Tips Menghadapi Anak yang Suka Memukul atau Bersikap Kasar

Secara alami, seorang anak adalah sosok yang manis dan menggemaskan. Tingkah laku mereka lucu, selalu menyegarkan suasana. Setiap orang tua yang pulang dari bekerja atau beraktivitas di luar rumah pasti akan menyapa anak-anak mereka. Dengan bercengkarama, bercanda, bahkan hanya dengan memandang mereka saat tidur saja, sudah bisa menghilangkan rasa lelah orang tua yang seharian bekerja.

Akan tetapi, bagaimana jadinya jika Anda menemukan anak-anak yang suka memukul atau bersikap kasar? Tentu, banyak faktor yang menjadi penyebab. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan anak dengan lebih serius agar kebiasaan memukul ini tidak menetap pada karakter anak.

Faktor-Faktor yang Dapat Menyebabkan Perilaku Kasar pada Anak

sumber: https://www.pexels.com/

Mengapa anak suka memukul atau bersikap kasar adalah pertanyaan yang kompleks? Jawabannya, bisa saja karena setiap anak memiliki latar belakang, pengalaman, dan kebutuhan yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi perilaku tersebut, antara lain sebagai berikut.

1. Kurangnya Keterampilan Sosial

Anak mungkin belum belajar keterampilan sosial yang tepat untuk mengatasi emosi atau konflik secara sehat. Mereka mungkin belum memahami cara mengungkapkan kebutuhan mereka atau mengelola emosi negatif dengan cara yang lebih baik.

2. Model Perilaku

Perilaku yang kasar atau agresif dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tinggal atau lingkungan pergaulan, seperti melihat atau mengalami kekerasan di rumah atau di media.

3. Faktor Lingkungan

Tinggal di lingkungan yang tidak memadai, seperti kurangnya perhatian atau perawatan yang konsisten, bisa menjadi penyebab anak menjadi agresif.

4. Faktor Genetik dan Biologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan biologis dapat memainkan peran dalam perilaku agresif pada anak. Namun, penting untuk diingat bahwa faktor ini tidak saja menentukan perilaku secara sendirinya, melainkan juga dihubungkan dengan interaksi dengan faktor lingkungan.

Cara Menyikapi Anak yang Bersikap Kasar

sumber: https://www.pexels.com/

Lalu, apa yang harus dilakukan oleh orang tua jika mendapati anak-anak yang suka memukul atau bersikap kasar? Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang tua jika mendapati si kecil yang suka memukul.

1. Mencari Tahu Penyebabnya

‌‌Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari tahu penyebab anak suka memukul. Apakah karena membela diri atau karena sering mengganggu anak lain sehingga ia merasa harus mempertahankan miliknya. Akan tetapi, bisa juga karena anak yang memiliki inisiatif untuk memukul duluan. Contohnya karena anak menyukai mainan temannya dan merasa perlu merebutnya.

2. Memberikan Pengertian Cara Bersikap

Jika alasan anak memukul karena terlalu dominan dan ingin menguasai mainan temannya, Anda sebagai orang tua harus memberikan pengertian pada anak. Anak perlu diberi tahu bagaimana seharusnya ia bersikap pada teman-temannya. Jika ia tidak ingin disakiti oleh temannya, mereka tidak boleh menyakiti orang lain. Jika ia ingin diajak bermain bersama, ia harus menjaga sikap, tidak boleh mendominasi, dan menguasai permainan. Bermain bersama artinya bersenang-senang bersama.

‌‌3. Memberikan Contoh di Rumah

Jangan lupa, anak-anak merupakan peniru ulung. Apakah di rumah orang tua juga suka melakukan kekerasan? Seorang anak yang sering melihat orang tuanya melakukan kekerasan fisik, cenderung akan mencontoh prilaku tersebut. Sebagai contoh, seorang anak yang memukul temannya di sekolah, ternyata sering mendapatkan pukulan dari ayahnya di rumah. Sang Ayah akan memukul jika si anak ketahuan bersalah. Akhirnya, anak merasa tindakan memukul boleh dilakukan. Ini membuat anak akhirnya "kelepasan" untuk memukul temannya karena tindakan ini sudah terekam di alam bawah sadarnya.

‌‌4. Menjauhkan Anak dari Lingkungan yang Tidak Mendukung‌‌

Salah satu faktor penting bagi perkembangan karakter anak adalah lingkungan sekitar. Bagaimana anak bergaul, dengan siapa ia berinteraksi, akan memengaruhi karakternya. Oleh karena itu, orang tua harus menciptakan suasana yang kondusif bagi anak. Anak harus dijauhkan dari lingkungan yang memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembangnya. Anak-anak yang tinggal di lingkungan pasar, tentu pergaulannya berbeda dengan anak-anak yang tinggal di perumahan.

5. Memberikan Kegiatan Alternatif Fisik‌‌

Anak-anak yang suka memukul atau melakukan tindakan fisik lainnya, biasanya memiliki energi yang besar. Mereka cenderung lebih agresif dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Orang tua bisa mendaftarkan anak pada kegiatan-kegiatan ekskul yang diminati anak. Sebagai contohnya, klub basket, klub renang, atau klub bela diri. Klub-klub tersebut biasanya suka mencari bibit-bibit yang berbakat dan memiliki kemauan keras, untuk dijadikan atlet.

6. Tidak Menghakimi‌‌

Jika anak Anda kedapatan melakukan pemukulan kepada temannya, jangan langsung menyalahkan anak dan menghukumnya. Bisa saja anak melakukan pemukulan karena melindungi dirinya atau mempertahankan miliknya.

7. Memberikan Pendampingan saat Anak Berinteraksi dengan Temannya‌‌

Luangkan waktu untuk mendampingi anak saat berinteraksi dengan teman-temannya. Ini membuat Anda mengenal teman-temannya, dan mengetahui karakter mereka. Dengan demikian, jika terjadi pemukulan, Anda sudah bisa memahami kondisi apa yang terjadi di antara mereka.

8. Membuat Perjanjian Dengan Anak‌‌

Selanjutnya, buatlah perjanjian dengan anak. Perjanjian ini meliputi apa saja yang boleh dilakukan, dan apa yang tidak boleh. Dengan membuat perjanjian, anak berlatih untuk berkomitmen dan belajar patuh pada aturan.

9. Memberikan Hukuman jika Anak Melanggar

Sesekali berikan punishment pada anak ketika ia melanggar perjanjian yang telah disepakati. Anak harus diberikan pengertian dan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggarnya. Namun, punishment ini hendaknya yang bersifat mendidik sehingga anak menjadi sadar bahwa ia tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.

7 Strategi Membiasakan Anak untuk Hemat Energi di Rumah
Kapan sebaiknya mulai mengajarkan anak untuk hemat energi? Kebiasaan baik sebaiknya diajarkan pada anak-anak sejak dini.

Dalam mendukung tumbuh kembang anak, sangat penting bagi orang tua untuk melakukan hal-hal berikut.

-  Mengajarkan Keterampilan Sosial

Bantu anak untuk belajar keterampilan sosial yang berguna, seperti mengungkapkan emosi dengan kata-kata, mengelola konflik dengan damai, dan bekerja sama dengan orang lain.

-  Memberikan Teladan Positif

Berikan contoh perilaku yang baik dan non-agresif dalam interaksi dengan orang lain. Umumnya, anak senang meniru perilaku orang dewasa yang ada di sekitarnya.

-  Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Terstruktur

Ciptakan lingkungan yang aman, konsisten, dan terstruktur di rumah atau di lingkungan pergaulan anak. Jika anak mengalami kekerasan atau konflik di lingkungannya, penting untuk menyediakan dukungan dan mencari bantuan yang diperlukan.

-  Berkomunikasi dengan Anak

Berbicaralah dengan anak untuk memahami penyebab atau pemicu perilaku agresifnya. Biarkan anak merasa didengar dan bantu mereka untuk menyampaikan kebutuhan atau emosi mereka dengan cara yang lebih produktif.

-  Bekerja Sama dengan Sekolah atau Ahli Psikologi

Jika perilaku agresif anak terus berlanjut atau memburuk, penting untuk mencari bantuan dari sekolah atau ahli psikologi. Mereka dapat membantu mendiagnosis penyebab perilaku dan memberikan saran serta intervensi yang spesifik.

11 Tips untuk Memulai Kebiasaan Menabung
Menabung bermanfaat untuk masa depan anak atau untuk kebutuhan yang mendesak nantinya. Menabung juga bisa digunakan untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan dengan usaha sendiri

Dalam mengatasi perilaku agresif anak, penting untuk menghindari hukuman fisik atau cara penanganan agresif lainnya. Sebagai gantinya, fokuslah pada pembelajaran keterampilan sosial dan pemahaman bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.

Mendidik anak memang tidak mudah. Tidak bisa dilakukan hanya dengan kata-kata. Anda harus memberikan contoh nyata di kehidupan sehari-hari. Mendidik anak agar memiliki karakter yang positif, membutuhkan waktu dan proses. Akan tetapi, jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh kasih sayang, hal ini mudah dilakukan. Jangan menjadikan anak sebagai beban sehingga pengasuhannya diserahkan kepada orang lain. Bukankah anak merupakan cerminan dari orang tuanya?