7 Tips Mengelola Emosi dalam Pembelajaran bagi Guru
Setiap guru tentu mendambakan murid-murid yang duduk tenang dan rapi saat proses pembelajaran berlangsung. Alangkah indahnya hidup seorang guru bila dalam melaksanakan tugas mengajarnya selalu berjalan lancar. Semua murid menyimak pembelajaran dengan baik. Tak ada suara gaduh di kelas. Saat guru menerangkan, murid dengan khusyuk menyimak.
Ah, sayangnya tidak semua proses pembelajaran berlangsung seperti itu. Seringkali banyak hal-hal yang membuat proses pembelajaran menjadi tidak ideal. Kegaduhan di dalam kelas seringkali harus dialami guru saat mengajar.
Atau bisa juga ada saja tindakan murid yang melanggar tata tertib. Mulai dari tidak mengerjakan tugas ataupun mencontek saat ujian. Atau mungkin ada yang lebih parah. Ada murid yang berani melawan guru secara langsung.
Sebagai seorang pendidik, tentu guru harus bisa menghadapi semua hal-hal yang tidak ideal seperti di atas. Bagaimanapun tindakan yang dilakukan oleh murid, hendaknya bisa disikapi dengan emosi yang benar dan terkendali. Ini penting, karena emosi sesaat itu seringkali merugikan.
Jangan sampai guru tersulut emosi dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga pada akhirnya akan membuat proses pembelajaran semakin tak terkendali. Atau bisa juga berujung pada kasus hukum sebagaimana berita-berita yang ada di media massa.
Bila murid bertindak keterlaluan, guru tak harus menyikapi dengan perbuatan yang emosional juga. Jangan sampai guru melakukan kekerasan terhadap muridnya, baik kekerasan fisik maupun non fisik.
Di sinilah seorang guru perlu memiliki keterampilan mengelola emosi yang baik. Keterampilan ini tentu bisa membantu guru untuk tetap profesional menjalankan tugasnya dalam situasi apapun.
Lalu, bagaimana caranya agar guru bisa mengelola emosinya saat proses pembelajaran berlangsung? Bagaimana caranya agar guru tetap dengan tenang menjalankan tugasnya sekalipun ada tindakan murid yang bisa memicu ledakan emosi? Berikut tujuh tips mengola emosi dalam pembelajaran bagi guru.
7 Tips Mengelola Emosi dalam Kegiatan Pembelajaran bagi Guru
1. Memahami Arti Emosi
Pertama, guru harus memahami arti emosi sendiri itu apa. Memahami pengertian emosi secara utuh adalah langkah pertama dalam mengola emosi dalam pembelajaran bagi guru. Guru harus tahu, definisi emosi itu sendiri itu apa.
Menurut Prezz (1999) emosi dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi yang ada di dalam tubuh dalam menghadapi suatu situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif setiap individu melalui hasil persepsi terhadap situasi. Emosi merupakan hasil reaksi kognitif terhadap situasi khusus yang dialami.
Emosi itu pada prinsipnya menggambarkan perasaan setiap individu dalam menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Walaupun bisa dikatakan bahwa emosi adalah reaksi manusiawi yang dimiliki manusia dalam menghadapi situasi nyata, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan ada emosi yang baik atau emosi yang buruk.
Sejatinya, hanya 2 jenis yakni emosi menyenangkan dan emosi tidak menyenangkan. Dengan demikian emosi dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada dampak yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan.
2. Mengelola Emosi dalam Proses Kegiatan Belajar
Kedua, setelah memahami definisi emosi secara utuh, langkah yang dilakukan guru untuk bisa mengelola emosi dalam pembelajaran adalah pahami kapan guru boleh marah. Guru juga manusia, punya rasa marah.
Guru boleh marah kepada muridnya. Dengan syarat, kemarahan guru bukan sekadar meluapkan emosi sesaat. Bukan untuk harga diri seorang guru saja. Guru boleh marah jika itu berkaitan dengan masa depan murid.
Misalnya, saat tahu ada siswa yang mencontek ketika ujian, guru boleh marah. Kebiasaan mencontek tidak baik bagi masa depan murid. Di sinilah kemarahan guru diperbolehkan. Tunjukkan rasa marah, agar murid jera dan tidak mengulangi lagi perbuatan mencontek.
3. Memahami Karakter Murid
Ketiga, pahami karakter murid. Dengan mengenali dan memahami karakteristik setiap muridnya, guru bisa mengelola emosi dalam pembelajaran. Misalnya, jika muridnya memiliki gaya belajar yang kinestetik, guru tidak boleh marah saat murid bergerak-gerak dalam menyimak pembelajaran yang sedang berlangsung. Ingatkan saja agar gerakannya tidak mengganggu teman-temannya.
4. Hindari Kontak Fisik Ketika Sedang Emosi
Keempat, hindari melakukan kontak fisik saat Anda sedang emosi. Ketika ada perbuatan murid yang menyulut emosi Anda, lipat tangan Anda ke belakang. Ini bisa membuat Anda terhindar dari kemungkinan kontak fisik dengan murid Anda.
Jangan sampai tangan Anda mudah melayang saat melihat kenakalan yang dilakukan oleh murid. Bagaimanapun, tindakan fisik tidak diperkenankan dalam proses belajar mengajar. Anda bisa terlibat masalah hukum jika menggunakan kekerasan fisik untuk menghukum murid yang memancing amarah Anda.
5. Menjalin Hubungan yang Baik dengan Murid
Kelima, jalin hubungan yang baik dengan murid-murid Anda. Menjadi seorang guru tidaklah sekadar menyampaikan pelajaran di depan kelas saja. Guru juga harus bisa menjalin hubungan yang baik dengan murid-muridnya. Guru adalah orangtua bagi murid selama di sekolah. Selayaknya hubungan antara orangtua dan anak, semakin dekat akan semakin baik.
Kedekatan ini akan membuat murid lebih menghargai Anda. Jika Anda sudah dihargai, tentunya murid akan segan bila melakukan hal-hal negatif saat proses pembelajaran berlangsung. Saat Anda mengajar, niscaya murid akan dengan khusyuk dan tenang memperhatikan. Tak ada lagi tingkah ajaib murid yang bisa menyulut emosi Anda.
6. Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Orangtua
Keenam, jalin komunikasi yang baik dengan orangtua. Guru dan orangtua adalah partner dalam mendidik. Sudah selayaknya jika terjalin komunikasi yang baik antara guru dan orangtua. Komunikasi yang baik ini nantinya bisa membantu Anda bila mendapat masalah dengan murid Anda saat proses pembelajaran berlangsung.
Bila ada murid yang selalu membuat kegaduhan di dalam kelas, Anda perlu mengajak orangtunya untuk duduk bersama. Diskusikan masalah ini bersama orangtua murid. Cari tahu apa penyebabnya, sehingga bisa mencari solusi yang tepat untuk menanganinya. Tentunya ini akan lebih baik, dibandingkan Anda sikapi dengan marah-marah untuk menyalurkan emosi yang Anda rasakan.
7. Bersikap Lapang Dada
Ketujuh, sikap lapang dada. Seorang guru tentu harus punya sikap lapang dada yang luas untuk murid-muridnya. Guru jangan mudah terpancing emosi. Berikan cinta dan maaf yang besar pada murid-murid Anda.
Bila ada murid yang melakukan kesalahan, tunjukkan salahnya dengan cinta dan kasih. Bantu murid menemukan jalan untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat. Cari jalan keluar bersama.
Tentu sikap lapang dada ini tidak dengan mudah ada pada diri setiap guru. Diberlukan pengalaman dan jam terbang tentunya. Tapi bisa terus diasah selama masih mau mencoba.
Saat murid melalukan kesalahan, ambil nafas sejenak. Berpikir untuk menentukan respon apa yang akan Anda lakukan. Tentu ini akan membuat Anda tidak melakukan tindakan emosi sesaat yang akan merugikan. Dan ini juga yang nantinya membantu Anda untuk memiliki sikap lapang dada yang besar.
Di samping tujuh tips di atas, tentunya kesabaran dan keikhlasan seorang guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sabar dan ikhlas bisa membantu guru untuk mengelola emosinya.
Dengan demikian, guru akan memiliki kecerdasan emosi yang mumpuni. Proses pembelajaran pun akan berjalan lancar sekalipun tidak selalu berlangsung secara ideal.
Semoga tujuh tips ini bisa membantu Anda mengelola emosi dalam pembelajaran. Selamat mencoba, semoga sukses.