Sebab dan Cara Mengatasi Murid Yang Menyontek
Siswa mana yang tidak mau dapat nilai bagus saat ujian? Membuat orangtua bangga dengan nilai bagus, jelas jadi impian bagi banyak siswa . Nah kalau mengikuti saran para guru dan orangtua, ya kalau mau pintar harus belajar. Namun bagi mereka yang tidak sabar, malas dan ingin hasil instan, mereka tak akan mengindahkan saran tersebut. Alih-alih belajar, mereka justru fokus bikin contekan.
Kebiasaan menyontek ini sepertinya berlaku secara universal ya. Kebiasaan ini bahkan ada diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh McCabe ke 24.000 siswa di 70 SMA, ditemukan fakta bahwa 64% siswa suka menyontek saat ujian.
Menyontek Adalah
Menurut Abdullah Alhadza , mengutip pendapat dari Bower (1964) yang mendefinisikan “cheating is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure),” maksudnya “menyontek” adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.
Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas ataupun take home test.
Dalam perkembangan mutakhir “menyontek” dapat ditemukan dalam bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar, dan banyak lagi cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional.
Pada tingkatan yang lebih intelek, menyontek berwujud plagiat karya ilmiah seperti dalam wujud membajak hasil penelitian orang lain, menyalin skripsi, tesis, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya dalam ujian sebagai karyanya sendiri.
Ternyata praktik menyontek banyak macamnya, dimulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang canggih. Teknik menyontek tampaknya mengikuti pula perkembangan teknologi, artinya semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan semakin canggih pula bentuk menyontek yang bakal menyertainya.
Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa apapun bentuknya, dengan cara sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat tercela sampai kepada yang mungkin dapat ditolerir, menyontek tetap dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar.
Faktor Penyebab Siswa Menyontek
Meskipun banyak yang menganggap jika siswa menyontek adalah karena malas belajar, sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan kenapa siswa menyontek.
Menurut Nugroho (2008), yang menjadi penyebab munculnya tindakan menyontek bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.
Faktor dari dalam diri sendiri
1. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
2. Orientasi siswa pada nilai bukan pada ilmu.
3. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
4. Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru.
5. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
6. Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.
7. Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
Faktor dari Guru
1. Guru kurang melakukan variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
2. Guru kurang membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
3. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
Faktor dari Orang Tua
1. Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
2. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak
Faktor dari Sistem Pendidikan
1. Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya masih banyak yang belum berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
2. Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.
Meskipun menyontek adalah perbuatan yang dilarang, masih saja banyak siswa yang menyontek di saat ujian. Bahkan mereka bisa menyontek dengan caranya sendiri. Berikut kisah usaha murid nyontek yang kreatif.
1. Mencatat materi ulangan yang ditempel di botol minum, desainnya pun dibuat mirip semirip mungkin dengan tulisan yang biasanya ada di botol tersebut agar tidak ketahuan.
2. Pura-pura terluka dan memakai plster. Di plester ditulis materi ujian agar bisa dicontek.
3. Memakai jaket yang panjang, dapat menipu guru dengan melepaskan tangannya dari jaket dan membuka hp di kolong meja.
4. Menggandakan (fotocopy) buku cetak pelajaran atau catatan. Biasanya buku atau catatan difotocopy perkecil jadi lebih mini.
5. Meletakkan buku cetak dan contekan lainnya di WC (tentunya di tempat yg tersembunyi). Jika ingin menyontek baru minta izin untuk pergi ke WC.
6. Ngebatik adalah cara mencontek dengan media tangan ataupun meja. Catatan contekan ditulis di tangan atau meja.
7. Mengisi botol minuman dengaan kertas-kertas kecil yang berisi catatan contekan. Tentunya botol minum yang digunakan yang tidak transparan agar isinya tidak bisa dilihat dari luar.
Akibat Menyontek
Ide-ide menyontek yang kreatif bisa dikatakan bahwa siswa yang suka menyontek memiliki kreativitas yang tinggi. Seperti sebuah penelitian yang dilakukan oleh Takeshi Okada dan Kentaro Ishibashi, dua ilmuwan cognitive science Universitas Tokyo, Oktober 2016, memiliki hipotesa jika orang yang menyontek lebih kreatif dari yang tidak menyontek.
Meski begitu, menyontek adalah perbuatan tercela yang sangat merugikan pelakunya sendiri. Bagi yang menyontek ketahuan oleh pengawas dapat dipastikan bagaimana kisah selanjutnya. Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan menanggung malu, dan bahkan lebih fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan dinyatakan tidak lulus ulangan. Ilmu yang didapatkan dengan tidak jujur, biasanya tidak membawa kebaikan.
Siswa yang punya kebiasaan menyontek di sekolah cenderung menjadi orang dewasa yang tak jujur di dunia kerja. Bahkan perilaku koruptif yang marak terjadi akhir-akhir ini akarnya adalah ketidakjujuran saat sekolah.
Jadi alangkah baiknya jika berbuat jujur mulai dari sekolah. Mengerjakan ujian sesuai kemampuan sendiri. Hilangkan kebiasaan menyontek. Agar Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang jujur.