Akankah Buku Digital Menggantikan Buku Cetak untuk KBM di Masa Depan?
Kemunculan ebook (buku digital) merupakan salah satu bentuk nyata dari adanya transformasi tren dan budaya literasi dari tradisional ke dalam bentuk digital. Ebook (buku digital) sendiri merupakan penyajian buku dalam format digital. Informasi yang ada juga sama seperti isi yang ada di buku konvensional hanya saja penyajiannya dalam bentuk elektronik dan tentu saja tidak bisa digenggam secara fisik.
Berdasarkan catatan sejarah, adaptasi penggunaan buku elektronik dimulai pada tahun 1993. Saat itu Peter James seorang penulis novel menerbitkan karya novelnya berjudul Host dalam bentuk dua floopy disk. Gebrakan yang dilakukan James tersebut saat itu langsung mendapatkan respon yang kurang baik oleh publik terkhusus jurnalis.
Dikutip dari bbc.com, para jurnalis menganggap apa yang dilakukan Peter James dengan format novelnya tersebut akan mengancam industri buku konvensional yang sedang konsisten berkembang saat itu.
James menjawab reaksi jurnalis dengan meyakinkan kembali bahwa, novel fisik akan meredup diwaktu mendatang sekalipun dia tidak melakukan hal tersebut. James bahkan meramalkan saat itu bahwa buku elektronik (ebook) akan populer diwaktu mendatang seiring dengan kemudahan akses dalam bidang teknologi dan informasi.
Buku novel Host yang dibuat Peter James saat itu disebut sebagai novel digital pertama yang rilis untuk komersial, dan menjadi pembuka awal mulai dikenalnya format buku digital.
Ramalan James dua dasawarsa silam, rupanya menjadi nyata terjadi. Tahun 2007 menjadi titik balik mulai tumbuhnya industri buku elektronik dengan dirilisnya Kindle oleh Amazon. Kindle sendiri merupakan perpustakaan sekaligus toko buku digital yang dirilis Amazon dengan menjual dan menyewa buku dalam format elektronik.
Ketika Kindle Amazon muncul, para penerbit dan bisnis percetakan buku saat itu harap cemas karena mendapatkan penantang baru dalam industri buku. Berdasarkan survei New York Time tahun 2008-2010 penjualan buku elektronik memang mengalami peningkatan yaitu sebanyak 1,26%.
Kondisi industri buku konvensional saat itu semakin terhimpit seiring dengan munculnya penantang baru lain seperti Nook, iBook Store, dan lainnya. Kondisi prihatin industri percetakan buku konvensional di Amerika saat itu juga ditandai dengan ditutupnya beberapa bisnis percetakan buku dan toko buku besar antara tahun 2010-2011 akibat mengalami kerugian. Salah satunya saat itu adalah Borders Book.
Angka peningkatan penjualan buku elektronik sudah mulai berada dititik tenang yaitu dimulai pada tahun 2015. harian The Times mengindikasikan bahwa pada beberapa bulan pertama tahun 2015 ada penurunan penjualan buku elektronik di toko-toko buku online di Amerika.
Di Indonesia sendiri perkembangan tren buku elektronik (ebook) cukup dinamis, meskipun kepopuleran buku konvensional masih menjadi primadona dan pilihan utama masyarakat dalam membaca. Hal ini ditunjukkan dengan masih meningkatnya angka penjualan buku di toko buku fisik maupun online. Ebook masih dianggap hanya sebagai komplementer disaat masyarakat tidak bisa memperoleh buku fisiknya.
Alasan buku konvensional masih menjadi primadona juga didasari oleh banyak faktor, seperti dengan buku konvensional pembaca bisa memiliki secara fisik buku tersebut, bisa merasakkan sensasi membalikan kertas, bisa lebih fokus karena mata tidak cepat lelah, dan lainnya.
Meskipun demikian Kemdikbud dan lembaga pendidikan lainnya saat ini sudah banyak menyediakan buku sekolah elektronik dan ebook pembelajaran yang bisa diakses gratis oleh para guru dan murid. Hal ini bertujuan untuk mendukung kemudahan dan kelancaran proses KBM daring maupun luring.
Lantas, apakah memang buku digital akan dapat menggantikan eksistensi buku konvensional diwaktu mendatang, ataukah malah bisa saling melengkapi?. Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita ulas dulu fakta-fakta mengenai buku konvensional dan buku elektronik.
Hasil Penelitian Buku Konvensional & Buku Elektronik
1. Keterikatan Buku fisik Lebih Besar Daripada Ebook
Seperti dikutip dari nationalgeographic.grid.id, ada sejumlah ilmuan dari dari University of Arizona melakukan penelitian pada berbagai kelompok umur mengenai kepemilikan buku. Hasilnya banyak responden lebih memiliki ikatan emosi atau ‘rasa kepemilikan’ yang dominan terhadap buku fisik dibandingkan ebook.
Beberapa responden mengungkapkan, mereka merasa lebih terikat secara emosional dengan buku fisik. Terutama ketika ada suara saat lembaran buku dibalik, serta ada wangi yang khas dari fisik buku.
Pada penelitian lain yang dipublikasikan di jurnal Electronic Markets, Para peneliti ingin melihat pengalaman responden dalam membeli dan menggunakan buku fisik dan elektronik. Pada penelitian ini melibatkan responden dari beberapa generasi. Satu kelompok partisipan berasal dari generasi Baby boomers, satu kelompok dari generasi X, dan dua kelompok mewakili generasi milenial.
Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kehadiran buku fisik dan elektronik adalah dua hal yang berbeda. Sebagain besar responden menganggap ebook memiliki keunggulan pada pengalaman layanan dan fitur yang disajikan, sehingga dianggap lebih efisien dan fungsional.
Sementara buku fisik lebih kepada pengalaman membaca dan kepuasan batin. Responden menganggap buku fisik memberikan rasa kepemilikan secara nyata dan melibatkan seluruh indera sehingga lebih dihargai dan lebih memberikan arti dan kesan tertentu bagi pemiliknya.
2. Buku Cetak Masih Dominan Diminati
Pew Research Center melakukan penelitian mengenai kesukaan warga Amerika terhadap format buku yang disukai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagaian besar responden yang terlibat lebih menyukai buku cetak dibandingkan format elektronik dan lainnya.
Pada tahun 2018 terdapat 67% orang Amerika mengatakan telah membaca buku cetak selama setahun. Sementara responden yang membaca ebook hanya 26%.
3. Buku Fisik Lebih Membuka Adanya Interaksi Antara Anak & Orangtua
Tiffany Munzer merupakan penulis sekaligus peneliti yang mengamati perilaku perkembangan di rumah sakit anak-anak Universitas Michigan. Dalam hasil risetnya dkemukakan jika buku fisik mampu meningkatkan interaksi positif dan berkualitas antara orangtua dan anak. Interaksi positif demikian yang kurang terjadi jika anak membaca melalui ebook.
Meskipun belajar dengan menggunakan ebook akan lebih banyak melibatkan interaksi tetapi bersifat arahan dan instruksi teknis dari orangtua kepada anak, tetapi hal tersebut malah akan mengurangi kualitas pembelajaran dan interaksi alami antara orangtua dan anak.
Studi lain yang dirilis Bink Think pada 3 Aprill 2019, dengan melakukan penelitian untuk membandingkan interaksi orangtua dan anak ketika menggunakan berbagai format buku yaitu buku cetak, ebook dasar, dan ebook yang disempurnakan yang dilengkapi dengan musik, efek suara, dan karakter animasi.
Para peneliti mencatat setiap sesi ujicoba alami tersebut dan mendapatkan hasil bahwa keterlibatan dan interaksi orangtua dan anak yang paling tinggi adalah pada saat sesi buku cetak. Saat menggunakan buku cetak orangtua dan anak lebih banyak melibatkan dialog verbal, saling bertanya dan berinteraksi selama proses tersebut.
4. Membaca Lewat Buku Memberikan Pemahaman yang Lebih Spesifik
Studi yang dilakukan oleh para psikolog University Maryland melakukan penelitian untuk menguji kemampuan siswa dalam memahami informasi yang diberikan melalui medium kertas dan layar digital. Dengan berbagai pengkondisian dalam setiap sesi, ditemukan hasil bahwa membaca di informasi cetak atau di atas kertas memberikan pemahaman yang lebih baik daripada menggunakan ebook.
Hal ini ditunjukkan ketika jenis informasi yang ditanyakan bersifat spesifik, maka siswa yang menggunakan buku cetak mampu menjelaskan lebih baik dan tepat dibandingkan yang belajar menggunakan ebook.
Selanjutnya untuk lebih memperjelas ciri khas antara buku cetak dan buku elektronik, berikut beberapa perbandingan antara buku cetak dan buku elektronik berdasarkan beberapa aspek.
Perbandingan Buku Cetak vs Buku Elektronik
1. Kemudahan dalam Memperoleh & Kepraktisan
Jika dilihat dari kemudahan dalam memperoleh, untuk saat ini tentu saja ebook lebih mudah diperoleh dan diakses. Hanya melalui layar gawai Anda bisa langsung membeli atau meminjam buku melalui toko buku atau perpustakaan online.
Begitupun terkait kepraktisan, buku digital tidak membutuhkan ruang yang besar untuk menyimpan koleksi buku yang Anda miliki, semua buku bisa tersimpan hanya dalam gawai kecil Anda. Dalam mengakses juga hanya perlu beberapa sentuhan dan langsung bisa dibaca dan dibawa dimanapun dan kapanpun dengan hanya menggunakan gawai Anda.
Meskipun demikian tidak semua buku memiliki versi digitalnya. Begitu juga dengan aksesibiltas, buku digital memerlukan gadget dan bahkan koneksi internet untuk bisa mengaksesnya, sementara hal demikian tidak akan ditemui ketika kita memiliki buku cetak.
2. Biaya & harga
Dari segi biaya produksi ebook tentu saja lebih unggul dibandingkan dengan buku cetak. Buku digital hanya memerlukan beberapa proses yang mudah dan minim biaya. Sementara untuk produksi buku cetak memerlukan modal yang cukup besar karena perlu penyediaan mesin cetak, tinta, kertas, dan lainnya. Proses yang dilewati juga lebih panjang sebelum nantinya sampai di tangan Anda.
Karena proses produksi yang lebih mahal dan panjang harga buku cetak juga akan sedikit lebih mahal daripada versi ebook nya. Tetapi pada kasus tertentu versi ebook memiliki harga yang sama dengan cetak.
Fakta lainnya ada juga yang menjadikan ebook sebagai bonus atau bagian dari paket pembelian buku paket, sehingga kehadiran buku elektronik bisa menjadi pelengkap dan juga disisi lain bisa menjadi kompetitor. Meskipun memiliki harga yang lebih mahal faktanya sejauh ini angka pembelian buku cetak masih jauh lebih banyak dibandingkan versi digital.
3. Daya Tahan & Perawatan
Ebook dengan versi digital tentu saja tidak akan bisa mengalami kerusakan seperti layaknya yang terjadi pada buku cetak. Karena tersimpan secara digital sehingga ebook bisa lebih aman dan tidak akan banyak berubah selama file nya tidak hilang dan tersimpan dengan baik di database digital Anda. Anda juga bisa melakukan pencadangan dan penggadaan ebook tersebut pada tempat berbeda dengan mudah dan praktis.
Berbeda dengan buku cetak yang memang membutuhkan perawatan ekstra karena sangat rentan mengalami kerusakan seperti robek, basah, maupun dimakan rayap. Buku cetak juga memiliki masa waktu dan jika sudah terlalu lama buku tersebut akan tampak lebih usang dan akan semakin sulit dibaca. Sehingga penting untuk menyimpan buku cetak pada tempat yang bersih dan aman.
4. Segi Aspek Kesehatan
Kita semua mengetahui dan menyadari bahwa paparan cahaya dari gawai terhadap Kesehatan mata memiliki pengaruh yang kurang baik. Apalagi jika terlalu lama menatap layar gawai Anda, selain membuat mata cepat lelah, dampak jangka panjangnya adalah menyebabkan kerusakan pada indera penglihatan.
Hal ini sudah dibuktikan melalui berbagai penelitian dan hasil pengalaman pribadi pengguna. Misalnya Departemen Kesehatan di Amerika Serikat pernah meneliti bahwa melihat layar sebaiknya dilakukan kurang dari 2 jam dalam sehari. Sebab menatap layar lebih dari yang dianjurkan berpotensi merusak mata.
Berbeda halnya dengan buku cetak yang lebih nyaman untuk dibaca karena tidak ada sinar yang langsung berhadapan dengan mata. Pembaca juga akan lebih fokus dan lama dalam membaca karena mata tidak cepat lelah.
5. Kualitas Pemahaman Bacaan
Didasarkan dari berbagai penelitian salah satunya seperti yang dilakukan oleh West Chester University, Hasil peneltian menunjukkan bahwa siswa yang membaca di iPad memiliki pemahaman terhadap isi bacaan yang lebih rendah dibanding yang membaca buku dalam bentuk fisik. Faktanya, banyak pembaca yang melompati teks ketika membaca ebook. Hal ini menyebabkan pemahaman mereka menjadi tidak utuh.
Kondisi ini berbeda ketika Anda membaca menggunakan buku fisik. Karena akan membuat pikiran dan mata menjadi lebih konsentrasi dan fokus dalam memahami isi bacaan sehingga memungkinkan pemahaman yang lebih baik dan utuh terhadap isi informasi yang ada pada buku.
Jadi, jika dilihat dari berbagai fakta dan informasi di atas, kehadiran ebook terutama dalam pembelajaran ternyata sama seperti buku cetak yaitu sama-sama memiliki manfaat dan juga sekaligus kelemahan. Pada kondisi tertentu ebook bisa menjadi sumber belajar yang melengkapi dan juga pada kasus tertentu bisa menggantikan fungsi buku kertas itu sendiri.
Saat ini tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi apakah buku cetak akan benar-benar tergantikan oleh buku digital dimasa mendatang. Bisa saja kedepannya nasib buku cetak akan sama seperti disket atau mesin tik yang sudah tergantikan dengan flashdisk dan kehadiran notebook atau akan seperti kisah radio yang akan tetap eksis hingga saat ini meskipun muncul layanan sejenis seperti audio streaming yang lebih praktis dan modern.
Mungkin saja kedepannya, fungsi buku cetak bukan lagi hanya sebagai sumber informasi dan bacaan saja, tetapi memiliki nilai yang lebih dari itu seperti barang antik yang disimpan di museum. Dengan kata lain buku bisa menjadi barang koleksi yang memiliki nilai dan pasarnya sendiri.
Tetapi penulis meyakini bahwa kehadiran buku digital tidak akan membuat buku cetak kehilangan tempatnya, bahkan tergantikan karena keduanya pada spektrum tertentu bisa saling melengkapi.
Seperti ibarat tangga yang ada di gedung kantor atau mall, meskipun saat ini sudah banyak fasilitas lift yang lebih memudahkan dan cepat, tetapi tangga tetap saja ada dan masih banyak dipakai orang, begitu juga dengan kehadiran buku digital tidak serta merta akan menggantikan buku cetak.
Misalnya pada KBM di daerah pedesan, buku cetak masih menjadi sumber belajar utama yang dibutuhkan. Sehingga semua itu tergantung tempat, kondisi, kebutuhan, dan subjeknya. Jadi, kesimpulannya manfaatkan saja keduanya secara optimal sesuai kondisi dan kebutuhan, agar proses KBM bisa lebih efektif dan efisien.