Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatan Mata Pelajaran PAI
Saat ini, pendidikan di Indonesia menggunakan Kurikulum Merdeka sebagai acuan pembelajaran. Kurikulum Merdeka sudah dilaksanakan selama dua tahun terkahir. Kurikulum Merdeka ini terinspirasi dari slogan sebuah sekolah swasta di Jakarta, Merdeka Belajar. Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Kebudayaan (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim atau yang akrab disapa Mas Menteri, mengadopsi merdeka belajar sebagai kurikulum pendidikan di Indonesia.
Ada alasan tersendiri mengapa Mas Menteri menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai acuan pendidikan saat ini. Alasan utamanya adalah untuk mengatasi learning loss yang terjadi di Indonesia akibat pandemi COVID-19 pada tahun 2020 lalu. Tak bisa dipungkiri, pandemi membuat pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran. Mas Menteri berharap bahwa Kurikulum Merdeka ini bisa mengatasi learning loss tersebut dan mampu membawa pendidikan di Indonesia lebih baik lagi.
Bagaimana sejatinya Kurikulum Merdeka tersebut? Mengapa Mas Menteri sangat optimis bahwa Kurikulum Merdeka bisa menjadi solusi terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia?
Pada Kurikulum Merdeka ini, siswa memiliki kebebasan untuk belajar sesuai minat dan bakatnya masing-masing. Begitu juga dengan guru, Kurikulum Merdeka juga memberikan kelulasaan dalam memilih perangkat ajar. Jadi, guru bisa melakukan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat masing-masing siswa.
Kurikulum Merdeka ini memiliki tiga krakteristik penting, yaitu sebagai berikut.
- Melakukan pembelajaran berbasis proyek, tujuannya untuk mengasah soft skill dan penguatan karakter siswa.
- Berfokus pada materi esensial sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk mendalami kompetensi yang diberikan, seperti literasi dan numerasi.
- Guru memiliki fleksibilitas untuk menerapkan kegiatan pembelajaran diferensiasi yang sesuai dengan kemampuan setiap siswa dan disesuaikan dengan konteks pembelajaran dan muatan lokal yang ada.
Pada implementasinya, Mas Menteri memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan dalam memilih beberpa opsi yang ada di Kurikulum Merdeka ini. Ada tiga opsi yang bisa dipilih dalam mengmplementasikan Kurikulum Merdeka, yaitu melalui Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.
1. Mandiri Belajar
Mandiri belajar artinya satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum 2013 dalam mengembangkan satuan pendidikannya dan menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen.
Satuan pendidikan yang memilih Mandiri Belajar ini masih menggunakan Kurikulum 2013, tetapi sudah mulai menerapkan prinsip-prinsip yang ada di Kurikulum Merdeka, khususnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kompetensi literasi, numerasi, penguatan karakter, dan lainnya yang ada di Kurikulum Merdeka.
Jika sekolah memilih Mandiri Belajar, sekolah bisa tetap melakukan kurikulum sebelumnya yang telah dipakai, tidak perlu menggantinya dengan Kurikulum Merdeka. Namun, tidak semua jenjang pendidikan boleh memilih Mandiri Belajar. Mandiri Belajar hanya boleh diterapkan di PAUD, kelas 1, 4, 7, dan 10 saja.
2. Mandiri Berubah
Mandiri Berubah bisa diterapkan pada satuan pendidikan yang menggunakan struktur kurikulum merdeka dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikannya, serta menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan proses kegiatan belajar dan asesmen.
Pengertian dari Mandiri Berubah artinya sudah memanfaatkan sepenuhnya platform Merdeka Belajar yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Kemdikbudristek. Mandiri Berubah ini memungkinkan satuan pendidikan memilih CP, TP, ATP, perangkat ajar, dan asesmen di Platform Merdeka Mengajar. Platform tersebut juga telah memuat semua kebutuhan sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
Mandiri Berubah ini memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka yang telah disediakan pada jenjang pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7, dan 10.
3. Mandiri Berbagi
Pada pilihan Mandiri Berbagi, satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum Merdeka untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam mengimplementasikan pembelajaran dan asesmen, dengan komitmen untuk membagikan praktik-praktik baiknya kepada satuan pendidikan lainnya.
Dalam penerapannya, Mandiri Berbagi akan memberi keleluasaan pada pihak satuan pendidikan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri perangkat ajar pada jenjang pendidikan PAUD, serta kelas 1, 4, 7, dan 10. Kurikulum Merdeka ini diterapkan di seluruh satuan pendidikan yang ada di Indonesia, mulai janjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), hingga Perguruan Tinggi. Semua mata pelajaran yang ada di satuan pendidikan juga dibuat berdasarkan Kurikulum Merdeka, termasuk mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam).
Artikel ini selanjutnya akan membahas implementasi Kurikulum Merdeka dalam meningkatkan mata pelajaran PAI.
Pada dasarnya, Kurikulum Merdeka ini memberikan ruang adanya kolaborasi antar mata pelajaran. Hal ini mau tidak mau memberikan tantangan tersendiri pada mata pelajaran PAI. Pendekatan interdisipliner ini bisa membuat siswa lebih berpikiran terbuka dan luas yang bisa menjadi bekal dalam menghadapi era global saat ini dan ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru.
PAI pada Kurikulum Merdeka ini diarahkan untuk menyiapkan siswa agar mantap secara spiritual, beraklak mulia, dan memiliki pemahaman dasar tentang agama Islam dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum Merdeka ini memberikan kesempatan sebanyak 72 hingga 108 jam/ tahun untuk PAI. Perhitungannya, dalam satu pekan ada 2 jam pelajaran dikalikan 36 minggu. Kemudian, bisa ditambahkan 1 jam pelajaran untuk proyek agama Islam, sehingga jika ditotal ada 108 jam PAI selama setahun. Berdasarkan alokasi waktu tersebut, guru bisa mengarahkan pembelajaran PAI sebagai kegiatan untuk mengembangkan soft skills dan karakter siswa melalui asesmen awal dan asesmen akhir ke dalam beberapa fase.
Guru PAI harus bisa memberikan pelajaran yang bervariasi. Guru bisa mencari tahu dan intens berkomunikasi dengan orang tua siswa. Tantangan implementasi Kurikulum Merdeka dalam PAI ini adalah bagaimana kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran bisa diturunkan ke dalam aktivitas-aktivitas yang tidak multitafsir.
Implementasi Kurikulum Merdeka dalam meningkatkan mata pelajaran PAI dilakukan dengan memberikan bimbingan kepada siswa, agar mantap secara spiritual, berakhlak mulia, menjadikan kasih sayang dan tolerasansi sebagai landasan dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi ini juga diharapkan dapat menjadikan setiap siswa sebagai pribadi yang berakhlak mulia, berakidah yang benar, menjalankan syariat dengan baik, mengetahui perkembangan sejarah Islam dan menerapkan smeua ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, juga berupaya mengkonstruksi kemampuan nalar kritis siswa dalam menganalisis perbedaan pendapat. Dengan demikian, siswa mampu berperilaku moderat dan terhindar dari radikalisme maupun liberalisme, membimbing siswa agar memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan alam sekitarnya sebagai khalifah Allah yang ada di bumi. Tak lupa juga memiliki rasa persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, siswa mampu melindungi kebhinekaan yang ada di Indonesia.
Harapannya, implementasi Kurikulum Merdeka dalam meningkatkan mata pelajaran PAI ini bisa menghasilkan siswa yang berpikiran terbuka, bijak, kritis, dan beraklak mulia dalam melaksanakan ajaran agama Islam di kehidupan sehari-hari. Ini semua bisa dicapai dengan memberikan mata pelajaran PAI yang lentur dan tidak membatasi.
Demikian artikel tentang implementasi Kurikulum Merdeka dalam meningkatkan mata pelajaran PAI. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk meningkatkan mata pelajaran PAI.