Cara Mengembangkan Disiplin Positif
Selain membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan akademik anak, anak-anak juga membutuhkan bimbingan untuk membentuk karakternya, seperti mengontrol diri, membentuk rasa percaya diri anak, dan melatih anak untuk menghargai orang lain. Dalam hal ini, orang tua tentu tahu bahwa penting bagi seorang anak untuk memiliki karakter-karakter tersebut, apalagi dalam memiliki sikap disiplin. Pada kesemapatan ini, Anda akan menemukan penjelasan mengenai apa itu disiplin positif dan bagaimana cara mengembangkan disiplin positif. Simak penjelasan di bawah ini, ya!
Disiplin Positif
Salah satu budaya positif yang digunakan pendidik untuk mengembangkan pendidikan karakter siswa yaitu dengan menerapkan disiplin positif. Disiplin positif merupakan disiplin tanpa memberikan ancaman atau memberikan hukuman. Dengan menerapkan disiplin positif, guru dapat meningkatkan kesadaran siswa dalam membentuk karakter yang positif. Dalam penerapannya, disiplin positif akan dibuat melalui kesepakatan antara guru dengan siswa karena guru ingin membuat siswa terlibat dan bertanggung jawab dalam menjalankan disiplin tersebut.
Pada umumnya, kegiatan yang melanggar tata tertib akan diberikan pendisiplinan. Guru memberikan hukuman sebagai salah satu langkah dalam memberikan proses disiplin siswa tersebut. Hal tersebut keliru karena jika ditelusuri lebih dalam lagi, makna dari disiplin dan hukuman memiliki arti yang berbeda. Begitu pula efeknya dalam membentuk karakter siswa. Dalam hal ini, disiplin merujuk para praktik mengajar atau melatih siswa untuk mematuhi peraturan yang sudah dibuat dalam jangka waktu pendek dan jangka panjang.
Hukuman ini bermaksud sebagai cara mengendalikan perilaku siswa yang tidak sesuai dengan peraturan. Dengan adanya sikap disiplin ini, guru ingin memaksimalkan pengendalian diri murid pada apa yang sedang mereka pelajari. Guru berharap siswa dapat mengajarkan siswa-siswanya tentang bagaimana mengontrol diri dan menciptakan rasa percaya diri dengan berfokus pada pelajaran.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses disiplin yang dilakukan digunakan oleh guru untuk membantu siswa. Proses tersebut dilakukan agar siswa lebih mampu mengendalikan diri dan bertindak sesuai dengan peraturan. Dengan demikian, siswa dapat fokus terhadap pembelajaran. Untuk menerapkan budaya disiplin positif dalam proses kegiatan belajar di kelas, caranya adalah dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya disiplin positif tersebut. Dengan melakukan kesepakatan kelas.
Kesepakatan kelas ini akan membantu guru dalam membentuk budaya disiplin positif. Hal ini juga tentu saja dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar guru yang akan terasa lebih mudah dan tidak menekan siswa. Selain dapat mempermudah guru dalam mengajar, kesepakatan kelas juga dapat membantu siswa dalam mengeksplorasi kemampuannya dalam berkomunikasi.
Cara Mengembangkan Disiplin Positif
Berikut adalah beberapa cara atau tips yang dapat digunakan orang tua maupun guru untuk menerapkan disiplin positif pada anak.
1. Mengalihkan Perhatian Anak
Jika anak masih duduk di bangku SD, mereka cenderung memiliki rentang perhatian yang pendek. Mereka kerap kali kehilangan fokus dalam belajar, misalnya seperti berbicara dengan teman sebangkunya maupun melamun. Untuk mengatasi permasalahan ini, Anda dapat melakukan teknik pengalihan. Teknik pengalihan ini dapat digunakan orangtua maupun guru untuk mendukung anak kembali fokus dengan apa yang sedang mereka kerjakan.
Misalnya ketika anak sedang belajar dan tiba-tiba berbicara ataupun melakukan kegiatan lain, sebagai seorang guru, Anda dapat mengalihkan perhatiannya dengan memanggil namanya ketika sedang menjelaskan materi. Tindakan ini tidak hanya dapat mengembalikan konsentrasi anak pada proses kegiatan belajar, tetapi bisa juga dijadikan sebagai pengingat bahwa guru akan selalu mengawasi setiap siswanya walaupun mereka sedang sibuk mengajar.
2. Memberikan Pujian
Cara mengembangkan disiplin positif lainnya yang dapat digunakan guru maupun orang tua, yaitu dengan memberikan pujian kepada anak. Anda dapat memberikan pujian tersebut ketika anak berperilaku baik. Penelitian menunjukkan bahwa jika anak dipuji atas apa yang telah mereka lakukan dengan benar, maka mereka cenderung akan melakukan hal yang sama lagi. Tindakan ini tentu saja bisa dikatakan efektif untuk dilakukan oleh guru dan orang tua di rumah.
3. Memberikan Hukuman Time Out
Hukuman time out adalah bentuk disiplin ringan yang dilakukan orang tua maupun guru kepada anak ketika mereka berbuat salah. Perbuatan ini dapat memberikan efek jera terhadap anak. Dalam penerapannya, hukuman time out ini tidak melibatkan hukuman fisik karena secara tidak langsung orang tua akan mengajarkan kepada anak tentang kekerasan. Selain itu, hukuman time out bisa menjadi konsekuensi yang efektif, walaupun cukup sulit untuk dilakukan dengan benar dan tepat.
Dalam hal ini, sebaiknya Anda memberikan hukuman time out ini secara sendiri dan tanpa melakukan kegiatan lain. Alasannya, tujuan dari hukuman time out ini adalah untuk membiarkan anak untuk merasa bosan. Ketika anak sudah merasa tenang, Anda dapat berdiskusi tentang pilihan-pilihan yang lebih baik untuk diterapkan pada proses kegiatan belajar atau pertemuan di kemudian hari. Selain itu, Anda mendorong mereka untuk meminta maaf atas perlakuan mereka yang disadarinya salah.
4. Jangan Terlalu Sering Mengarahkan Anak tentang Satu Hal
Setiap orangtua maupun guru ingin anak-anaknya dapat mengerjakan sesuatu hal secara maksimal dan benar. Dengan keinginan tersebut, tidak jarang anak mendapatkan instruksi untuk melakukan sesuatu hal sehingga tanpa sadar si anak akan merasa terbiasa terhadap instruksi yang diberikan. Jika instruksi tidak diberikan, mereka mungkin tidak paham tentang apa yang harus mereka kerjakan. Misalnya di dalam rumah, anak memerlukan peran orang dewasa untuk mengerjakan sesuatu hal. Akan tetapi, mereka lupa untuk mengucapkan kata tolong sebelum meminta bantuan. Maka, ada baiknya Anda menunggu mereka menyadari apa yang salah.
Selain dapat membantu anak untuk lebih peka terhadap kesalahannya, tindakan ini juga dapat membantu Anda untuk mengajarkan anak-anak tentang etika, tentang apa yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana cara melakukannya. Namun, jika Anda terlalu sering mengarahkan anak untuk melakukan hal-hal seperti itu, mereka akan cenderung akan lupa ataupun mengabaikan apa yang harus mereka lakukan karena tidak adanya arahan yang Anda berikan.
5. Menerapkan Teknik Pengabaian Selektif
Ketika sedang berkumpul bersama keluarga besar, anak-anak cenderung melancarkan aksinya untuk merajuk maupun meminta sesuatu kepada orang tuanya. Untuk masalah atau permintaan kecil, teknik pengabaian sangat cocok untuk dijadikan solusi. Salah satu contoh dari teknik pengabaian selektif ini, yaitu seperti mengabaikan anak ketika mereka menyela pembicaraan Anda dengan orang lain.
Penelitian telah membuktikan bahwa jika anak gagal mendapatkan reaksi dari orang tuanya, maka mereka akan cenderung tidak akan melakukan tindakan seperti itu lagi. Dalam penerapannya, Anda harus menggunakan teknik pengabaian selektif ini dengan bijaksana. Apabila anak melakukan tindakan yang berbahaya, misalnya merusak barang atau menyakiti temannya, Anda harus menegur tindakan anak tersebut saat itu juga. Jika tindakan anak terus berlanjut, Anda dapat memberikan hukuman time out.
Demikianlah penjelasan mengenai disiplin positif serta bagaimana cara mengembangkan disiplin positif untuk anak. Semoga bermanfaat!