Cara Mengajak Anak Latihan Soal AKM Saat KBM Campuran
Di masa-masa yang masih kurang kondusif ini, KBM Campuran menjadi pilihan yang efisien untuk para peserta didik maupun tenaga pengajar. Dampak pandemi yang terus menerus ditekan oleh pemerintah, pada akhirnya kita memiliki kesempatan untuk melaksanakan sekolah tatap muka meski masih dalam program KBM Campuran.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di era Covid-19 benar-benar diuji. Selain wabah yang tak kunjung selesai, kurikulum dan sistem pendidikan kini dalam masa "babat alas" untuk mengejar standar pendidikan berkualitas internasional.
Perjuangan yang lumayan berat saat Ujian Nasional (UN) digantikan oleh Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) membuat banyak pihak memberikan waktu dan tenaga lebih dalam mengenalkan metode asesmen terbaru. Tak hanya pihak pemerintah atau satuan belajar saja yang perlu mempersiapkan ini, tetapi orang tua sebagai pendamping anak juga wajib turut berperan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi ujian AKM.
Orangtua sebagai sosok panutan sudah seharusnya menumbuhkan minat belajar si kecil, terutama jika mereka akan menghadapi ujian. Suasana yang kondusif dapat mendukung si kecil dalam berkonsentrasi mempersiapkan ujiannya.
Biasanya, anak-anak akan mudah bosan ketika mereka dihadapkan langsung dengan soal-soal, jadi Anda bisa menyiapkan ice breaking. Kebanyakan orang tua melihat anaknya belajar tanpa jeda sebagai hal yang sangat bagus, padahal kenyataannya belajar tanpa jeda dalam waktu lama dapat memicu burn-out.
Salah satu metode jeda yang populer di seluruh dunia adalah belajar 30 menit, jeda 10 menit. Lakukan itu secara kontinyu agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Bagi orangtua yang putra-putrinya akan menghadapi ujian AKM di masa KBM Campuran, tak perlu khawatir. Anda bisa mengajak si kecil untuk melakukan tips-tips berikut ini agar latihan soal AKM tidak membosankan;
1. Menanamkan Mindset Positif
Sebagai orang yang diteladani anak, orangtua berperan penting membangun mindset positif anak, terutama dalam menghadapi step by step pendidikannya. Menumbuhkan mindset positif tentang soal-soal Ujian AKM dapat meringankan beban mental anak ketika dihadapkan momen ujian itu.
Di periode sebelumnya, Ujian Nasional menjadi momok yang ditakuti siswa-siswi tingkat akhir. Dihapusnya Ujian Nasional yang digantikan AKM merupakan kesempatan emas untuk membangun citra bahwa Ujian AKM tidak semenyeramkan itu.
Ketika orangtua menganggap Ujian AKM itu bukan hal yang harus ditakuti, maka akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Mereka akan lebih mudah menghadapi ujian AKM karena rasa percaya dapat menentukan action. Misalnya Putri yakin dan percaya bahwa soal-soal AKM tidak menyeramkan, maka dia menambah effort untuk mengusahakan kelulusannya.
2. Jangan Mendikte Anak
Hal yang perlu diingat, mengajak berbeda dengan mendikte atau memerintah. Anak akan malas apabila didikte dan diperintah seperti robot. Si kecil akan lebih bisa mengeksplorasi belajarnya ketika ia memiliki inisiatif, didampingi dan dipercaya. Mendikte hanya akan membuat anak belajar dengan terbatas dikarenakan “mood” sangat berpengaruh terhadap minat belajarnya.
Jika Anda ingin si kecil belajar, maka ucapkan kalimat yang membuatnya merasa berharga, misalnya “wah sudah jam belajar nih, yuk mama temenin latihan soal AKM-nya. Mama penasaran nih sama soal-soalnya anak jaman sekarang”. Ini lebih baik dibanding Anda mengatakan “sudah jam tujuh, waktunya belajar, matikan hpnya!”
3. Jadikan ini Challenge
Anak lebih suka mendapat tantangan daripada mendapatkan ancaman. Jika ingin anak Anda memahami soal dan materi dengan baik, maka buatlah tantangan yang membuat dia merasa memiliki power untuk menaklukkan tantangan tersebut. Jika Anda memberikan ancaman agar si kecil mau berlatih soal AKM, yang ada anak akan menyimpan dendam, rasa takut dan rasa tidak percaya pada Anda.
4. Memberikan Reward pada Anak
Metode reward and punishment memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mungkin saja memang pemberian reward akan membuat anak tidak bersemangat jika orang tua tidak dapat memenuhinya. Tetapi yang perlu ditekankan bahwa penghargaan bukan soal materi atau kompensasi semata. Anda bisa mengapresiasi si kecil sebagai bentuk kebanggaan atas kemauannya diajak belajar dan berlatih soal AKM.
Kalimat-kalimat apresiasi yang bisa digunakan untuk reward si kecil ;
“ Wah, keren anak papa udah pegang buku latihan soal AKM, papa bangga sama kamu”.
“Mama seneng kamu rajin berlatih soal AKM, mama yakin nilai kamu bagus”.
“Kamu sudah melakukan yang terbaik, semangat ya, mama bangga sama kamu”.
Lantas jika si kecil masih belum maksimal dalam belajarnya, jangan membuatnya semakin cemas dengan membandingkan mereka dengan anak-anak lain. Cukup berikan semangat agar esok hari lebih maksimal.
5. Berkoordinasi dengan Guru
KBM Campuran tidak lepas dari koordinasi guru dan orangtua untuk memantau perkembangan belajar anak. Anda bisa menanyakan progres belajar si kecil ketika di sekolah. Anda juga wajib melaporkan proses belajar anak di rumah secara daring.
Saat anak mendapatkan tugas mengerjakan latihan soal AKM, guru wajib melaporkan ke orangtua agar di rumah dapat dipantau dan didampingi. Tak hanya itu, koordinasi antara guru dan wali siswa akan mempermudah guru dalam proses evaluasi belajar.
6. Pendampingan
Mendampingi anak belajar sangat perlu dilakukan selama sekolah dengan KBM Campuran. Tidak perlu terlalu menjadi pengawas ujian yang siap menyobek lembar jawaban jika si kecil belum bisa maksimal. Anda harus menjadi teman yang dapat mengarahkan sehingga ketika anak salah ia akan mencari cara untuk memperbaiki, bukan merasakan kecemasan akibat omelan orang tua.
7. Tanamkan Rasa Tanggung Jawab dan Kepercayaan
Dua hal yang dapat membentuk anak menjadi percaya diri adalah memberikannya kepercayaan dan tanggung-jawab. Percayakan anak untuk mengerjakan latihan soal AKM tanpa perlu merasa khawatir ia akan menjawab dengan salah. Jika memang itu salah, ia akan bertanggung-jawab mencari jawaban yang benar atau mencari solusi dari setiap kekeliruannya.
Jika anak sudah merasa memiliki tanggung jawab sebagai peserta didik, tanpa diperintah sekalipun ia akan belajar dan berlatih soal. Maka penting bagi orangtua menanamkan rasa tanggung jawab pada anak sebelum ia memasuki bangku sekolah. Ini juga akan meringankan beban Anda karena tidak perlu “ngotot” untuk memerintah anak untuk belajar.
Dari 7 poin di atas menunjukkan peran orangtua sangat berpengaruh pada kualitas pendidikan anak. Memang fasilitas itu perlu, tetapi rasa aman, nyaman, percaya lebih dibutuhkan si kecil dibanding fasilitas yang berbentuk materi.
Buatlah anak merasa butuh akan pendidikan agar mereka tidak terpaksa menjalani pendidikan yang lumayan lama. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga bangku kuliah. Bukan waktu yang singkat, maka sangat perlu kerjasama yang baik antar orangtua, anak dan satuan belajar.