7 Kisah Inspiratif Pengorbanan Guru Supaya Murid Lancar Belajar Selama BDR
Tantangan selama masa Pembelajaran Dari Rumah (BDR) saat ini memanglah tidak mudah. Apalagi bagi para guru yang selama ini belum terbiasa dengan model blended learning maupun pembelajaran daring. Terlebih jika para murid juga belum sepenuhnya siap mengikuti proses pembelajaran jarak jauh. Seperti ketersediaan akses internet, tidak memiliki gawai, sampai minimnya pengetahuan dan kemampuan dalam menggunakan tool dan aplikasi pembelajaran daring.
Misalnya berdasarkan survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dan litbang Kompas tahun 2018 mengenai penetrasi pengguna internet di Indonesia menunjukkan mayoritas pengguna internet masih berpusat di wilayah Jawa dengan 55,7 %, Sumatera 21,6 %, Sulawesi, Maluku, dan Papua 10,9 %, Kalimantan 6,6 %, dan sisanya sebanyak 5,2 % mencakup Bali dan Nusa Tenggara.
Sementara masih pada survei yang sama, dengan indikator berdasarkan jenis pekerjaan dan jenjang pendidikan, untuk para guru pada tahun 2018 yang sudah menggunakan internet sebanyak 80,4 %, hal ini sama dengan prosentase pengguna internet usia SMP ditahun yang sama. Sementara untuk usia SD penetrasi penggunaan internet masih sebesar 58,6 %. Hal ini berbeda dengan jenjang SMA yang mana penetrasi penggunaan internet sudah mencapai 90,2 %.
Berdasarkan data di atas tentu dapat dilihat jika penetrasi penggunaan internet di Indonesia belum sepenuhnya merata. Sekalipun ada tempat yang sudah mendapatkan jangkauan internet juga tidak menjamin para guru dan siswa bisa memenuhi kebutuhan PJJ terlebih kualitas jaringan yang masih buruk dan sarana pendukung yang terbatas.
Tentu saja dengan segala problematika yang muncul dalam PJJ saat ini mengharuskan para guru untuk mencari cara dan alternatif solusi yang bisa mengakomodasi segala kendala yang ada. Salah satu cara yang ideal dilakukan adalah dengan mengkombinasikan antara pendekatan daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan).
Selama pelaksanaan BDR yang sudah berjalan beberapa bulan ini, banyak sekali kisah menarik dan inspiratif dari para guru-guru yang mengajar diseluruh pelosok negeri.
Berikut ada beberapa kisah menarik dan insrpiratif dari para guru yang melaksanakan KBM selama masa pandemi ini.
1. Kisah Pak Nanang yang Memanfaatkan Kanal YouTube
Kisah pertama ini datang dari Pak Nanang Nuryanto seorang guru SD kelas V Marang Kayu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Beliau punya cara yang unik dalam mengajar selama BDR.
Pak Nanang memanfaatkan kanal YouTube yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Kutai Kertanegara sebagai salah satu sumber belajar untuk para muridnya. Pada kanal ini berisi beberapa guru termasuk pak Nanang yang memberikan materi berdasarkan jenjang dan tema pembelajaran secara virtual.
Adapun kanal yang dibuat untuk PJJ ini merupakan hasil kolaborasi antara dinas pendidikan setempat dengan rumah belajar dan TV Edukasi milik Kemdikbud.
Pada praktiknya, ternyata model pembelajaran yang diterapkan Pak Nanang ini tidak berjalan mulus. Pasalnya tidak semua siswa beliau memiliki kemampuan untuk mengakses sumber belajar dan mampu mengikuti KBM daring.
Pak Nanang mengatakan, 10 dari 22 siswanya belum mampu membeli kuota internet. Sebab, penghasilan orang tua dari beberapa anak tersebut hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Pak Nanang akhirnya berinisiatif untuk mengunjungi rumah masing-masing siswa yang tidak bisa membeli kuota tersebut secara bergantian. Adapun jadwal pembelajaran dilakukan tiga (3) kali dalam seminggu.
"Terkadang seharian penuh saya berkeliling mendampingi pembelajaran. Hari-hari berikutnya mengoreksi pekerjaan siswa. Terkadang, ada telepon dari salah satu orang tua, saya pun datang walaupun di luar jadwal kunjungan," ucap Nanang seperti dikutip dari medcom.id.
Meskipun harus bekerja lebih ekstra dari biasanya, Pak Nanang selalu tetap bersemangat dan ikhlas mengajar para murid-muridnya.
2. Kisah Pak Juni Haryanto Menggunakan Grup Whatsapp
Kisah berikutnya datang dari Sumatera Utara. Beliau adalah Pak Juni Haryanto seorang guru kelas VI SDN 017976 Indrapura, Batu Bara, Sumatra Utara. Selama BDR Pak Juni menggunakan platform Whatsapp Group. Pada WAG tersebut terdapat para orangtua murid.
Jadi melalui WAG pak Juni bisa melakukan komunikasi mengenai pembelajaran dengan para orangtua murid yang sedang mendampingi belajar anaknya di rumah. Apabila ingin mengirimkan tugas, ulangan, dan berdiksusi semua bisa dilakukan lewat WAG tersebut.
Tetapi lagi-lagi model pembelajaran seperti ini tidak selamanya berjalan mulus. Pasalnya dari 48 murid beliau, hanya ada sekitar 24 murid yang orangtuanya memiliki gawai.
Bahkan dari 24 murid tersebut juga masih banyak yang mengeluh dengan kualitas jaringan yang kurang baik. Meskipun untuk ketersediaan kuota sejauh ini baik pak Juni maupun orangtua sudah terbantu dengan adanya bantuan kuota gratis dari Kemdikbud.
Selain itu menurut Pak uni, kendala yang dihadapi selama ini adalah kesibukan para orangtua yang mayoritas harus bekerja di ladang, sehingga tidak memungkinkan untuk mendampingi anaknya BDR.
Sehingga akhirnya pak Juni berinisiatif untuk mengunjungi rumah para siswa yang memiliki kendala ketersediaan gawai dan masalah jaringan internet.
"Siswa yang rumahnya berdekatan saya minta untuk belajar bersama.Jumlahnya maksimal tiga anak agar mereka bisa menjaga jarak dalam belajar," ujar Juni dikutip dari medcom.id.
3. Pak Syafyendri Meminjamkan Telepon Pintar Untuk Anak Muridnya
Kisah lain datang dari Pak Syafyendri, seorang guru IPS SMPN Batang Hari, Desa Selat, Batang Hari, Jambi. Beliau punya cara tersendiri untuk mengatasi siswanya yang terkendala ketersediaan gawai.
Misalnya ada siswa beliau yang tidak memiliki telepon pintar untuk menunjang proses KBM daring dikarenakan siswa tersebut hanya tinggal bersama kakeknya yang sudah renta dan tidak mampu membeli telepon pintar.
Pak Syafyendri berinisiatif untuk meminjamkan telepon pintarnya kepada salah satu muridnya tersebut agar tetap bisa mengikuti proses KBM daring bersama murid yang lain.
Pak Syafyendri juga menganjurkan bagi para siswanya yang tidak memiliki smartphone untuk belajar bersama dengan murid lain yang memiliki telepon pintar. Pak Syafyendri juga sering membantu membelikan paket data bagi para murid-muridnya tersebut agar tidak terlalu membebankan orangtua murid yang sebagaian besar hidup serba terbatas.
"Hati ini bahagia kalau bisa membantu siswa saya, apalagi yang memiliki keterbatasan ekonomi," ungkap Syafyendri.
4. Ibu Ratih Hermiyati Menerapkan Pembelajaran Praktik Bermakna
Insipirasi satu ini datang dari seorang kartini masa kini. Beliau adalah Ibu Ratin Hermiyati seorang guru Matematika SMPN 10 Batang Hari. Ibu Ratih merupakan sosok guru yang totalitas dalam menjalankan pengabdiannya sebagai guru.
Pasalnya beliau punya berbagai macam cara untuk menjamin para siswanya tetap mendapatkan pengajaran yang berkualitas dan bermakna meskipun ditengah keterbatasan fasilitas dan hambatan pandemi.
Misalnya agar BDR lebih efisien dan interaktif beliau membuat Facebook Group dan memanfaatkan Whatsapp Group untuk sarana komunikasi dan berkirim tugas kepada para muridnya.
Misalnya apabila ingin melakukan live teaching beliau memanfaatkan facebook live sebagai sarana menyampaikan materi. Apabila ada penugasan beliau memanfaatkan WAG untuk mengirim tugas dan memberitahu informasi seputar KBM.
Mensiasati para siswa yang tidak memiliki telepon pintar, Ibu Ratih memberikan tips kepada para siswanya agar bisa menitipkan tugas atau pekerjaannya kepada siswa yang memiliki gawai dan koneksi internet untuk difoto atau dibantu mengirimkan ke WAG atau diposting di FBG.
Agar pembelajaran lebih aplikatif, kreatif dan bermakna, beliau juga memberikan penugasan proyek dan praktik kepada para siswanya. Misalnya beliau memberi penugasan membuat miniatur rumah dari bahan-bahan yang dimiliki siswa. Agar lebih kontekstual Ibu Ratih menyuruh siswa untuk membuat miniatur rumah para siswa masing-masing dengan memanfaatkan pengukuran skala.
Untuk mengukur ukuran rumah para siswa bisa meminta bantuan kakak dan orangtua masing-masing. Dengan adanya penugasan seperti ini para siswa bisa menjadi lebih aktif, kreatif, dan bisa lebih dekat dengan orangtua dan keluarganya. Sehingga memunculkan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna. Pekerjaan yang sudah dibuat para siswa disuruh untuk diunggah pada FBG kelas.
“Dengan pembelajaran ini, siswa bisa mempraktikkan konsep kesebangunan rumah, perbandingan senilai, pengukuran, dan bangun ruang sisi datar,” ujar Ratih.
5. Pak Avan Fathurrohman Memanfaatkan BDR TVRI dan Datang Ke Rumah Siswa
Pak Avan Fathurrohman merupakan guru SDN Batuputih Laok 3, Sumenep. Sama seperti yang terjadi di dearah lain, Pak Avan juga harus rela berkeliling ke rumah para muridnya tiga (3) kali seminggu. Pasalnya sebagaian besar muridnya tidak memiliki telepon pintar.
Agar memudahkan tugasnya pak Avan juga memanfaatkan BDR TVRI yang disediakan oleh Kemdikbud. Sehingga beliau bisa menyuruh para muridnya untuk menonton tayangan pembelajaran yang disiarkan di TVRI tersebut. Jadi selebihnya Pak Avan hanya perlu memberikan penugasan. Namun karena terdapat 5 siswanya tidak memiliki TV, maka akhirnya beliau memutuskan untuk tetap melanjutkan kembali pengajaran ke rumah masing-masing siswanya tersebut.
Bagi Pak Avan hambatan yang dilaluinya tidak seberapa dengan masa depan para murid-muridnya, karena beliau meyakini anak-anak muridnya inilah yang kelak akan megubah kehidupan keluarga dan daerah-Nya masing-masing menjadi lebih baik.
6. Ibu Yuyun Memanfaatkan Forum Diskusi Daring
Inspirasi berikut datang dari Kota Semarang. Beliau adalah Ibu Yuyun seorang guru Bahas Jawa di SMA 5 kota Semarang. Bu Yuyun termasuk salah satu guru kreatif yang lumayan melek dengan teknologi. Sehingga dalam praktif pengajarannya selalu identik menggunakan tool dan aplikasi daring.
Salah satu cara beliau dalam mengoptimalkan KBM daring yaitu dengan menerapkan pembelajaran berbasis diskusi forum daring menggunakan fitur office 365 milik Microsoft.
Jadi pembelajaran berjalan secara langsung dan interaktif. Sehingga ada setiap siswa dituntut untuk aktif dalam setiap sesi pembelajaran. Para siswa bisa menyampaikan pendapat, bertanya, dan berdiskusi dengan guru maupun temannya yang lain untuk membahas materi atau studi kasus yang sedang didiskusikan.
Pada setiap akhir pembelajaran, Ibu Yuyun selalu melakukan evaluasi dan refleksi dengan bertanya kepada para siswa mengenai pengalamannya selama mengikuti KBM yang barus saja berlangsung.
Menurut Beliau untuk mendapatkan respon yang baik dari siswa diperlukan interaksi yang baik antara guru dan para siswanya. Apabila seorang guru sudah mampu memahami karakter siswa maka akan dengan mudah dalam mengambil hati siswanya.
7. Ibu Isnaini Menerapkan Metode Belajar Bercerita Secara Berantai Lewat WhatsApp
Ibu Isnaini adalah guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Kisaran, Sumatera Utara. Beliau memiliki cara kreatif dalam melakukan pengajaran kepada para muridnya. Berkenan maple yang diajarkan beliau adalah Bahasa Indonesia, maka berbicara merupakan satu indikator yang penting.
Beliau akhirnya berinisiatif menerapkan metode pengajaran kepada para siswanya dengan bercerita secara berantai menggunakan Whatsapp.
Pasalnya topik yang sedang diajarkan berkaitan dengan cerita fiksi dan fantasi. Pada metode tersebut beliau memasukkan konsep MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi). Sehingga dibutuhkan keaktifan dan praktik dari setiap siswanya.
Sebelum menjalankan metode bercerita lewat WAG, beliau terlebih dahulu memberikan video contoh cara bercerita yang baik dan efektif sekaligus materi mengenai cerita fantasi. Para siswa disuruh untuk menyimak dan mendalami. Setelah itu beliau akan bertanya kepara para siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami.
Setelah itu beliau akan menyuruh para siswanya untuk berdiskusi mengenai cerita fiksi yang sudah diberikan guru dan menjawab setiap pertanyaan yang sudah disiapkan. Setelah itu ada proses penugasan dan refleksi. Para siswa diharuskan untuk membentuk kelompok untuk membuat rangkuman dari cerita tersebut dan kemudian menceritakan kembali lewat video dengan gaya bahasa masing-masing.
“Meski peserta didik kurang maksimal menuangkan kreativitasnya selama masa pandemi ini, namun mereka masih terlihat semangat mengirimkan tugas bercerita kisah fantasi secara berantai,” tutupnya bersemangat.
Itu dia beberapa cerita dan kisah inspirasi dari para guru-guru yang melaksanakan BDR ditengah pandemi COVID-19. Terlihat sekali meskipun banyak kendala dan hambatan yang dihadapi selama KBM, para guru dari contoh di atas selalu bersemangat dan ikhlas dalam mengajar. Sungguh sebuat potret mulia dari para pengabdi pendidikan yang patut dicontoh oleh kita semua.