Asesmen Sekolah dalam Merdeka Belajar: Menyusun Portfolio Penilaian Tes Tertulis vs Projek

Kebijakan baru yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, membawa perubahan besar dalam arah pendidikan Indonesia.

Mendikbud meluncurkan sebuah program inovatif yang diberi nama Merdeka Belajar. Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh pak menteri ini punya tujuan yang mulia.

Pak menteri ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia, tak hanya untuk peserta didik, gurunya pun harus bahagia. Bagaimana sejatinya program merdeka belajar itu? Bagaimana cara sekolah melakukan assemen terhadap proses pembelajaran? Semua pertanyaan akan dibahas dalam artikel ini. Artikel ini akan membajas lebih dalam tentang asemen sekolah dalam merdeka berlajar, menyusun portofolio penilaian tertulis vs projek.

Merdeka Belajar


Merdeka Belajar adalah sebuah program kebijakan baru yang dibuat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim. Program Merdeka Belajar ini dimulai dengan adanya kemerdekaan berpikir. Esensi kemerdekaan berpikir ini harus dimulai dari guru. Guru harus punya kemampuan merdeka berpikir sebelum mengajarkan kepada peserta didiknya.

Di tahun-tahun mendatang, dalam konsep Merdeka Belajar, pembelajaran tidak hanya didominiasi di dalam kelas saja, tetapi juga banyak melakukan pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas diharapkan membuat suasana belajar lebih nyaman, karena peserta didik bisa lebih banyak berdiskusi dengan guru. Outing class membuat peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan guru saja, tetapi juga akan membentuk karakter peserta didik. Melalui belajar di luar kelas, peserta didik akan menjadi karakter yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan sekaligus berkompetensi.

Dalam pendidikan dengan konsep Merdeka Belajar, akan lebih memberi kesempatan bagi setiap peserta didik untuk berkembang sesuai bakat dan kecerdasannya masing-masing. Kompetensi peserta didik tidak hanya dilihat berdasarkan rangking. Sehingga, di masa yang akan datang akan tercipta lulusan yang kompeten dan siap kerja sekaligus berbudi luhur di masyarakat.


Pokok-pokok kebijakan Merdeka Belajar antara lain :

1. Ujian Nasional (UN) akan digantikan oleh Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Asesmen ini menekankan kemampuan penalaran literasi dan numerik yang didasarkan pada praktik terbaik tes PISA.

Berbeda dengan UN yang dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan, asesmen ini akan dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11. Hasilnya diharapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikannya.

2. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diserahkan ke sekolah. Menurut Kemendikbud, sekolah diberikan keleluasaan dalam menentukan bentuk penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan lainnya.

3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Nadiem Makarim, RPP cukup dibuat satu halaman saja. Melalui penyederhanaan administrasi, diharapkan waktu guru dalam pembuatan administrasi dapat dialihkan untuk kegiatan belajar dan peningkatan kompetensi.

4. Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas (tidak termasuk daerah 3T). Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi dan prestasi, diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB.

Pemerintah daerah diberikan kewenangan secara teknis untuk menentukan daerah zonasi ini

Kebijakan Merdeka Belajar yang dikeluarkan oleh Mendikbud ini dilatarbelakangi oleh hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2018, dimana peserta didik Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah untuk bidang matematika dan literasi. Indonesia menduduki perungkat ke 74 dari 79 negara.

Hal ini juga membuat Medikbud mengeluarkan gebrakan haru terkait penilaian dalam kemampuan minimum, meliputi literasi, numerasi, dan kurvei karakter. Literasi bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata.


Asesmen Sekolah

Saat melakukan proses pembelajaran di sekolah, akan selalu muncul pertanyaan apakah kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan tujuan? Apakah siswa sudah bisa menguasai materi? Dan apakah proses pembelajaran telah mampu menjadikab siswa belajar secara efektif dan efisien?

Pertanyaan-pertanyaan diatas bisa terjawab bila sekolah telah melakukan asesmen pembelajaran. Asesmen pembelajaran menjadi bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, sehingga guru wajib melaksanakan asesmen sepanjang rentang waktu pembelajaran.

Secara umum asesmen sekolah didefinisikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang peserta didik, baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.

Menyusun Portofolio Penulisan Tes Tertulis vs Projek, Mana yang Lebih Baik?

Konsep Merdeka Belajar ini tentu memberi banyak perubahan pada proses pembelajaran. Tentunya ini juga akan mengubah proses asesmen sekolah. Bagaimanakah proses asesmen sekolah dalam Merdeka Belajar?

Portofolio Penulisan Tes Tertulis

Dalam konsep Merdeka Belajar, ujian yang diselengarakan adalah ujian yang dilakukan oleh sekolah. Ujian tersebut bertujuan untuk menilai kompetensi peserta didik yang dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya yang lebih komprehensif, misalnya portofolio atau projek (projek kelompok, karya tulis, pameran hasil karya, dan lain sebagainya).

Portofolio penilaian tes tertulis bisa dilakukan. Tes tertulis tidak lagi seragam, tapi bisa disesuaikan oleh guru dengan melihat kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didiknya.

Ini menunjukkan sebuah proses Merdeka Belajar. Guru memiliki kesempatan untuk membuat tes tertulisnya sendiri. Dimana ini akan diharapkan lebih sesuai dalam mengukur kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didiknya.

Meski demikian proses asesmen dengan tes tertulis tetap dilakukan menggunakan komputer. Setiap tes yang dilakukan akan dikumpulakan dalam sebuah portofolio penilaian.

Projek

Selain melalui portofolio penilaian tes tertulis, asesmen sekolah dalam Merdeka Belajar juga bisa dilakukan melalui projek.

Projek merupakan bentuk asesmen pembelajaran di sekolah yang tidak berbentuk soal pilihan ganda, atau pun diukur dengan angka-angka. Kegiatan ini berbentuk proyek kulminasi yang dibuat melalui riset data dan diakhiri dengan presentasi.

Biasanya projek yang digunakan untuk asesment sekolah dilaksanakan dalam beberapa periode tertentu. Tidak harus seperti penilaian akhir semesteran.

Projek biasanya dalam bentuk pameran karya. Misalnya, Sebagai asesmen pembelajaran di sekolah, murid-murid mempersiapkan proyek mereka selama 3 bulan dengan menggunakan kerangka Proses Berpikir Desain (Design Thinking Process) yang dimulai dari empati, definisi, memunculkan ide, tes, dan prototyping.

Pameran yang dilakukan oleh peserta didik ini juga bisa menjadi sebuah proses penelitian yang melibatkan penemuan isu dan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memikirkan solusi yang dapat dilakukan sebagai kontribusi kepada masyarakat. Tema-tema yang diangkat dalam pameran biasanya yang terkait dengan isu-isu sosial di masyarakat, misalnya perubahan iklim, kemiskinan dan lain sebagainya.

Konsep Asesmen Kompetensi Minimum dalam Merdeka Belajar
Konsep Asesmen Kompetensi yang menggantikan Ujian Nasional tidak didasari oleh mata pelajaran atau penguasaan materi. “Ini berdasarkan kompetensi minimum yang dibutuhkan murid-murid untuk bisa belajar, apapun mata pelajarannya,” ucap Kemendikbud Nadiem Makarim.

Asesmen sekolah berbasis projek ini bertujuan untuk memunculkan semangat individu yang mampu berkolabirasi dengan mengedepankan elemen ilmu pengetahuan, konsep pembelajaran, keterampilan, perilaku, dan juga aksi nyata.

Peserta didik tidak lagi dituntut untuk sekadar menghafal fakta-fakta sebelum menempuh ujian akhir, ataupun mengejar nilai sempurna tanpa memiliki kompetensi yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat. Projek berbentuk pameran ini diharapkan bukan hanya mengembangkan pengetahuan peserta didik tentang ilmu pengetahuan, namun juga menjadi manusia yang lebih bijak dalam berinovasi dan menjadi individu yang kreatif.

Bisakah Indonesia Mencapai Target Skor PISA Dengan Program Merdeka Belajar?
Program merdeka belajar menjadi salah satu upaya peningkatan skor PISA, di mana pelajar dapat mengembangkan dirinya dengan leluasa, sehingga penilaian siswa tidak lagi ditakar melalui hasil tes secara nasional.

Projek berbasis pameran ini tujuannya sesuai dengan konsep Merdeka Belajar. Yaitu, terciptanya lulusan yang kompeten dan siap kerja sekaligus berbudi luhur di masyarakat.

Jadi, mana yang lebih baik? Portofolio penulisan tes tertulis atau projek? Silahkan anda tentukan sendiri. Apapun pilihannya, pastikan sejalan dengan konsep Merdeka Belajar itu sendiri. Dan tentunya disesuaikan juga dengan kompetensi yang dimiliki peserta didik, guru dan sekolah masing-masing.