Kisah Inspiratif Guru Tetap Mengajar Meskipun Positif Covid-19
Semua orang bisa terinfeksi virus Corona, mulai dari tua hingga muda. Virus Corona atau Covid-19 menyebar sangat cepat dan semakin hari terus bermutasi menjadi beragam jenis. Dari semula hanya ada varian Alpha, kini sudah ditemani dengan varian Beta dan Delta. Di mana ada kerumunan, maka di sanalah virus Corona mudah menyebar. Dengan catatan, salah seorang dalam kerumunan tersebut telah terinfeksi sebelumnya. Hal ini terjadi di beberapa lingkungan sekitar kita, termasuk kawasan sekolah.
Pelaksanaan program Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ yang diandalkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia ternyata tidak semudah pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan oleh para instrumen pendidikan, baik itu sekolah, guru, siswa, maupun orangtua siswa. Banyak kendala yang timbul membuat wacana pembukaan sekolah selalu direncanakan tiap kali kasus Covid-19 mengalami penurunan angka. Tetapi ketika sekolah kembali dibuka, saat itu juga ada saja yang terinfeksi virus Corona dan tanpa disadari membawanya ke lingkungan sekolah. Alhasil, sekolah pun kembali ditutup dan siswa terpaksa mengikuti PJJ kembali.
Data Persebaran Guru yang Terinfeksi Virus Corona
Federasi Serikat Guru Indonesia atau FSGI membeberkan data, yaitu setidaknya ada 203 guru yang dinyatakan positif Covid-19 di seluruh Indonesia dan 42 orang meninggal dunia sampai bulan Agustus 2020. Data tersebut hanya sebatas yang melapor saja karena rendahnya testing dan tracing, sehingga kemungkinan jumlah guru yang terpapar secara riil di lapangan akan lebih besar lagi.
Ada beberapa daerah yang masuk ke dalam data yang dibuat FSGI tersebut, di antaranya yakni DKI Jakarta, Surabaya, Kudus, Madiun, Pariaman, Padang Panjang, Rembang, Kalimantan Barat, Balikpapan, Pati, Garut, dan Payakumbuh. Diperkirakan masih ada lagi daerah-daerah dengan persebaran guru terinfeksi virus Corona yang tidak terdata atau belum diperbaharui.
Cerita Inspiratif Guru yang Positif Covid-19 tapi Tetap Melaksanakan Tugasnya
Di balik kemelut pandemi yang masih belum reda, ada banyak cerita inspiratif guru yang positif Covid-19 tapi tetap melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Mereka harus berjuang untuk sembuh dari infeksi virus Corona tetapi masih ingin memberikan pembelajaran yang terbaik untuk siswanya.
Pada artikel ini telah terangkum dua orang guru yang menceritakan pengalamannya. Sosok tersebut ialah Bunga dan Adi (keduanya merupakan nama samaran).
Cerita Pertama yaitu Bunga dari Kota Padang
Sosok pertama yang akan saya ceritakan yaitu seorang guru perempuan yang kita sebut saja sebagai Bunga. Kisah Bunga telah diceritakan pada sebuah media elektronik, namun mari kita ulas kembali sebagai bahan renungan.
Bunga merupakan salah satu dari 12 ribu guru di Kota Padang yang wajib melakukan tes swab jika ingin tetap bisa mengajar pada 4 Januari 2021 lalu. Ia melakukan tes swab sesuai arahan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Padang di sebuah puskesmas. Ia bercerita bahwa ia sangat terkejut ketika mendapat kabar dirinya positif terinfeksi virus Corona lewat sambungan telepon seorang tenaga medis.
Bunga bingung dari mana ia tertular karena ia sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Ia mengaku tidak memiliki banyak kontak dengan teman atau dengan orang tua siswa di sekolah karena pembelajaran sudah berbasis online. Bunga adalah salah satu pasien OTG yaitu Orang Tanpa Gejala. Ia tidak mengalami anosmia sama sekali.
Bunga diarahkan untuk isolasi mandiri oleh Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 karena dirinya adalah OTG. Sembari menyembuhkan diri dengan rutin berjemur serta minum vitamin dan susu, bunga masih bisa mengajar siswa secara online. Bunga berpesan agar kita selalu mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Cerita Kedua yaitu Adi dari Kulonprogo
Sosok kedua yang akan saya ceritakan yaitu seorang guru laki-laki yang kita sebut saja sebagai Adi.
Adi merupakan guru berusia 52 tahun yang mengajar di salah satu sekolah dasar di kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta. Ia terinfeksi virus Corona ketika berjabat tangan atau melakukan kontak fisik di sekolah dengan guru lainnya. Ternyata guru tersebut sempat melakukan kontak dengan pasien Covid-19. Ia membawa virus Corona dari tempat sanak saudara di Solo, Jawa Tengah, yang sudah terkonfirmasi positif.
Tepat setelah kejadian tersebut, sekolah langsung menghentikan seluruh kegiatan. Mereka meminta semua orang yang ada pada lokasi dan waktu yang sama untuk isolasi mandiri. Tak lupa juga pihak puskesmas, dibantu Satgas Covid-19, melakukan beberapa penanganan seperti tracing, tes swab, hingga sterilisasi sekolah.
Setidaknya butuh waktu empat hari untuk menunggu hasil swab dan kepastian akan infeksi virus. Seluruh anggota keluarga Adi melakukan tes swab. Adi dinyatakan positif Covid-19, tetapi ia bersyukur karena anggota keluarganya yang lain mendapatkan hasil negatif.
Sebelumnya, keluarga sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi ketika mendengar kabar bahwa rekan di sekolah tersebut melakukan kontak dengan pasien Covid-19. Mereka telah berinisiatif untuk melakukan isolasi mandiri setelah mendengar kabar tersebut sampai hasil tes swab keluar. Ketika Adi sudah terkonfirmasi positif, mereka kembali melanjutkan isolasi mandiri.
Adi sangat bersyukur karena masyarakat sekitar sangat responsif dan mendukung penuh agar ia dan keluarga dapat segera sehat dan kembali beraktivitas lagi. Para tetangga berbondong-bondong memberikan bantuan kebutuhan pokok sehari-hari kepada keluarganya. Demi bisa sembuh dari infeksi virus Corona, Adi selalu menjaga pikirannya untuk tetap positif. Ia juga menjaga asupan nutrisi, berolahraga, melaksanakan protokol kesehatan di dalam rumah, dan memperbanyak ibadah kepada Tuhan.
Di tengah-tengah usahanya untuk sembuh dari Covid-19, Adi tetap bersemangat mengajari anak-anak didiknya. Ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru melalui pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Adi mengaku bahwa sekolah mereka sudah menerapkan sistem daring (dalam jaringan) sebelum kejadian ini, sehingga ia tidak mengalami kendala yang berarti. SD tempat Adi mengajar menerapkan pola saling bantu antar guru, yaitu guru yang sehat atau OTG dapat membantu tugas guru lain yang masih tidak enak badan.
Adi mengandalkan aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajarannya. Setiap pagi ia memberikan instruksi kepada siswa asuhannya tentang tugas hari itu di grup kelas. Adi kemudian mulai memeriksa pekerjaan siswa yang juga dikumpulkan melalui grup WhatsApp tersebut pada waktu sore menjelang malam.
Adi tidak mengalami kesulitan yang berarti saat harus berjuang untuk sembuh dan harus mengajar di waktu yang bersamaan. Tetapi, ia justru mengalami kesulitan selama program PJJ berlangsung.
Adi merasa bahwa siswa menjadi kurang interaktif ketika ia menjelaskan materi. Sangat berbeda dibandingkan dengan proses pembelajaran tatap muka. Ia juga kesulitan memberi peringatan kepada siswa yang kurang disiplin jika hanya melalui telepon genggam. Dampaknya, pekerjaan sekolah tidak bisa diselesaikan sekaligus oleh Adi di hari yang sama, karena terkadang ada siswa yang tidak mengirimkan tugas tepat waktu.
Adi berpesan agar kita semua selalu mematuhi protokol kesehatan dimanapun kita berada, terutama saat di tempat umum dan walaupun bersama teman sendiri. Apabila memiliki kemungkinan terinfeksi virus Corona, sebaiknya langsung berinisiatif melakukan isolasi mandiri agar kita tidak menjadi carrier virus untuk orang lain. Kita harus meningkatkan imun tubuh dengan selalu berpikir positif.
Berdasarkan cerita inspiratif yang diungkapkan oleh dua sosok di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa siapa saja bisa terinfeksi Covid-19. Mereka yang sudah menjaga protokol kesehatan saja bisa kena, apalagi yang abai? Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga kebersihan diri dan patuhi protokol kesehatan untuk kepentingan bersama.
Demikian artikel mengenai cerita inspiratif guru yang positif Covid-19 tapi tetap melaksanakan tugasnya. Ikuti blog.kejarcita.id untuk mendapatkan kumpulan artikel seputar pendidikan jarak jauh, usaha sosial dan inovasi teknologi.