6 Tips Mencegah Anak Mengalami Masalah Komunikasi Setelah PJJ
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih terus berlanjut karena kondisi pandemi yang belum juga usai. Ruang gerak untuk anak tidak hanya dibatasi dalam hal belajar. Masa-masa yang seharusnya banyak dihabiskan dengan bermain kini hanya dilakukan di rumah saja. Tidak dapat dipungkiri kondisi ini dapat berpengaruh terhadap pola komunikasi anak apabila tidak diperhatikan dengan baik. Orang tua berperan sangat penting untuk menjadikan anak tetap aktif dan ceria meskipun stay at home.
Intensitas komunikasi secara langsung yang dilakukan dengan orang lain tentu semakin sedikit ketika anak sekolah daring. Oleh karena itu dibutuhkan pencegahan agar anak tidak menjadi pasif dalam hal berbicara. Kami punya 6 tips untuk Anda yang merasa kesulitan merangsang anak agar lebih komunikatif. Baca artikel ini hingga akhir ya!
1. Hindari Pemakaian Gadget yang Berlebihan
Jika berbicara perihal pemakaian gawai, anak-anak masa kini cenderung banyak mengaksesnya meskipun tidak dalam masa pandemi. Terlebih lagi apabila orang tua mendukung dengan memberikan fasilitas kepada mereka meski tidak meminta. Para balita pun telah mengenal gadget sejak dalam masa gendongan.
Dengan realita yang ada tersebut, PJJ yang mengharuskan banyak di rumah tentu membuka peluang lebih besar kepada anak. Penggunaan gadget perlu dibatasi. Semisal anak hanya boleh memakainya ketika jadwal pertemuan daring dengan guru. Dalam seminggu boleh bermain gadget di hari-hari tertentu saja. Anda pun dapat menyiasatinya dengan memberikan rewardjika mereka patuh terhadap pembatasan tersebut. Penghargaannya tentu harus lebih menggiurkan dari mengakses gawai agar mereka antusias.
2. Lakukan Diskusi Ringan yang Interaktif
Mencegah terjadinya masalah komunikasi anak setelah PJJ sangat membutuhkan aktifitas ini. Tips pertama tidak akan berguna jika tidak diimbangi dengan mengajak anak-anak diskusi. Tema yang dibicarakan tidak harus berat. Salah satu contohnya bisa membahas tentang liburan, dekorasi rumah, manfaat sabar, dan lain sebagainya. Lakukanlah dengan santai semisal sembari memasak, bersih-bersih rumah, atau di sela-sela menonton TV bersama keluarga.
Efek dari aktifitas diskusi ini berlaku jangka panjang. Anak tidak hanya komunikatif namun juga menjadi pribadi yang demokratis, kritis, dan lihai dalam memecahkan sebuah permasalahan. Itu lah mengapa keluarga menjadi sekolah pertama bagi anak-anak. Jadikan musibah saat ini sebuah kesempatan untuk mendidik anak lebih maksimal. Ketika kondisi kembali normal, kekhawatiran Anda pada mereka tidak akan terjadi. Terlebih dalam persoalan masalah komunikasi ini. Jika diperlukan, adakan jadwal khusus untuk diskusi keluarga. Sesekali beri mereka tema yang berat agar bisa terbiasa sejak dini.
3. Jadwalkan Pertemuan dengan Teman Dekat
Meskipun kita bisa melakukan obrolan jarak jauh dengan fitur aplikasi chatting atau video call, hasrat untuk berkomunikasi secara langsung masih lah kurang terpenuhi. Apalagi bagi anak-anak yang lebih banyak ingin bermain bersama teman-temannya. Di situasi new normal life upayakan untuk mempertemukan mereka dengan teman-teman terdekat. Tanpa mengabaikan protokol kesehatan, atur pertemuan tersebut dua minggu sekali atau sebulan sekali. Tergantung kebutuhan dan otoritas Anda terhadap kuallitas interaksi anak. Hal tersebut bertujuan agar mereka tidak mengalami tekanan yang mendalam. Curahan hati yang ingin disampaikannya tidak hanya terbatas kepada keluarga. Mereka juga berhak bercerita kepada teman dekatnya. Dengan begitu anak tidak akan mudah terasing saat kelak harus menjadi bagian dari masyarakat secara luas.
4. Libatkan Anak dalam Melakukan Sebuah Transaksi
Dalam mendidik anak, terutama dalam hal berkomunikasi diperlukan keterlibatannya pada interaksi orang tua. Ketika Anda berbelanja, ajaklah dia untuk melakukan transaksi. Tidak hanya untuk membelikannya makanan atau pun barang. Sering-seringlah minta mereka bertanya mengenai harga atau kualitas dari barang yang hendak dibeli. Ketika pertama kali melakukannya, berikanlah contoh terlebih dahulu. Bahkan menjadi keputusan yang bagus jika Anda bisa mengajarinya tawar menawar dengan penjual. Bukan hanya memperlancar komunikasi, anak menjadi lebih cerdas dalam keuangan.
Nah, ketika bertransaksi via online juga perlu dilakukan. Sebelum memutuskan membeli sesuatu, tanamakan kebiasaan padanya agar menghubungi seller untuk memastikan barang sesuai dengan yang dibutuhkannya. Di luar jual beli, bisa juga dipraktekkan saat Anda hendak melakukan pinjam meminjam, menitipkan sesuatu kepada orang lain, mengajukan komplain, dan lain sebagainya.
5. Belajar Bahasa Asing
Selanjutnya kegiatan yang sangat efektif dalam meningkatkan skill komunikasi anak yaitu belajar bahasa asing. Apabila Anda tidak mahir dalam bahasa asing, maka belajar juga bersama mereka. Bahasa asing yang sangat dibutuhkan saat ini adalah bahasa Inggris. Mempelajariya terlebih dahulu merupakan keputusan yang tepat. Ajak lah anak berbicara menggunakan bahasa asing semampunya agar tidak terbebani. Dengan cara ini tingkat komunikasinya menjadi lebih baik dari pada dibiarkan dengan mainan yang tidak interaktif. Ketika ada kosa kata baru yang berhasil mereka ingat, maka kemungkinan besar ia akan bersemangat mempraktekkannya. Jadi jangan abaikan moment tersebut.
Semakin seru apabila dia dapat mengajak teman-temannya belajar bahasa asing juga. Akan ada topik-topik baru yang akan muncul dalam interaksi mereka meski lewat daring. Setelah PJJ berakhir, komunikasi mereka tidak bermasalah. Justru skill dan pengetahuan baru bertambah. Butuh konsistensi dan semangat dari orang tua untuk mewujudkannya.
6. Melatih Komunikasi dengan Pertanyaan
Kebiasaan ini banyak yang diabaikan dalam pendidikan keluarga. Anak-anak tumbuh dengan sesuatu yang instan, jarang diajak berpikir untuk membuat sebuah keputusan. Hal tersebut menjadikan pola komunikasi mereka pun bermasalah. Maka untuk mencegahnya, mulailah memberikan ruang kepada anak untuk berpendapat. Semisal saat hendak memasak, bertanyalah menu apa yang cocok untuk dihidangkan. Bisa juga dengan bertanya alasan mereka saat minta sebuah mainan baru. Ketika akan merenovasi rumah, warna cat apa yang menarik untuk ditampilkan. Jangan lupa untuk selalu bertanya alasannya agar dia tidak takut untuk berpendapat. Tidak hanya dengan menjawab pertanyaan Anda, sebaliknya anak juga dilatik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Meskipun terkesan simple, namun aktifitas ini sangat berpengaruh pada kecerdasan bersosial anak apabila dipraktekkan.
Kita tidak boleh menyerah sebab beragam persoalan muncul di masa pandemi yang melanda hampir seluruh Negara di dunia. Dampak yang ditimbulkan olehnya tentu menjadi menakutkan jika sampai merusak pola interaksi masyarakat, terlebih kepada anak-anak. Cobalah untuk melakukan tips-tips di atas dengan penuh telaten agar anak-anak Anda terhindar dari gangguan berkomunikasi. Semoga mereka bisa secepatnya kembali bersekolah dengan kondisi yang stabil. Selamat mencoba!