7 Cara Praktis Menstimulasi Anak yang Terlambat Bicara
Memiliki buah hati yang sehat dan tumbuh dengan baik adalah dambaan setiap orang tua. Tetapi dalam membesarkan putra-putrinya, sebagian orang tua mengalami beberapa kendala, salah satunya Speech Delay, atau sering kita kenal dengan “Terlambat Bicara”. Kemampuan anak dalam berbahasa dan berbicara dimulai dari rumah, terutama pengasuhnya.
Berbicara merupakan bentuk komunikasi yang menjadi dasar kita membangun relasi sosial dengan orang-orang sekitar. Dari jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini (2016) Universitas Syiah Kuala Darussalam dijelaskan bahwa “Anak terlambat berbicara yang terganggu ialah penyampaian bahasa secara lisan, sedangkan penerimaan bahasa dari luar sudah memadai. Terlambatnya kemampuan berbicara anak juga dapat menyebabkan anak kesulitan dalam menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.”
Kebanyakan orang tua menganggap terlambat bicara adalah hal yang biasa saja, padahal perlu usaha untuk membuat anak tidak ketinggalan tahap perkembangannya. Peran pengasuh sangat signifikan bagi setiap perkembangan buah hati, maka Anda perlu melakukan stimulasi agar anak berhasil melewati tahap pertumbuhan dan perkembangannya dengan baik.
Orang tua/pengasuh merupakan orang terdekat sekaligus sahabat bagi anak. Jadi, siapa lagi kalau bukan Anda yang memperhatikan tumbuh kembang buah hati?
Bagaimana cara menstimulasi putra-putri yang mengalami keterlambatan bicara? Simak 7 cara praktis berikut ini.
1. Mengajak Anak Bicara
Seperti yang sudah kita ketahui, berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling umum digunakan manusia. Mungkin saja anak terlambat bicara karena kurang komunikasi dari pengasuhnya, apalagi jika kedua orang tua adalah pekerja dan anak diasuh oleh baby sitter.
Tidak semua baby sitter profesional dalam mengasuh anak dan punya bekal tentang perkembangan balita. Salah satu cara untuk menstimulasi dengan mudah adalah ajaklah anak berbicara sesering mungkin. Dengan begitu, anak akan mendapatkan kosakata baru. Tidak hanya sekadar bicara, tetapi isi pembicaraan juga dapat menjadi trigger bagi anak untuk memberikan feedback.
Apabila Anda menggunakan jasa pengasuh balita atau baby sitter, pastikan mereka dari lembaga terpercaya yang sudah dibekali ilmu pertumbuhan dan perkembangan anak. Berikan program bagi baby sitter seperti ketika mandi diajak bicara, atau setelah makan menuju jam tidur siang juga diajak berkomunikasi. Setelah Anda pulang kerja, sapalah anak dan berikan waktu Anda semaksimal mungkin.
2. Menyanyikan Lagu untuk Si Buah Hati
Selain menyenangkan, bernyanyi dapat menambah kosakata bagi balita. Cukup gunakan lagu-lagu dengan kosakata sederhana yang nantinya akan tertanam di benak si kecil. Salah satunya lagu “Satu-satu aku sayang ibu, dua-dua aku sayang ayah” yang dapat memberi tahu bahwa dalam keluarga intinya ada ibu dan ada ayah. Jadi, anak akan memiliki bahasa pertamanya dengan memanggil “ibu” atau “ayah”.
Sediakan waktu bermain dan bernyanyi untuk anak. Selain menstimulasi agar anak untuk cepat berbicara, ini juga membentuk kelekatan antara orang tua dan anak. Saat anak merasa aman dengan pengasuhnya, dia akan lebih mudah menjalani fase pertumbuhan dan perkembangan.
3. Dongeng
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh apa yang didengarnya. Mendongengi anak sebelum tidur juga dapat menstimulasi perbendaharaan kata si kecil. Luangkan 20—30 menit setiap harinya terutama ketika saat si kecil akan tidur. Jangan lupa ketika membaca dialog wajib menunjukkan eskpresi seperti yang tokoh rasakan agar si anak paham jenis-jenis emosi secara tidak langsung.
Sudah banyak buku dongeng yang tampilannya menarik. Di e-commerce tersedia beragam buku dari yang harganya terjangkau hingga harga sultan. Semua tergantung kebutuhan dan pastikan on budget.
Buku dongeng adalah salah satu investasi orang tua pada anak-anaknya. Apabila memilih tidak menggunakan buku dongeng, Anda bisa menggunakan bayangan yang diciptakan di tembok dengan membentuk tangan seperti kelinci, bebek, dan binatang lainnya.
4. Memberikan Respons pada Si Kecil
Kunci komunikasi yang baik adalah ketika ada feedback antar individu, begitu juga ketika si kecil melontarkan ucapan yang meskipun belum jelas kata-katanya. Tetap beri respon positif dan bisa bantu perjelas kata-kata beserta maksudnya. Contoh kasusnya seperti ini:
Si kecil berkata “ta..ta…”
Bunda bisa dapat memperjelas “Iya sayang, ini MA.. MA…”
Cara tersebut dapat membantu si kecil lebih memahami penyebutan yang benar dan pastinya dia akan mengusahakan apa yang diajarkan oleh pengasuhnya.
5. Kurangi Menghibur dengan Gadget
Belakangan ini, orang tua memilih gadget sebagai alat agar anak-anaknya tenang dan tidak membuat keributan. Cukup diberikan tontonan kartun dan si kecil anteng di depan layar. Kegiatan inni memang dapat menghibur buah hati Anda. Namun, tidak ada feedback yang dapat dilakukan anak Anda, apalagi jika mereka menonton tayangan dengan bahasa asing yang sama sekali tidak mereka temukan dalam pengasuhan sehari-hari.
Sebagai contoh tontonan Masha and The Bear yang menggunakan bahasa Rusia. Tontonan ini memang menarik secara visual, tetapi apakah Anda sehari-hari menggunakan bahasa Rusia? Pastikan anak memahami bahasa Ibu terlebih dahulu sebelum diajarkan bahasa asing. Pasalnya, ini juga dapat mempengaruhi perkembangan sosialnya di masa anak-anak hingga remajanya kelak.
6. Ucapkan secara Perlahan
Agar si buah hati memahami apa yang Anda katakan, maka ucapkan perlahan. Terutama gerak bibir yang jelas dan tidak terburu-buru. Cara ini dapat mempermudah anak Anda memahami kata-katanya. Katakan pada anak per suku kata secara perlahan-lahan. Perjelas ucapan dengan gerak bibir yang sesuai.
Pengucapan kata yang terlalu cepat akan membuat anak juga akan terburu-buru dalam berbicara nantinya karena sudah ter-template dari orang sekitarnya. Sering kita temui mengapa ada orang dewasa yang berbicara terlalu cepat, ternyata karena pada saat masa perkembangan bahasa, pengasuhnya juga terburu-buru dalam berbicara.
7. Kerja Sama Anggota Keluarga
Dalam mencapai suatu tujuan, salah satu caranya dengan kerja sama tim, begitu juga dalam menstimulasi setiap perkembangan si kecil. Sebagai orang tua, buatlah rules yang mana seluruh anggota keluarga di rumah menerapkan enam poin di atas, atau minimal tidak “mengganggu” program pengasuhan orang tua. Pasalnya, tak jarang keluarga kecil yang tinggal di keluarga besar, ipar dan mertua ikut campur dalam pola asuh.
Kepala keluarga harus tegas dan berkomitmen dalam pola asuh anak. Biasanya seorang nenek/kakek akan lebih memanjakan buah hati Anda. Menjadi orang tua harus siap menangkis segala bentuk distraksi yang mengganggu program rumah tangga, termasuk dalam pengasuhan buah hati.
Selain tujuh tips stimulasi di atas, perlu juga kepekaan orang tua dengan apa yang terjadi pada anak-anaknya. Apabila ada hal-hal yang dirasa sudah tidak normal, sangat dianjurkan berkunjung ke profesional untuk menentukan tindakan penanggulangan. Selain itu, Anda dapat memastikan tindakan preventif dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti ikut campur keluarga, lingkungan yang toxic, atau semacamnya.
Tugas orang tua adalah menjadi “sekolah” pertama bagi anak. Maka, Ayah dan Bunda berkewajiban menuntun si kecil menjadi yang terbaik versinya.