7 Tips Membentuk Kecerdasan Emosional Siswa
Bicara tentang kecerdasan, tidak cukup dinilai dari IQ (Intelligence Quotient) saja. Tetapi juga perlu mempertimbangkan EQ (Emotional Quotient) juga.
Menurut Tasillo Momm dalam studinya yang berjudul “It Pays to Have an Eye for Emotions: Emotion Recognition Ability Indirectly Predicts Annual Income” (PDF) dijelaskan bahwa tingkat emotion recognition ability (ERA) seseorang berhubungan secara tak langsung dengan penghasilan mereka setiap tahun. Kemampuan emosional yang dimiliki seseorang tidak hanya memproses hal-hal yang sarat dengan muatan informasi secara efektif saja, tetapi mereka juga menggunakan informasi tersebut untuk mengatur dunia sosial organisasi untuk mendapatkan kemakmuran,” tulis Momm, dkk.
Pengertian Kecerdasan Emosional
Emotional intelligence atau emotional quotient (EQ) atau kecerdasan emosional didefinisikan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengendalikan, dan mengekspresikan emosi. Dengan memiliki kecerdasan emosional ini, seseorang bisa terbantu dalam berkomunikasi dengan orang lain, mengatasi sebuah situasi, serta mengembangkan pola pikir yang jernih.
Konsep kecerdasan emosional ini pertama kali dicetuskan oleh Wayne Leon Payne dalam disertasinya pada tahun 1985. Payne percaya bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan yang melibatkan hubungan antara rasa takut, sakit, dan kehendak atau kemauan.
Bagaimana perasaan akan baik atau tidaknya sikap seseorang, berhubungan erat dengan kecerdasan emosional ini. Inilah mengapa, kecerdasan emosional bisa mempengaruhi kehidupan seseorang, baik secara individu maupun sebagai anggota kelompok.
Menurut John D. Mayer dari University of New Hampshire, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memikirkan dan menggunakan emosi untuk meningkatkan kemampuan berpikir.
Kecerdasan emosional ini juga merupakan kemampuan untuk merasakan emosi dengan benar, untuk mengakses dan mengelola emosi untuk membantu pikiran, untuk memahami emosi dan pengetahuan emosi. Kecerdasan emosional ini juga berguna untuk merefleksikan emosi seseorang, sehingga ia dapat mengatur emosinya dengan baik serta mengatur pertumbuhan intelektual.
Mayer juga turut mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional ini berarti terlibat dalam kapasitas untuk merasakan suatu emosi, berasimilasi dengan emosi perasaan, dan memahami informasi dari emosi-emosi tersebut.
Pada sebuah artikel berjudul “Emotional Intelligence as a Standard Intelligence” (PDF) yang ditulisnya bersama David R. Caruso, Peter Salovey, dan Gill Sitarenios, Mayer menuliskan tentang konsep pengukuran kecerdasan emosional seseorang yang berkorelasi dengan sebuah hubungan.
“Ketika hubungan seseorang dengan orang lain atau objek berubah, pahamilah emosi orang atau objek tersebut. Apakah orang yang dipandang sebagai suatu ancaman yang ditakuti, atau sebuah objek yang disukai,” tutur Mayer, dkk.
Dalam pelaksanaannya, kecerdasan emosi ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengenali makna-makna dari emosi dan hubungan yang dimilikinya, serta menggunakan kecerdasan ini sebagai dasar penalaran dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, emosi dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas kognitif.
Guru memiliki peran penting dalam perkembangan emosional siswa. Guru dapat membantu siswa belajar cara mengekspresikan perasaannya melalui pengajaran, pemodelan, dan pembimbingan dalam menerapkan keterampilan manajemen emosi. Sangat penting bagi setiap guru untuk dapat memahami bagaimana cara mengembangkan kecerdasan emosional siswanya sedini mungkin sebagai bentuk dukungan untuk proses pembelajaran.
Membentuk Kecerdasan Emosional Siswa
Lalu bagaimana caranya agar guru bisa membantuk kecerdasan emosinal siswa untuk bisa berkembang dengan baik? Berikut 7 tips yang bisa dicoba untuk membentuk kecerdasan emosional siswa.
1. Latih Kesabaran
Misal dengan melatih siswa untuk belajar sabar dengan terbiasa antre menunggu giliran di sekolah. Langkah ini perlu dilakukan dengan tidak lepas dari peran orang guru sebagai model atau panutan. Sesungguhnya, siswa tidak dapat mengantre saat guru terlihat tidak terbiasa mengantre. Salah satu contoh sederhana adalah mengantre ketika akan menggunakan kamar mandi di sekolah.
2. Tumbuhkan Tanggung Jawab
Guru dapat memupuk sikap tanggung jawab siswa melalui pembiasaan yang sudah disepakati bersama. Misalnya, melakukan tugas piket di sekolah sesuai jadwal. Latih tanggung jawab siswa dengan emosi positif. Berikan pemahaman, bukan ancaman.
Dengan emosi positif, kecerdasan semakin berkembang. Kebalikannya, emosi negatif mampu merusak kecerdasan anak.
3. Ajak Peduli dan Berbagi
Tidak hanya meningkatkan kemampuan akademik dan kreativitas siswa, penting bagi guru untuk melatih sikap peduli yang dimiliki siswa. Siswa akan memiliki kepedulian kepada sesama ketika ia hidup dalam lingkungan suka berbagi. Misal ketika bermain siswa mau berbagi mainan dengan teman atau mau berbagi makanan dengan teman. Bisa juga dengan mengadakan kegiatan bakti sosial secara berkala di sekolah.
4. Melatih Kepercayaan Diri
Melatih kepercayaan diri siswa sangat penting karena akan sangat mempengaruhi kecerdasan emosionalnya. Siswa dengan rasa percaya diri tinggi akan mampu meningkatkan kecerdasannya. Sebaliknya, siswa yang cerdas akan mengalami hambatan dalam perkembangan saat tidak memiliki rasa percaya diri.
Latih kepercayaan diri siswa dengan sering mengajaknya berdiskusi. Dorong siswa untuk selalu mengemukakan pendapatnya. Semakin sering siswa mengungkapkan pendapatnya, kepercayaan dirinya semakin terlatih.
Bisa juga dengan mengadakan puncak apresiasi sekolah. Acara di mana semua siswa bisa memunjukkan kemampuan atau bakat yang dimiliki. Keberanian tampil ini bisa mendorong rasa percaya diri siswa.
5. Bangun Pengendalian Diri
Pengendalian diri yang baik bisa menjadi cara meningkatkan EQ yang baik, untuk memastikan siswa bertindak dengan tepat dalam setiap situasi. Saat sedang emosi, siswa mungkin bisa menangis atau melakukan hal-hal di luar kewajaran. Ajak siswa menyalurkan emosinya ke dalam suatu aktivitas yang positif, misalnya berolahraga.
Guru bisa membantu membangun pengendalian diri pada siswa. Guru bisa mengajarkan pada siswa, bahwa mereka tidak perlu terlalu menekan emosi saat berusaha untuk mengendalikannya. Bersikaplah wajar terhadap semua emosi yang menghampiri. Kenali emosi tersebut kemudian tarik napas dalam-dalam agar tetap tenang. Ini bisa membantu siswa memiliki pengendalian diri yang baik, sehingga baik juga untuk perkembangan kecerdasan emosionalnya.
6. Berikan Motivasi
Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan selalu termotivasi dalam hidupnya, termasuk saat menghadapi hal yang tidak berjalan lancar. Individu ini menjadi orang yang selalu tegar dalam menghadapi segala situasi, termasuk hal-hal yang tidak sesuai rencana.
Makanya sangat penting bagi guru untuk terus memberikan motivasi pada siswa dalam mengasah kecerdasan emosionalnya. Yakinkan pada siswa, bahwa kecerdasan emosional itu sangat penting bagi masa depannya. Oleh karena itu harus selalu dilatih dengan baik.
7. Tunjukkan Empati
Berempati tak sekadar merasakan apa yang orang lain rasakan, tetapi juga bisa memahami sudut pandang, tantangan, dan kekuatan orang lain. Guru bisa melatih kecerdasan emosional siswa dengan menunjukkan empati yang dimiliki.
Ajarkan juga bagaimana empati itu kepada siswa. Guru bisa menjelaskan bahwa, empati itu tidak harus setuju dengan sudut pandang orang lain, namun hal ini akan membantu untuk memahami mengapa orang lain bertindak atau berpikir demikian.
Bila empati yang dimiliki siswa tinggi, sudah dipastikan bahwa siswa juga memiliki kecerdasan emosional yang baik.
Demikian 7 tips yang bisa dilakukan oleh guru untuk membentuk kecerdasan emosional siswa. Semoga tips ini bisa membantu guru untuk memiliki siswa dengan kecerdasan emosional yang baik. Sehingga siswa akan menjadi manusia yang sukses di masa yang akan datang.