Memaksimalkan Dimensi Kearifan Lokal dan Bhinneka Tunggal Ika dalam P5
Kurikulum Merdeka berupaya membentuk pelajar Indonesia yang berkompetensi unggul dan produktif di abad ke-21. Pelajar juga diupayakan memiliki perilaku dan karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang diimplementasikan dalam bentuk Profil pelajar Pancasila. Dengan demikian, pelajar Indonesia nantinya akan siap berpartisipasi pembangunan berkelanjutan dan tangguh menghadapi tantangan global.
Dalam Kurikulum Merdeka, Profil Pelajar Pancasila memiliki berbagai kompetensi yang dikelompokkan menjadi enam dimensi kunci yang saling berkaitan guna mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang utuh secara menyeluruh. Enam dimensi itu meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia. Kemudian, ada pula berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, serta kreatif.
Seluruh dimensi tersebut menunjukkan bahwa fokus yang ingin dicapai dalam Profil Pelajar Pancasila bukan hanya sebatas aspek kognitif. Fokus lainnya ialah aspek sikap dan perilaku yang menunjukkan jati diri bangsa Indonesia sekaligus sebagai warga dunia.
Fokus yang akan dikembangkan oleh guru dalam satuan pendidikan adalah tim fasilitator dan kepala satuan pendidikan pada tahun ajaran berjalan. Dimensi yang dipilih dapat merujuk pada salah satu visi dan misi satuan pendidikan yang dijalankan dalam program yang sesuai dengan tahun ajaran tersebut. Selanjutnya, dimensi yang dianggap relevan dan akan dijadikan fokus sasaran profil proyek dalam satu tahun ajaran dipilih dua hingga tiga macam dimensi.
Pemilihan dimensi yang tidak terlalu banyak untuk dikembangkan dalam proyek profil berguna untuk memfokuskan tujuan pencapaian projek yang jelas dan terarah. Dalam tahap pengembangan modul, sebaiknya sasaran dimensi dilanjutkan dengan menentukan elemen dan sub-elemen yang menjadi kebutuhan siswa di satuan pendidikan. Kendati begitu, dimensi yang dipilih dapat melebihi 2—3 macam apabila pimpinan satuan pendidikan telah memiliki pengalaman dan kesiapan dalam menjalankan kegiatan berbasis Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Tema utama dalam P5 tingkat SD dan SMP sederajat di antaranya adalah "Kearifan Lokal" dan "Bhinneka Tunggal Ika". Memaksimalkan dimensi dan tema kearifan lokal dalam P5 perlu dilakukan guru sebagai fasilitator dapat dimulai dengan membangun rasa ingin tahu siswa. Dengan demikian, siswa melakukan eksplorasi budaya terhadap kearifan lokal dan perkembangannya di dalam masyarakat sekitar.
Siswa secara tidak langsung akan mencari tahu dan mempelajari bagaimana latar belakang suatu kesenian atau tradisi lokal, apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi lokal yang masih dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, dan pertanyaan lain yang mendorong kemampuan inkuiri siswa. Contoh dimensi dan tema kearifan lokal dengan kontekstualiasai tema lingkungan seperti sistem masyarakat di Jawa Barat, sistem masyarakat adat di tengah arus modernisasi, dan eksplorasi seni pranata yang diadakan dalam acara adat Jawa.
Selain kearifan lokal, dimensi dan tema "Bhinneka Tunggal Ika" dalam P5 juga perlu dimaksimalkan. Pasalnya dalam dimensi Bhinneka Tunggal Ika, siswa akan diajak mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan anti pada kekerasan. Kemudian, para siswa juga akan didorong untuk membangun dialog terkait keberagaman dan nilai-nilai ajaran yang dianut serta diterapkannya dengan penuh hormat.
Pemahaman akan perspektif dari berbagai agama dan kepercayaan oleh siswa ini bisa membuat siswa berpikir secara kritis dan reflektif serta mengurangi steorotipe negatif yang muncul terhadap perbedaan, konflik, atau kekerasan di masa mendatang. Tema yang diaktualisasikan dalam dimensi Bhinneka Tunggal Ika di jenjang SD hingga SMA sederajat, misalnya menangkap isu atau masalah di lingkungan dan mengeksplorasi bagaimana cara memecahkannya.
Dimensi "Kearifan Lokal" dan "Bhinneka Tunggal Ika" dalam P5 di suatu sekolah bisa diterapkan oleh guru misalnya ketika mendengar kabar perundungan siswa karena berasal dari etnis minoritas tertentu. Guru yang menjadi fasilitator pun menjadikan isu ini sebagai salah satu yang harus diselesaikan dalam bentuk P5. Oleh karena itu, guru yang bersangkutan langsung berkoordinasi dengan guru yang tergabung dalam tim fasilitator untuk merancang P5 dengan menyasar dua dimensi tersebut.
Topik yang bisa diusung sesuai tema dan dimensi tersebut di antaranya bisa “Hormati Perbedaan, Saling Lengkapi Kekurangan,” atau “Sayangi Diri Sayangi Sesama”, dan topik lainnya. Kemudian, guru juga memfasilitasi dialog antarsiswa dengan mengundang narasumber terpercaya dari komunitas lintas etnis tertentu, misalnya yang dijadikan mitra untuk mensukseskan P5. Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan orang dari berbagai etnis dan bagaimana latar belakang serta kehidupan etnis yang berbeda di lingkungan mereka. Harapannya, empati dan rasa persatuan antar siswa bisa tumbuh serta ketegangan antar etnis yang memicu terjadinya bullying di lingkungan sekolah juga perlahan hilang.
Oleh karena itu, P5 diharapkan menjadi sarana optimal dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang berlandas nilai-nilai kemanusiaan, merawat tradisi dan moderat dalam kebinekaan tanpa meninggalkan tradisi dari kebudayaan yang telah ada.
Contoh Penerapan P5 dalam memaksimalkan Dimensi Kearifan Lokal dan Bhineka Tunggal Ika
Berikut ini contoh penerapan P5 dalam pembelajaran projek dengan dimensi "Kearifan Lokal" dan "Bhinneka Tunggal Ika" berdasarkan studi kasus di lapangan. Aktivitas projek ini dapat meningkatkan tingkat kepekaan siswa terhadap isu-isu yang memerlukan solusi di lingkungan Masyarakat.
1. Proyek Pembuatan Film Dokumenter Permainan Tradisional Rakyat Minangkabau
Tema "Kearifan Lokal" bisa diaktualisasikan dengan mengangkat nilai-nilai filosofi suatu wilayah, misalnya melalui dokumentasi dalam bentuk film dokumenter. Melalui proyek pembuatan film dokumenter permainan tradisonal rakyat yang menjadi aset masyarakat, siswa menjadi tahu akan keberadaan jenis permainan tradisional di wilayahnya dan dapat melestarikan keberadaannya.
Untuk mengatasi isu runtuhnya karakter siswa dalam mengenal permainan tradisional leluhurnya, proyek pembuatan film dokumenter seperti ini sangat bermanfaat. Alasannya, proyek ini dapat membangun kembali karakter peserta didik dalam mengenal identitas dan karakteristik dari wilayahnya, terutama sebagai masyarakat Minangkabau misalnya. Dengan demikian, siswa tidak akan kehilangan identitasnya melalui eksplorasi nilai-nilai yang menjadi ciri khas Indonesia.
2. Proyek Merayakan Keragaman sebagai Bentuk Memaksimalkan Dimensi Bhinneka Tunggal Ika dalam P5
Alur projek untuk mencapai tujuan tema "Bhinneka Tunggal Ika" diawali dengan mengajak siswa untuk memahami secara langsung hambatan dan tantangan dalam menuju perdamaian misalnya berupa prasangka-prasangka.
Dengan pemahaman yang baik, siswa diharapkan dapat menghindari prasangka yang dapat memicu terjadinya perpecahan dan lebih bijak dalam memahami beragam perbedaan. Selanjutnya, siswa akan dikenalkan macam-macam keragaman melalui aktivitas dalam merayakan keragaman seperti dalam bentuk cerita, drama, dan visual. Tujuannya, siswa bisa belajar dan mengalami keberagaman tentang budaya, agama, maupun sudut pandang.
Pada akhirnya tujuan akhir proyek ini, siswa dapat mempraktikkan nilai perdamaian usai melalui kolaborasi dan komunikasi yang dibangun. Proyek berdimensi kebinekaan global seperti ini juga bisa memberikan ruang kepada siswa agar lebih menghargai perbedaan tanpa harus terjebak dalam prasangka atau stereotipe.