7 Tips Penting Menjadi Guru Melalui Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi didefinisikan sebagai pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Pendidikan vokasi ini ada beberapa kategori, mulai dari program pendidikan Diploma ﴾diploma 1, diploma 2, diploma 3 dan diploma 4﴿ yang setara dengan program pendidikan akademik strata 1.
Lulusan pendidikan vokasi bergelar vokasi/gelar ahli madya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan vokasi cenderung akan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu menguasai suatu keahlian terapan.
Lalu, apakah lulusan pendidikan vokasi bisa menjadi guru? Jika iya, bagaimana tips penting menjadi guru melalui pendidikan vokasi.
Tentang Pendidikan Vokasi
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari tiga kategori, yaitu:
- Pendidikan Akademik, yang mana akan diarahkan pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Pendidikan akademik ini merupakan Sarajana (S1), Magister (S2), dan Doktoral (S3).
- Pendidikan Vokasi, yang akan menunjang pada keterampilan dalam menguasai keahlian terapan tertentu. Pendidikan vokasi ini merupakan lulusan dari pendidikan Diploma (D1/Ahli Pratama, D2/Ahli Muda, D3/Ahli Madya, dan D4/Sarjana Terapan).
- Pendidikan Profesi/Spesialis, yang akan dilaksanakan setelah lulus dari pendidikan Sarjana dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Pendidikan vokasi yang biasa disebut sebagai pendidikan diploma ini memiliki visi untuk menjadikan peserta didiknya siap dengan kemampuan sebagai tenaga ahli profesional dalam menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi sekaligus mengusahakan penggunaannya secara optimal di masyarakat.
Dalam pendidikan vokasi, ada empat tingkat pendidikan studi, yaitu:
- Diploma 1 (D1) dengan durasi studi umumnya 1 tahun ﴾32 SKS﴿. Lulusannya akan mendapat gelar A.P. ﴾Ahli Pratama﴿.
- Diploma 2 (D2) dengan durasi studi umumnya 2 tahun ﴾64 SKS﴿. Lulusannya akan mendapat gelar A.Ma. ﴾Ahli Muda﴿.
- Diploma 3 (D3) dengan durasi studi umumnya 3 tahun ﴾112 SKS﴿. Lulusannya akan mendapat gelar A.Md. ﴾Ahli Madya﴿.
- Diploma 4 (D4) dengan durasi studi umumnya 4 tahun ﴾144 SKS﴿. Lulusannya akan mendapat gelar S.Ter. ﴾Sarjana Terapan﴿, setara dengan lulusan Strata 1.
Empat tingkatan di atas memiliki syarat kelulusan berupa laporan praktik dan laporan karya ilmiah.
Dalam pendidikan vokasi, peserta didik hanya bisa memilih satu dari empat tingkatan yang ada. Jadi, peserta didik bisa memilih langsung ke jenjang D4. Lalu, peserta didik yang memilih jenjang D1 tidak perlu melanjutkannya terus menerus hingga D4.
Jika peserta didik merasa butuh melanjutkan pendidikan akademik dan meraih gelar sarjana karena tuntutan pekerjaan misalnya, peserta didik bisa melanjutkan pendidikan di jalur ekstensi atau jalur pendidikan tambahan, di mana perkuliahan dilakukan dalam waktu sekitar 2 tahun. Jadi peserta didik tidak perlu lagi mengulang perkuliahan dari nol.
Sesuai Undang-Undang, S1 dan D4 sama‐sama disebut sarjana, di mana lulusan D4 disebut sebagai sarjana terapan. S1 dan D4 memiliki durasi waktu dan beban studi yang relatif sama. Lalu, apa bedanya?
Perbedaan yang paling besar adalah komposisi perkuliahannya. Dalam jenjang S1, fokus pembelajarannya adalah teori, berbeda dengan fokus pembelajaran jenjang D4 yang berupa praktik. Selain itu, banyak juga prodi D4 yang tidak akan kamu temukan dalam jenjang S1.
Kelebihan Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi ini memiliki banyak kelebihan, di antaranya :
- Lebih Praktikal
Dalam pelakasanaannya, pendidikan vokasi akan lebih berfokus pada mata kuliah keterampilan dibandingkan dengan mata kuliah teori. Adapun kurikulum yang digunakan pada pendidikan vokasi dirancang agar para lulusan bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman kerja. Sehingga bisa dikatakan bahwa perbandingan kuliah teori dan praktik dalam pendidikan vokasi ini yaitu 30:70.
- Lebih Menjanjikan
Kurikulum pendidikan vokasi memberikan peserta didiknya lebih banyak pengalaman kerja dan kemampuan praktikal. Secara umum, bisa dikatakan bahwa lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan banyak peluang kerja.
Biasanya pihak kampus akan menyediakan sarana dan prasarana yang menyerupai lingkungan kerja, sehingga peserta didik bisa mendapatkan simulasi yang sesuai dengan dunia kerja. Ada pula pelatihan dan kerja magangnya. Sehingga lebih menjanjikan.
- Lebih Bervariasi
Dalam pelaksanaannya, pendidikan vokasi ini jauh lebih bervariasi, seperti banyaknya prodi dalam jenjang D4 yang tidak dapat ditemui dalam jenjang S1, walaupun keduanya bisa sama-sama disebut Sarjana. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan salah satu bukti bahwa jurusan dalam pendidikan vokasi bersifat lebih spesifik.
- Lebih Singkat
Waktu yang ditempuh pendidikan vokasi ini lebih singkat. Ini merupakan salah satu alasan kuat mengapa banyak orang yang lebih memilih pendidikan vokasi dibandingkan jenjang S1 yang masa studinya lebih lama.
Selain itu, berbeda dari jenjang S1 yang setiap peserta didiknya diwajibkan untuk menyusun skripsi, dalam pendidikan vokasi peserta didik diwajibkan untuk menyusun laporan tugas akhir yang lebih sederhana.
Tips Penting Menjadi Guru Melalui Pendidikan Vokasi
Bisakah peserta didik pendidikan vokasi menjadi seorang guru? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita memengok sejarah panjang pendidikan guru di Indonesia.
Di masa lampau, bahkan sejak era penjajahan Belanda, seorang guru merupakan lulusan dari sekolah vokasi. Kweekschool adalah sekolah vokasi khusus keguruan yang didirikan oleh Belanda. Kweekschool inilah yang kemudian mencetak para guru‐guru.
Pada perkembangan selanjutnya, di era orde baru ada yang namanya SPG ﴾Sekolah Pendidikan Guru﴿. SPG adalah sekolah vokasi di mana lulusannya akan menjadi seorang guru. Sayangnya, pada tahun 1990 SPG dihapuskan.
Bagi peserta didik yang ingin menjadi seorang guru bisa melanjutkannya ke jenjang perguruan tinggi. Saat itu namanya adalah IKIP ﴾Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan﴿, di mana pada perkembangan selanjutnya sejumlah IKIP berubah menjadi Universitas, misalnya Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Solo dan lain sebagainya.
Jika peserta didik dari lulusan pendidikan vokasi ingin menjadi seorang guru, berikut tips yang bisa dilakukan.
- Memenuhi Persyaratan Akademis
Tips pertama yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru dari pendidikan vokasi adalah dengan memenuhi persyaratan akademis. Seorang guru minimal memiliki tingkat pendidikan S1 atau D4.
- Memenuhi Persyaratan Kompetensi
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru yaitu seperti kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang dapat diperoleh melalui pendidikan profesi.
- Memiliki Sertifikat Pendidik
Guru wajib memiliki sertifikat pendidik. Kewajiban untuk memiliki sertifikat pendidik tertera di dalam perintah Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
- Memenuhi Persyaratan Kesehatan
Guru harus sehat jasmani dan rohani. Faktor kesehatan secara fisik maupun mental guru juga merupakan faktor penentu dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pastinya bila sehat secara fisik dan mental, maka akan lebih optimal dalam mengajar murid-muridnya.
- Memenuhi Persyaratan Kemampuan untuk Memenuhi Tujuan Pendidikan
Guru harus bisa memenuhi tujuan pendidikan, yaitu mencetak generasi yang cerdas dan berbudi luhur.
- Memenuhi Persyaratan Khusus
Beberapa persyarakat khusus berkaitan dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru. Mulai dari sikap berakhlak mulia, berwibawa, sabar dan tekun juga mencintai peserta didik.
- Melek Teknologi
Di era digital seperti saat ini, seorang guru haruslah melek teknologi. Guru harus menguasai beragam perkembangan teknologi pendidikan agar bisa mendukung proses pembelajaran.
Demikianlah pembahasan mengenai pendidikan vokasi beserta tips untuk menjadi guru melalui pendidikan vokasi. Semoga bermanfaat!