7 Keterampilan Hidup yang Harus Diajarkan Orangtua Kepada Anak
Pastilah setiap orangtua bermimpi bisa membesarkan anaknya sebaik mungkin. Mereka akan mengasuh, mendidik dan mengajarkan anaknya berbagai ilmu yang penting bagi mereka di masa depan. Namun sayangnya masih banyak orangtua yang berorientasi pada nilai akademis anaknya semata. Meski tidak salah, namun ada banyak hal yang penting untuk diajarkan kepada anak lebih dari sekedar meningkatkan prestasi akademik sang anak. Sebenarnya yang harus orangtua ajarkan kepada anak-anaknya adalah keterampilan hidup (life skill).
Beberapa diantaranya adalah keterampilan-keterampilan yang seharusnya diajarkan orangtua kepada anak-anaknya agar kelak mereka bisa bertahan hidup dan berkembang di berbagai bidang. Menurut penelitian ada yang sudah disetujui berbagai ahli.
Ada tujuh keterampilan yang seharusnya dimiliki seorang anak. Diantaranya adalah, fokus dan manajemen diri, mengambil perspektif, berkomunikasi, membangun koneksi, berpikir kritis, menghadapi tantangan dan pembelajar mandiri. Keterampilan ini akan berguna bagi anak kelak dan bisa membantunya bertahan dalam berbagai kondisi. Kali ini kita akan membahas satu-persatu keterampilan ini :
1. Kemampuan untuk Fokus dan Kontrol Diri
Kemampuan ini merupakan kemampuan yang pertama kali seharusnya dimiliki oleh seorang anak. Anak- anak tidaklah belajar melalui seminar atau diskusi yang panjang. Melainkan anak-anak akan mengamati dan meniru perilaku orang-orang disekitarnya. Ajarkan anak-anak untuk melakukan satu aktivitas dalam satu waktu dan kenalkan mereka dengan konsekuensinya.
Misalnya mereka tidak boleh makan sambil membaca atau mengobrol karena akan menyebabkan mereka tersedak. Menurut pakar edukasi, Bob Cunningham anak yang tidak fokus bukan berarti anak yang bermasalah. Namun mereka mudah terdistraksi. Cara yang paling mudah adalah, mencari tahu sumber mengapa anak tidak fokus.
Misalnya anak tidak menyukai pelajaran matematika, tetapi bersemangat dengan pekerjaan rumahnya yang lain yaitu menggambar. Maka lakukan berbagai variasi agar anak menyenangi belajar matematika. Poin kedua adalah mengajarkan anak kontrol diri.
Anak yang dibekali kontrol diri yang baik kelak ia akan berhasil menjadi orang yang bisa menguasai keinginannya dan tidak terhanyut pada suatu hal secara terus-menerus. Kita bisa mulai dengan memberikan nama untuk setiap emosi anak. Misalnya ketika anak menangis saat ia bersedih.
2. Mengambil Perspektif
Anak yang mampu melihat suatu masalah dari sudut pandangnya sendiri. Merupakan anak yang kelak bisa mengamati berbagai permasalahan. Dan melihat masalah itu dari sudut pandangnya sendiri, serta mencari solusi untuk setiap permasalahan tersebut. Orangtua yang tidak terlalu banyak mendikte atau memaksakan sudut pandangnya, lebih berpotensi untuk menjadikan anaknya sebagai pendengar dan berani mengutarakan pendapatnya.
Mulailah dengan cara memperkaya kosakata anak tentang perasaan, misalnya iri, kagum, takjub, khawatir dan sebagainya. Kita juga bisa mengajak anak kita untuk berdiskusi tentang suatu karakter di dalam buku, sehingga anak-anak belajar untuk mengenali berbagai karakter orang lain. Kita juga bisa untuk mengajak untuk bermain peran, agar ia bisa membina empati terhadap orang disekitarnya. Kita juga melatih anak untuk menyelesaikan masalah melalui aktivitas-aktivitas ringan di rumah.
3. Berkomunikasi
Cara untuk mengajarkan anak kita agar bisa berkomunikasi dengan baik adalah selalu mengajak anak berkomunikasi setiap saat. Libatkan anak-anak dalam mengambil keputusan-keputusan ringan agar kepercayaan diri anak terpupuk. Sehingga ia berani untuk mengutarakan pendapatnya. Mengambil keputusan yang menurutnya baik dan berani berkata tidak.
Jika orangtua terlalu banyak berbicara atas nama anaknya, maka kelak anaknya akan tumbuh menjadi anak yang tidak memiliki keputusan dan tidak berani untuk mengomunikasikan apa yang dirasakannya. Tanggapilah setiap celoteh anak dan perbaikilah kata-kata mereka yang cadel dengan cara mengulang kata-kata yang benar.
Seringlah membacakan buku untuk anak agar bisa menambah kosa kata mereka dan menambah kemampuan bicara mereka. ajarkan juga anak untuk memiliki pilihan agar mereka bisa mengetahui mana yang mereka sukai mana tidak mereka sukai.
4. Membangun Koneksi
Keterampilan untuk bisa membangun koneksi tercipta dari hubungan orangtua dengan anaknya. Keterampilan ini kelak akan dibutuhkan anak jika mereka harus berhubungan dengan orang lain di masa depan. Anak yang mampu membangun koneksi akan mudah menyelesaikan masalah ataupun pertikaian yang timbul.
Caranya dimulai dengan membina hubungan yang baik dengan anak. Dimulai dengan sering menyentuh dan memeluk anak, mendengarkan apa yang dikatakan anak kepada kita. Kita juga bisa untuk mulai menjadikan anak kita teman mengobrol. Mulai dari membicarakan hal-hal kecil ataupun keputusan penting.
Mintalah selalu pendapat anak dan ajaklah mereka berdiskusi. Melalui hal-hal sederhana ini diharapkan kelak anak kita membangun koneksi dan hubungan yang baik dengan orang lain di masa depannya.
5. Berpikir kritis
Kemampuan untuk bisa berpikir kritis bisa dimulai melalui hal-hal yang sangat sederhana. Mintalah anak kita menjelaskan tentang sesuatu kepada kita. Misalnya ketika mereka sedang bermain susun balok, tanyakanlah kepada mereka, apa yang mereka buat.
Jika mereka menjawab ‘rumah’ lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya seperti ini rumah siapa ? siapa yang tinggal disini? Dimana kamarnya ? melalui penjelasan-penjelasan ringan akan apa yang mereka lakukan, kelak anak akan mampu menganalisa dan mengkritisi suatu permasalahan. Kita juga bisa mengajak anak untuk melakukan evaluasi. Seperti menanyakan pendapat mereka tentang apa yang mereka lakukan.
6. Menghadapi tantangan
Penelitian menunjukkan anak yang tidak terbiasa menyelesaikan tantangannya sendiri karena dibantu orangtua atau keluarganya kelak akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalahnya. Ketika anak masih berusia dini, doronglah anak untuk mengidentifikasi permasalahan dan tanyakanlah apa pendapatnya untuk menyelesaikan masalah itu.
Sebagai contoh, jika kita bercerita tentang sebuah rumah yang kebakaran, tanyakanlah kepada anak kita, jika kamu berada di lantai dua apa yang akan kamu lakukan untuk menyelamatkan diri ? Lalu hargailah jawaban-jawaban yang unik dan imajinatif mereka. ketika anak sudah mulai masuk usia sekolah, usahakanlah agar ia berani pergi ke sekolahnya seorang diri.
Ajarkanlah anak untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara tidak terlalu ikut campur jika anak-anak bermain dengan temannya. Beri kesempatan anak untuk berbuat kesalahan, dengan demikian anak tidak akan malu apabila ia kelak melakukan kesalahan. Dengan demikian ketika anak menemui kegagalan dalam menyelesaikan tantangannya, ia bisa belajar menerima kesalahannya dan berusaha menjadikan kegagalannya itu sebagai kesempatan untuk belajar.
7. Pembelajar mandiri
Seorang anak bisa menjadi seorang pembelajar yang mandiri, jika orangtua harus berusaha untuk menumbuhkan minat belajar anak di usia dini. Ajaklah anak untuk melakukan suatu aktivitas bersama dan jelaskan kepada anak-anak tahapan-tahapan pembelajarannya. Misalnya, kita mengajarkan anak kita untuk berkebun, ajaklah mereka untuk memulai dari tahap yang paling dasar, yaitu menggali lubang, menanam benih dan seterusnya.
Kita juga bisa menunjukkan kasih sayang kepada anak namun tetap dengan disiplin dan konsekuensi atas setiap keputusan yang mereka ambil. Berikanlah anak pujian setiap kali mereka berhasil melalui suatu proses belajar.
Ingatlah bahwa semua tahapan yang kita bahas di atas merupakan sebuah proses pembelajaran membentuk watak dan karakter anak. Perlu proses yang panjang dan bertahap agar kita berhasil memodali anak-anak kita dengan keterampilan hidup yang mereka butuhkan di masa depan.
Jangan pernah berpikiran bahwa sudah terlambat untuk memulai mengajarkan anak-anak kita keterampilan-keterampilan ini karena sesungguhnya, kita masih bisa mengubah watak dan karakter anak- anak kita dengan cara mengubah pola didik kita sebaik dan sesuai kemampuan kita.
Perlu proses yang panjang dan bertahap sampai akhirnya kita bisa membekali mereka keterampilan-keterampilan khusus yang kelak bisa berguna bagi anak kita di masa depan dalam menyelesaikan berbagai masalah mereka.