Menerapkan Blended Learning di Kelas
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya dalam perkembangan dunia pendidikan. Hal ini sangat dirasakan dengan adanya pergeseran pola pembelajaran dari masa ke masa. Jauh sebelum pandemi COVID-19 menyerang, berbagai negara di dunia sudah mulai menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada sistem pendidikannya hingga akhirnya muncul istilah belajar online.
Dulu mungkin kita berpikir bahwa belajar itu harus dilakukan di sekolah, berada di ruang kelas, dan bertatap muka langsung dengan guru atau siswa di kelas. Tetapi proses belajar kini menjadi lebih fleksibel karena muncul model pembelajaran yang memanfaatkan TIK. Melalui model pembelajaran terbaharukan, sekarang kita bisa belajar dimana saja dan kapan saja tanpa terbatas waktu dan ruang.
Model pembelajaran yang selama ini kita ketahui dinamakan face to face learning. Face to face learning adalah model pembelajaran tradisional yang mengandalkan kegiatan tatap muka di kelas. Kini sudah muncul model pembelajaran lain berbasis TIK yaitu blended learning dan online learning.
Blended learning merupakan model pembelajaran campuran. Campuran yang dimaksud adalah kombinasi antara model pembelajaran online learning dengan model pembelajaran face to face learning. Online learning diartikan sebagai model pembelajaran yang seluruh kegiatannya dilakukan secara online. Mulai dari pemberian instruksi, interaksi, hingga aktivitas belajar. Pada model pembelajaran blended learning, unsur tatap muka tetap dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar. Berbeda dengan online learning yang menghilangkan seluruh kegiatan tatap muka dalam proses pembelajarannya.
Oleh karena itulah, blended learning dipilih menjadi wacana model pembelajaran masa depan yang digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia yaitu Nadiem Anwar Makarim. Hal ini tentu dapat dipahami, mengingat metode pembelajaran tatap muka adalah cara yang paling efektif karena melibatkan semua indera. Komunikasi dua arah akan terjalin sempurna sehingga penyampaian dan penerimaan pesan menjadi lebih efektif daripada melalui digital saja. Tetapi kita juga tidak boleh menutup mata dengan pentingnya kehadiran teknologi untuk kemajuan pendidikan, sehingga kombinasi keduanya adalah yang paling pas untuk diterapkan.
Lalu bagaimana cara menerapkan blended learning dalam kelas? Kali ini, penulis akan memberikan gambaran blended learning sebagai model pembelajaran di kelas.
Persiapan Pra-Implementasi Blended Learning
Sebelum menerapkan model pembelajaran blended learning, ada 2 hal yang harus disiapkan sekolah agar pelaksanaannya berjalan lancar. Persiapan pra-implementasi tersebut adalah sebagai berikut:
- Menentukan Kesepakatan
Sebelum mengimplementasikan model pembelajaran blended learning, sekolah dan instrumen pendidikan lainnya seperti guru dan staf perlu membangun kesepakatan terlebih dulu. Hal ini berguna untuk menyampaikan secara jelas terkait urgensi pelaksanaan blended learning dan manfaatnya bagi mereka dan siswa. Dengan menentukan kesepakatan maka akan terjalin kesepahaman dalam pelaksanaannya sehingga memiliki persamaan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, penerapan blended learning membutuhkan perubahan kelembagaan, realokasi dana, atau tuntutan ruang terbatas. Transparansi pun sangat dibutuhkan agar tidak terjadi konflik.
2. Membangun Infrastruktur
Jika kesepakatan sudah tercapai, maka langkah selanjutnya yaitu membangun infrastruktur. Hal ini melibatkan inventarisasi infrastruktur sekolah sehingga sekolah dapat mengetahui apakah infrastruktur yang dimiliki saat ini dapat menunjang model pembelajaran blended learning atau tidak. Karena blended learning berintegrasi dengan TIK, maka model pembelajaran ini tidak dapat berhasil jika infrastruktur yang dimiliki tidak memadai walaupun seluruh instrumen sekolah seperti guru dan staf sudah berada pada paham yang sama.
Pembaruan infrastruktur perlu dilakukan jika apa yang dimiliki sekarang dirasa belum memadai untuk melaksanakan model pembelajaran blended learning seperti: jaringan nirkabel, perangkat keras, perangkat lunak, dan sebagainya. Tak hanya pembaruan alat, sekolah juga membutuhkan orang-orang yang mampu menangani infrastruktur ini agar berjalan baik.
Implementasi Blended Learning dalam Kelas
Pada pengembangan model pembelajaran Blended Learning, pendidik perlu mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kompetensi dasar - kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Pengembangan langkah – langkah pembelajaran menggunakan model blended learning perlu dirancang dengan baik oleh pendidik agar peserta didik tidak merasa kesulitan secara teknis. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mengimplementasikan blended learning dalam kelas, diantaranya yaitu menyiapkan materi-materi yang ingin disampaikan atau dibahas dan jenis platform yang akan digunakan. Tak jarang, pendidik juga perlu memberikan tutorial penggunakan platform yang akan digunakan karena tidak semua peserta didik sudah mahir dalam mengoperasikannya.
Langkah – langkah penerapan blended learning dalam kelas yang dapat guru coba adalah sebagai berikut:
- Menentukan platform teknologi yang akan digunakan
Model pembelajaran blended learning memanfaatkan sisi positif dari perkembangan TIK. Oleh karena itu, menentukan platform teknologi yang akan digunakan adalah langkah awal yang sangat menentukan bagi guru. Pemilihan platform sangat berpengaruh terhadap cara penyampaian materi belajar dari guru kepada murid di dalam kelasnya.
Terdapat beberapa jenis platform yang dapat digunakan oleh guru dalam pelaksanaan blended learning yaitu Group Miling List, Web Blog Guru, media sosial, dan berbagai aplikasi Learning Management Systems (LMS). Group Miling List dapat berupa Yahoo! Groups, Google+, dan lain-lain. Platform media sosial dapat memanfaatkan WhatsApps, Line, Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Sedangkan aplikasi LMS yang direkomendasikan untuk digunakan yaitu kejarcita.id karena memiliki bank soal terlengkap di Indonesia.
2. Membuat skema kegiatan belajar mengajar
Setelah guru menentukan platform yang akan digunakan, langkah selanjutnya yaitu membuat skema kegiatan belajar mengajar. Pembuatan skema dapat mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang bersinergi dengan fungsi platform yang telah dipilih. Dengan platform tersebut, guru dapat mengkombinasikannya dengan model pembelajaran tatap muka untuk menjadikannya sebagai blended learning.
Berikut adalah contoh skema kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran blended learning.
Guru menyampaikan materi belajar utama secara tatap muka kepada siswa. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk mengakses video interaktif agar lebih memahami materi yang diajarkan. Setelah siswa memahami materi belajar, guru memberikan hasil unduhan latihan soal yang didapat dari bank soal kejarcita.id melalui website sekolah. Kemudian siswa mengerjakan latihan soal tersebut dan mengumpulkannya melalui proses upload pada website sekolah kembali.
Penerapan Blended Learning Adalah Wujud Kerjasama Penuh Antar Instrumen Pendidikan
Penerapan blended learning pada kegiatan belajar mengajar di kelas tidak serumit yang dibayangkan. Tetapi pelaksanaannya membutuhkan kerjasama penuh antar instrumen pendidikan. Guru, staf sekolah, siswa, hingga orang tua siswa, semuanya memegang peranan yang sangat krusial. Jika salah satu instrumen saja tidak memiliki paham yang sama, maka pelaksanaan blended learning dapat dipastikan tidak berjalan lancar.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang telah ada bukan untuk ditakutkan. Sudah saatnya kita mencoba untuk merangkul sisi positif dari TIK dalam sistem pendidikan Indonesia untuk masa depan yang lebih cerah. Dan blended learning adalah jembatan untuk mewujudkan kolaborasi tersebut.
Demikian artikel mengenai menerapkan blended learning dalam kelas. Ikuti kejarcita.id untuk mendapatkan kumpulan informasi seputar pendidikan jarak jauh, usaha sosial dan inovasi teknologi.