7 Cara Mengasah Kemampuan Kolaborasi di dalam Kelas
Aktivitas KBM di tahun 2021 secara bertahap mulai dilaksanakan secara tatap muka.
Kegiatan pembelajaran pada tahun 2020 memang sepenuhnya dilaksanakan secara daring. Sehingga dengan adanya rencana pelaksanaan tatap muka ini , para Guru dan murid perlu melakukan penyesuaian kembali.
Salah satu aspek penting yang perlu disesuaikan adalah berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran. Model pembelajaran saat KBM daring tentu akan berbeda saat pembelajaran tatap muka.
Model pembelajaran sendiri seperti menurut Agus Suprijono (2010),
merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun pelatihan. Secara umum model pembelajaran adalah suatu cara atau teknik penyajian sistematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan proses pembelajaran agar mencapai tujuan.
Dalam KBM sendiri banyak model pembelajaran yang bisa digunakan, salah satunya adalah model pembelajaran kolaboratif. Model pembelajaran ini cukup populer dipakai dalam aktivitas KBM selama ini karena mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif dan interaktif.
Model pembelajaran kolaboratif setidaknya membawa dua manfaat penting dalam proses pembelajaran yaitu:
- Realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata;
- Menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.
Apa Itu Model Pembelajaran Kolaboratif ?
Model pembelajaran kolaboratif menurut Gokhale,
merupakan model pengajaran dimana siswa dalam sebuah kelompok yang memiliki tingkat kecakapan beragam bekerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran kolaboratif termasuk pembelajaran yang berpusat pada murid atau Student Centered Learning (SCL). Sehingga peran dan keaktifan murid berperan penting dalam kelancaran proses KBM.
Pembelajaran kolaboratif tidak hanya membuat para siswa bisa saling bekerjasama, lebih dari itu model pembelajaran ini memungkinkan tumbuhnya sikap saling peduli, memahami dan bergantung secara positif untuk mencapai kesuksesan.
Pembelajaran kolaboratif akan memunculkan pengetahuan yang lebih bermakna dibandingkan pembelajaran individual. Karena esensinya model pembelajaran ini mengutamakan proses dibandingkan hasil.
Asumsi Pembelajaran Kolaboratif
Metode kolaboratif seperti yang dikemukakan Smith & MacGregor, 1992), didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar siswa, diantaranya:
1. Belajar itu aktif dan konstruktif
Untuk mempelajari konsep dan materi pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa membangun makna atau mencipta sesuatu yang baru dari bahan materi yang dipelajari.
2. Belajar itu bergantung konteks
Kegiatan pembelajaran kolaboratif menghadapkan siswa pada tugas atau masalah yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal siswa. Sehingga belajar selalui diawali dari konteks masalah bukan dari gagasan maupun konsep masalah. Dengan itu siswa bisa terlibat langsung dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu.
3. Siswa itu beraneka latar belakang
Setiap murid memiliki perbedaan dalam banyak hal, seperti latarbelakang, gaya belajar, pengalaman, dan cara berpikir. Perbedaan-perbedaan itu menjadi hal yang lumrah dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan kualitas pencapaian hasil bersama dalam proses KBM .
4. Belajar itu bersifat sosial
Belajar dalam model pembelajaran kolaborasi merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya setiap murid membangun makna yang bisa diterima bersama. Pembelajaran kolaborasi melibatkan banyak aktivitas bersama yang memunculkan adanya stimulasi sosial untuk memecahkan masalah bersama. Banyak aktivitas berkaitan dengan eksplorasi, feedback, penilaian, dan penciptaan pemahaman baru.
Dengan asumsi tersebut membuat peran pembelajaran kolaboratif penting dalam aktivitas KBM tatap muka, karena guru dan siswa menjadi subjek aktif dalam pembelajaran.
Dalam praktik pembelajaran kolaboratif, guru sendiri perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran kolaboratif seperti:
1. Perbanyak melatih keterampilan kerja sama, aplikatif, dan keterampilan memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif dan kompak.
3. Setiap individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan tugas masing-masing yang spesifik.
Manfaat Pembelajaran Kolaboratif
Berikut beberapa manfaat dari pembelajaran kolaboratif:
- Memupuk rasa kebersamaan dan peduli antarsiswa, sehingga masing-masing merasa bertanggung jawab atas kelompoknya.
- Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam kelompok merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan konsep.
- Murid belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
- Meningkatkan keberanian untuk berpendapat dan menyampaikan ide.
- Memupuk rasa tanggung jawab siswa dalam mencapai suatu tujuan bersama.
Adapun ketika model pembelajaran kolaboratif diterapkan setidaknya perlu memperhatikam sejumlah faktor, seperti fungsi dan peran murid saat KBM.
Peran Murid dalam Pembelajaran Kolaboratif
Berikut beberapa peran penting yang harus dikembangkan oleh setiap murid dalam pembelajarna kolaboratif, yaitu:
- Menerangkan, yaitu memberikan penjelasan, pendapat dan kesimpulan pada anggota kelompok yang lain.
- Bertanya, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh informasi dan jawaban yang ingin diketahui.
- Mengkritik, yaitu mengajukan sanggahan dan mempertanyakan alasan dari pendapat/pernyataan/jawaban yang diajukan.
- Penengah, yaitu meredakan konflik dan mencoba meminimalkan ketegangan yang terjadi antara anggota kelompok.
- Mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan dilaksanakan dan mengajukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi
- Mencatat, yaitu membuat catatan tentang segala sesuatu yang terjadi dan diperoleh kelompok.
- Merangkum, yaitu membuat kesimpulan dari hasil diskusi atau penjelasan yang diberikan.
Contoh Penerapan Pembelajaran Kolaboratif
Dalam proses KBM sendiri penerapan model pembelajaran kolaboratif bisa diterapkan dengan berbagai macam metode. Berdasarkan pengembangan dan penerapan dalam KBM, sejauh ini terdapat beberapa metode yang umum digunakan, diantaranya:
1. Cooperative Learning Stuctures (CLS)
Metode ini mengharuskan para siswa dibentuk menjadi dua peran. Ada yang menjadi seorang tutor (yang mengajukan pertanyaan) dan satunya lagi menjadi tutee (yang menjawab pertanyaan). Sebelum melaksanakan metode CLS guru dan siswa perlu menentukan aturan, pertanyaan dan poin permainan.
Setelah itu nanti para siswa akan bergantian peran. Nantinya apabila yang berperan sebagai tutee bisa menjawab benar akan mendapatkan poin sesuai kesepakatan diawal. Permainan ini akan mengasah daya ingat dan ketangkasan siswa.
2. Complex Instruction (CI)
Metode ini berfokus pada pembelajaran berbasis proyek yang berorientasi pada penemuan. Metode ini bertujuan agar siswa bisa fokus dan mengeksplorasi satu topik/materi secara mendalam dan aplikatif.
Metode ini umumnya digunakan pada mata pelajaran sains, matematika dan pengetahuan sosial. CI cocok dipakai dalam kelas yang memiliki murid heterogen. Penilaian metode belajar ini berdasarkan kinerja dan hasil kerja kelompok.
3. Group Investigation (GI)
Merupakan metode yang beorientasi pada pembelajaran berbasis masalah. Setiap anggota kelompok dituntut agar bisa merencanakan sebuah penelitian yang berkaitan dengan topik (materi). Semua anggota kelompok akan mengambil peran dan tugas masing-masing untuk bersama memecahkan masalah.
Setiap kelompok perlu merencanakan proses menyelesaikan masalah, strategi yang digunakan, sampai bagaimana konsep penyajian/presentasi. Penilaian metode ini didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
4. Academic-Constructive Controversy (AC)
Metode ini berfokus pada proses pembelajaran studi kasus. Anggota maupun kelompok dibawa pada suatu studi kasus/permasalahan yang memiliki beberapa pilihan solusi. Setiap individu dituntuk harus memiliki argument dan alasan logis yang kuat untuk mempertahankan dan menjelaskan pilihannya masing-masing.
Metode ini berorientasi pada pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan logis, hubungan antarpribadi, dan kecakapan berkomunikasi dan mengemukakan pendapat.
Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan pilihannya.
5. Teams-Games-Tournament (TGT)
Metode ini dalam istilah Indonesia bisa disamakan dengan cerdas cermat. Jadi perwakilan terbaik dari masing-masing kelompok akan saling beradu menjawab pertanyaan dan menyelesaikan misi sesuai aturan permainan. Tim yang berhasil mendapatkan poin paling tinggi yang akan menjadi pemenang.
Agar permainan lebih aktif dan menarik, Guru bisa membuat variasi kuis. Jadi tidak hanya berupa soal/pertanyaan, tetapi bisa mencoba jenis perlombaan lain seperti games yang mengutamakan ketangkasan, kecepatan maupun kreativitas.
6. Learning Together (LT)
Metode Learning Together merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dalam aktivitas KBM. Secara umum metode ini akan membagi siswa secara acak dalam berbagai kelompok.
Tiap kelompok kemudian diberikan tugas/studi kasus. Selanjutnya para siswa secara berkelompok akan bersama mengerjakan tugas tersebut. LT mengasah kemampaun mengingat, bernalar, dan kerjasama tim.
Pembagian fungsi tiap anggota merupakan kewenangan masing-masing kelompok. Umumnya hasil tugas tersebut akan dikumpulkan dalam bentuk tertulis maupun biasanya juga sekaligus dipresentasikan. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok dan kualitas jawaban.
7. Jigsaw Proscedure (JP)
Metode ini akan membagi murid dalam beberapa kelompok. Kemudian tiap anggota kelompok akan mendapatkan tugas dan kasus yang berbeda-beda tetapi tetap dalam satu pokok bahasan (topik).
Setelah itu setiap kelompok akan mendapatkan tes menyangkut keseluruhan materi. Tujuannya adalah agar bisa melihat kelompok mana yang bisa memahami topik secara baik dan mendalam. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
Itu dia beberapa hal mengenai pembelajaran kolaboratif dalam KBM dan 7 jenis metode yang bisa digunakan untuk mengasah kemampuan kolaborasi murid di dalam kelas.
Model pembelajaran kolaboratif memang cocok untuk diterapkan dengan konteks pembelajaran masa kini. Mengingat paradigma pembelajaran yang digunakan saat ini adalah berorientasi kepada siswa (Student Centered Learning), sehingga siswa harus menjadi individu aktif dan kritis di dalam kelas.
Apalagi saat ini program utama dari Kemendikbud adalah Merdeka Belajar di mana salah satu tujuannya adalah ingin menghasilkan individu yang memiliki kecakapan abad 21, yaitu keterampilan berpikir kritis, bisa memecahkan masalah, mampu berkreativitas dan berinovasi, serta mampu berkolaborasi dengan orang lain secara baik.