aktivitas membaca sebagai salah satu kebutuhan yang mendesak. Tingkat pendidikan serta budaya membaca orang tua bisa menjadi faktor pendorong siswa malas ke perpustakaan. Jika orang tua tidak pernah memberikan contoh asyiknya membaca buku sejak dini maka anak juga tidak akan memiliki keterkaitan terhadap buku dan perpustakaan.
Inilah beberapa alasan mengapa siswa malas berkunjung ke perpustakaan yang perlu diketahui oleh guru. Menumbuhkan minat siswa untuk rajin berkunjung ke perpustakaan memang membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang tetapi bukan tidak mungkin. Guru harus tetap semangat mendorong siswa untuk rajin berkunjung ke perpustakaan, bahkan sejak sekolah dasar.