7 Alasan Mengapa Nilai Bukan Segalanya bagi Anak (Murid)
Kebanyakan orang menganggap bahwa anak yang pintar adalah anak yang mendapatkan nilai akademis tinggi di sekolahnya. Padahal tidak selalu begitu, banyak anak yang biasa saja ketika di sekolah, namun saat dewasa mereka sukses dengan jalannya masing-masing. Karena tingkat kesuksesan seseorang tidak bisa dilihat dari kemampuan akademis atau nilainya saja, tetapi dari bakat, keterampilan yang dimiliki, dan kerja keras.
Sebagai guru, Anda sendiri menyadari bahwa tidak semua anak memiliki kecerdasan yang sama. Ada siswa yang menyukai matematika namun tidak jago di bahasa Inggris, ada siswa yang menyukai sejarah namun tidak pintar di matematika, dan ada pula siswa yang kurang pintar di bidang akademis namun jago dalam olahraga atau aktivitas fisik, karena setiap anak memiliki minat dan bakatnya masing-masing. Maka dari itu, sangat tidak adil jika kita menyamakan kemampuan anak melalui nilai akademiknya saja.
7 Alasan Mengapa Nilai Bukan Segalanya bagi Murid
Sebagai guru, mungkin Anda akan sangat senang jika terdapat siswa yang pintar dan mendapatkan nilai memuaskan di bidang mata pelajaran Anda. Karena hal tersebut menjadi salah satu tanda keberhasilan Anda dalam mengajar siswa. Namun, bukan berarti Anda harus menganggap remeh siswa yang tidak memiliki nilai bagus di sekolah.
Perlu Anda sadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan berbeda dalam menangkap pembelajaran, meskipun Anda sudah sebaik mungkin memberikan materi pelajaran, namun ada beberapa siswa yang memang masih kurang paham. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Anda, agar setidaknya mereka bisa mengerti hal-hal dasar.
Namun jangan terpaku dengan nilai siswa saja, karena nilai hanyalah goresan angka di atas kertas. Adapun berikut 7 alasan mengapa nilai bukan segalanya bagi murid, yaitu:
1. Nilai Hanya Sebagai Bahan Evaluasi Anak
Nilai pada sebuah pendidikan diberikan oleh guru hanya untuk bahan evaluasi anak. Guru di akhir pembelajaran, pastinya akan memberikan nilai hasil atau yang disebut dengan rapor. Rapor ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan akademis anak.
Jika ada nilai anak yang rendah di dalam rapor, maka dapat membuat mereka untuk meningkatkan kemampuannya. Selain itu, anak akan berusaha untuk memperbaiki diri dengan berbagai macam cara. Perbaikan diri ini, bisa dilakukan dengan mengubah cara belajarnya, atau mungkin dapat melakukan cara-cara yang lain.
2. Pendidikan Melatih Anak Bersifat Jujur
Bukannya pendidikan ini diharapkan agar anak mampu bersikap jujur? Janganlah menuntut nilai anak untuk selalu baik. Tujuannya agar anak tidak tertekan atau bahkan mereka melakukan banyak kecurangan dan ketidakjujuran hanya untuk mendapatkan nilai tinggi dalam sebuah pendidikan.
Percuma saja jika anak mendapatkan nilai tinggi dari hasil menyontek, karena hal tersebut tidak menunjukkan kemampuannya. Penyebab mereka menyontek karena merasa tertekan agar bisa mendapatkan nilai yang bagus. Oleh sebab itu, sebagai guru Anda tidak perlu menuntut mereka untuk selalu mendapatkan nilai bagus.
3. Pendidikan untuk Media Petualangan Anak
Nilai bukan segalanya bagi anak dalam sebuah pendidikan. Alasannya, dengan pendidikan anak dapat menjadi seorang yang mampu berpetualang. Artinya, anak diharapkan untuk berani menjalankan hidup mereka dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi.
Seorang anak melalui pendidikan akan dapat berpetualang menemukan banyak hal. Anak dapat memiliki banyak wawasan melalui segala yang mereka pelajari di dunia pendidikan.
4. Usaha Lebih Baik Daripada Nilai
Tingkat kesuksesan seseorang tidak diukur dari nilainya yang baik. Terkadang orang memiliki nilai sekolah yang baik, tetapi mereka belum bisa menjadi seorang yang sukses. Sukses di sini adalah untuk mereka yang dapat meraih impiannya.
Berikanlah motivasi untuk siswa agar mereka tetap meraih segala impiannya, meski nilainya tidak bagus. Usaha dan doa tidak akan pernah mengkhianati hasil. Jadi, penting sekali usaha yang dilakukan seorang anak untuk meraih kesuksesan mereka.
5. Praktik adalah Tolak Ukur Sebenarnya
Kebanyakan dalam bidang pendidikan, guru memberikan nilai bagus dari hasil anak mengerjakan soal. Soal-soal tersebut kebanyakan berisi tentang teori-teori saja dan bukan praktik.
Padahal seseorang itu dikatakan baik ketika pada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari mereka dapat melaksanakan dengan baik. Jadi, bukan mereka yang memiliki nilai baik dari hasil belajar dan mengerjakan soal yang berisi tentang teorinya saja.
Peranan seorang anak pada kehidupan bermasyarakat yang menentukan tolak ukur mereka di lingkungan masyarakat. Masyarakat lebih melihat anak dari cara bergaul di dalam lingkungannya. Mereka tidak melihat anak dengan nilai atau prestasi yang mereka peroleh di dalam dunia pendidikan.
Di samping memberikan tugas berupa soal-soal, Anda juga bisa memberikan tugas praktik pada anak untuk memastikan bahwa mereka dapat melakukan hal yang sesuai dengan teori yang diajarkan.
6. Potensi Bakat dan Minat Anak Lebih Penting
Banyak guru dan orang tua yang fokus pada nilai anak, padahal yang terpenting adalah potensi bakat dan minat anak itu lebih diutamakan. Sedangkan, di sekolah nilai ini cenderung pada kemampuan anak di dalam bidang akademis saja dan bukan non-akademiknya.
Anak memiliki potensi bakat dan minat yang berbeda-beda. Sehingga, terkadang anak yang memiliki bakat dan minat dalam bidang non-akademis mendapat nilai yang lebih rendah dibanding mereka yang memiliki bakat dan minat pada bidang akademis.
Jika anak memang kesulitan meraih nilai yang tinggi, Anda bisa membantu mereka meningkatkan potensi yang dimiliki dengan mendukungnya dan memberikan fasilitas yang mereka butuhkan.
7. Hasil Pendidikan Tertinggi Yakni Toleransi
Helen Keller menyatakan bahwa toleransi merupakan hasil pendidikan yang paling tinggi. Bukan nilai akademik yang tertera pada rapor penilaian anak, tetapi sikap toleransilah yang menjadi tolak ukur seorang anak yang berhasil dalam pendidikan.
Sikap toleransi, saling menghargai dan menghormati antar individu dalam berbagai perbedaan yang dimilikinya menjadikan seseorang memiliki arti tersendiri di mata orang lain. Adanya sikap toleransi tersebut nantinya diharapkan seseorang dapat dihargai dan dihormati juga oleh orang lain.
Percuma saja jika anak mendapatkan nilai yang besar, namun berkarakter buruk dan tidak memiliki toleransi atau sikap saling menghormati kepada sesama. Karena di dunia yang sesungguhnya, sikap sangat penting dan dapat menentukan kesuksesan seseorang. Nilai yang tinggi mungkin bisa membuat anak pongah, merasa paling tinggi dan paling pintar, sehingga sulit menghargai orang lain.
Itulah 7 alasan mengapa nilai bukan segalanya bagi siswa. Sebagai guru, Anda hanya perlu mendukung minat anak dan menggali potensi mereka. Anda juga bisa memberikan pengajaran yang terbaik untuk mereka, agar mereka dapat mencapai kompetensi pembelajaran. Jangan paksa siswa untuk mendapatkan nilai bagus, tetapi latihlah mereka terus-menerus untuk bisa memahami materi dan mencapai nilai terbaik sesuai kemampuannya.