7 Hal Mengenai Mapping Domain dalam Pengembangan Soal AKM
Tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah resmi menggantikan Ujian Nasiona (UN) dengan Asesmen Nasional (AN). Penggunaan Asesmen Nasional ini dianggap sebagai hal yang selaras dengan pendidikan pada abad 21. Asesmen Nasional terdiri dari 3 lingkup, yaitu asesmen kompetensi minumum (AKM), survey karakter dan survey lingkungan belajar.
Dalam mengembangkan soal AKM, banyak hal yang harus diperhatikan oleh guru. Salah satunya adalah mengenai mapping domain.
Tentang AKM
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian terhadap kompetensi dasar para peserta didik. Kompetensi dasar ini meliputi literasi dan numerasi. Kemampuan literasi dan numerasi dianggap sebagai kemampuan dasar yang wajib dimiliki dalam pendidikan abad 21 ini.
Jika setiap peserta didik memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang mumpuni, diharapkan kedepannya mereka bisa menghadapi setiap tantangan perkembangan zaman.
Literasi dan numerasi menjadi kecakapan penting pendidikan abad 21. Dengan dua kemampuan tersebut diharapkan setiap peserta didik bisa memiliki kemampuan belajar dan berinovasi, cakap memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kecakapan hidup.
Kemampuan literasi yang akan diuji dalam AKM ini bukan sekadar bisa membaca saja. Melainkan juga bisa memaknai dan memahami konsep yang ada pada bacaan. Begitu juga kemampuan numerasi, bukan sekedar mampu berhitung. Namun, lebih kepada menggunakan operasi hitungan dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan Ujian Nasional (UN) yang dilakukan pada peserta didik tingkat akhir, AKM ditujukan kepada peserta didik tingkat menengah. Peserta didik yang akan mengikuti AKM adalah peserta didik kelas 5 SD, 8 SMP dan 11 SMA.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan agar hasil dari AKM bisa dijadikan sebagai perbaikan di jenjang pendidikan berikutnya.
Dengan demikian soal-soal yang ada di AKM pun berbeda dengan UN. Soal-soal AKM lebih bersifat kontekstual. Menghadirkan soal-soal yang bersifat problem solving. Harapannya, peserta didik bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah.
Soal-soal AKM dibuat berdasarkan acuan yang terdapat pada Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Peserta didik diharapkan mampu menganalisa sebuah informasi yang diberikan. Jadi tidak ada konsep hafalan pada soal AKM ini.
Pengembangan Soal AKM
Dalam penerapannya, soal-soal AKM ini akan dikembangkan melalui beberapa tahap, seperti penyusunan desain, penyusunan dan analisis framework, penyusunan stimulus, penugasan penulisan soal, penulisan soal, penelaahan dan perbaikan soal, perakitan soal/bahan uji coba, validasi soal, uji coba soal, penskoran dan analisis soal, interpretasi hasil analisis, seleksi soal, penyusunan spesifikasi tes, pemilihan soal, pemaketan soal, proof reading, fiat, dan pemanfaatan tes/soal.
Yang termasuk ke dalam kegiatan pengembangan dimulai dari penyusunan desain hingga seleksi soal. Sedangkan kegiatan penyiapan bahan AKM dimulai dari kegiatan penyusunan spesifikasi tes hingga pemanfaatan tes.
Terkait pengembangan soal AKM ini salah satunya berhubungan dengan mapping domain atau pemetaaan bidang, bidang literasi dan numerasi. Ada tujuh hal yang harus diperhatikan mengenai mapping domain dalam pengembangan soal AKM.
1. Tujuan
Hal pertama yang harus diperhatikan guru mengenai mapping domain dalam pengembangan soal AKM adalah guru wajib memahami tujuan dari AKM itu sendiri. Di mana AKM bertujuan menilai dua kemampuan dasar peserta didik yaitu kemampuan literasi dan numerasi.
AKM bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah setiap peserta didik. Oleh karena itu, dalam mengembangkan soal AKM, soal yang dibuat adalah soal yang bersifat kontekstual bukan tekstual. Soal yang menuntun peserta didik untuk memiliki kemampuan menganalisa informasi yang ada dihadapannya.
2. Ruang Lingkup
Mapping domain dalam pengembangan soal AKM juga harus memperhatikan ruang lingkup dari AKM itu sendiri.
Ruang lingkup dalam pengembangan soal AKM ini meliputi kemampuan literasi dan numerasi yang dimiliki peserta didik yang duduk di bangku kelas 2 , 4, 5, 6, 8, 10 dan 11. Pengembangan soal AKM ini akan dibagi ke dalam 6 level, yaitu :
- Level 1 : Kelas 1 - 2
- Level 2 : Kelas 3 - 4
- Level 3 : Kelas 5 - 6
- Level 4 : Kelas 7 - 8
- Level 5 : Kelas 9 - 10
- Level 6 : Kelas 11 - 12
Setiap kompetensi yang akan diukur dalam setiap level akan dituangkan ke dalam framework literasi dan numerasi. Framework ini menggambarkan tentang learning progression atau progres belajar peserta didik.
Pada literasi membaca akan terdapat kompetensi dan sub-kompetensi dengan peningkatan kompetensi yang disesuaikan dengan jenjang/level peserta didik. Sedangkan pada numerasi akan terdapat domain dan sub-domain yang disertai dengan level kognitif yang perlu dikuasai oleh peserta didik di setiap levelnya.
3. Bentuk Soal
Soal AKM ini memiliki beragam variasi bentuk soal. Bentuk soal AKM terdiri dari :
- Pilihan ganda: Peserta didik hanya bisa memilih satu jawaban benar
- Pilihan ganda kompleks: Peserta didik bisa memilih lebih dari satu jawaban benar
- Menjodohkan: Peserta didik memilih pasangan soal dan jawaban dengan menarik garis dari satu titik ke titik lainnya
- Isian singkat: Peserta didik memberikan jawaban singkat yang merupakan jawaban pasti
- Uraian: Peserta didik menjawab dengan uraian tentang jawaban soal.
4. Komponen
AKM ini memiliki tiga komponen utama yang diujikan. Pertama, konten. Pada kemampuan numerasi harus memuat konten pengujian bilangan, geometri dan pengukuran, data dan ketidakpastian, serta aljabar. Sedangkan pada kemampuan literasi terdiri dari konten pengujian dari beragam teks berupa teks informasi dan teks fiksi.
Kedua, proses kognitif. Pada asesmen numerasi akan menguji pemahaman konsep, penerapan konsep, serta penalaran masalah non rutin. Sedangkan pada asesmen literasi yang diukur adalah kemampuan menemukan informasi, interpretasi dan integrasi teks, serta mengevaluasi dan refleksi isi dengan konteks di luar teks.
Ketiga, konteks. Pada asesmen literasi membaca dan numerasi peserta didik akan melakukan diuji secara personal mengenai sosial budaya dan saintifik pada kemampuan konteks.
5. Pengembangan Soal Numerasi
Pada pengembangan soal numerasi AKM, hal yang harus ada adalah konteks yang luas. Soal-soal yang dibuat harus mampu membuat peserta didik mampu menggunakan pengetahuan matematika yang dimilikinya dalam menjelaskan kejadian, memecahkan masalah, atau mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pengembangan Soal Literasi
Dalam mengembangkan soal literasi pada AKM, hal yang paling penting adalah ketersediaan teks atau bacaan yang akan digunakan sebagai stimulus dalam penyusunan soal. Adapun teks atau bacaan yang digunakan harus memenuhi kriteria tingkat keterbacaan yang baik dan juga berkualitas baik dari segi konten, bahasa, dan penyajiannya.
7. Uji Coba
Hal terakhir yang harus diperhatikan mengenai mapping domain dalam pengembangan soal AKM adalah soal-soal tersebut bisa lulus kriteria uji coba. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan data-data empirik mengenai soal-soal yang sudah dibuat. Uji coba dalam mengembangkan soal-soal AKM ini ditujukan kepada peserta disik kelas 2,4, 6,8 dan 10.
Demikian adalah 7 hal yang harus diperhatikan mengenai mapping domain dalam pengembangan soal AKM. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam menyusun dan mengembangkan soal-soal AKM yang sesuai dengan semangat AKM itu sendiri. Meningkatkan kemampuan pembelajaran abad 21 para peserta didik.