5 Tips Memulai Homeschooling
Homeschooling atau sekolah rumah merupakan model pendidikan alternatif yang bisa dicoba oleh para orangtua untuk anak selain melalui jalur formal. Saat ini sudah cukup banyak para orangtua memilih jalur Homeschooling sebagai basis pendidikan bagi para putra-putrinya. Apalagi dimasa pandemi Covid-19 yang terjadi seperti saat ini, yang membuat KBM pendidikan formal tidak berjalan normal dan proses pembelajaran diarahkan menggunakan model jarak jauh.
Menurut Permendikbud Nomor 129 Tahun 2014, Homeschooling sendiri diartikan sebagai pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orangtua atau keluarga di rumah maupun tempat-tempat lain.
Tujuan dijalankannya sekolah rumah ini adalah menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mengembangkan potensi peserta didik yang unik pada diri anak agar bisa berkembang secara maksimal.
Artinya Homeschooling menawarkan suatu model pendidikan yang lebih menekankan pada fleksibilitas dan memaksimalkan potensi anak dengan menerapkan kurikulum dan metode yang diesuaikan dengan kebutuhan anak serta tujuan dan visi orangtua.
Adapun pada setiap orangtua memiliki alasan dan latarbelakang yang berbeda ketika hendak memutuskan anaknya mengikuti jalur pendidikan Homeschooling. Misalnya ada yang didasarkan karena ketidaksesuaian karakter dan kebutuhan anak dengan sistem dan kurikulum pendidikan formal, perbedan filosofi dan visi orangtua, fleksibilitas pembelajaran, potensi anak tidak tersalurkan dengan baik jika menempuh pendidikan formal, waktu, dan faktor-faktor lainnya.
Ketika hendak memutuskan anak akan menempuh jalur Homeshooling tentu saja sebagai orangtua harus mempertimbangkan dan mempersiapkan semua hal yang terkait dengan tujuan, kurikulum, metode, dan komponen lain yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah program pembelajaran Homeschooling yang ideal.
Berikut beberapa hal dan tahapan yang harus dipertimbangkan dan disiapkan ketika hendak memulai Homeschooling.
1. Lakukan Riset dan Tentukan Tujuan
Sebelum masuk kedalam aspek teknis, orangtua sebaiknya terlebih dahulu mengumpulkan informasi terkait Homeschooling sebanyak-banyaknya. Orangtua bisa berkonsultasi dengan ahli dan pakar yang kompeten, berkunjung ke keluarga dan komunitas yang telah berpengalaman menjalankan model Homeschooling. Cobalah gali dan kumpul informasi mengenai kurikulum, metode, materi, manajemen pembelajarannya, bentuk evaluasi, dan lainnya.
Setelah memperoleh informasi yang cukup kemudian lakukan konsultasi dengan keluarga dan anak untuk mencari kesesuaian karakteristik dan potensi anak dengan rencana program pembelajaran yang hendak dirancang. Hal ini tentu sesuai dengan pernyataan Charlote Manson dalam bukunya ‘Home Education’ yang mengatakan ‘Sebagai individu merdeka, anak tidak boleh disetir-setir. Semua kebaikan harus berkembang atas kesadaran mereka sendiri’.
Artinya semua rancangan kurikulum dan tujuan akhir pembelajaran harus memperhatikan potensi dan kebutuhan anak, yang berarti pendekatan yang dilakukan harus child center dengan membiarkan anak berkembang secara alami sesuai dengan ketertarikannya tanpa dikontrol kearah yang tidak sesuai dengan bakat dan potensinya.
Disisi lain, Ratna Hayati (seorang praktisi Homeshooling dan seorang Ibu) dalam artikel yang ditulisnya pada cmindonesia.com, mengatakan ada tiga (3) hal penting yang menurutnya harus dituntaskan oleh orangtua sebelum merancang program Homeschooling agar bisa efektif dan optimal, yaitu menjawab pertanyaan: mengapa saya harus menjalankan program ini? Mengapa metode ini yang saya pilih? dan yang terpenting: apa visi pendidikan keluarga kami?.
Artinya walaupun banyak referensi buku yang memandu kita dalam merancang program Homeshooling dan banyak perbandingan contoh Homeschooling yang dapat dijadikan rujukan, akan tetapi pada akhirnya semua kembali lagi kepada kebutuhan dan nilai filosofi yang dianut keluarga masing-masing. Jadi jangan mengambil mentah-mentah apa yang sudah dipelajari, melainkan perlu dilakukan penyesuaian lagi agar bisa relevan dengan kebutuhan dan tujuan akhir yang ingin dicapai.
2. Merancang Program Kurikulum yang Cocok
Setelah melakukan riset, konsultasi, kemudian telah berdiskusi dengan anggota keluarga dan terpenting si Anak, kemudian juga sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti terkait filosofi, nilai yang dianut, dan visi/tujuan,. Langkah selanjutnya adalah mulai merancang program Homeshcooling, dengan cara menerjemahkan filosofi dan tujuan pembelajaran ke dalam kurikulum.
Apabila masih bingung atau mengalami kesulitan, cobalah cari rancangan kurikulum yang sudah jadi dan dipakai pada komunitas atau Homeschooling lainnya yang sekiranya paling sesuai. Kemudian lakukan pengaturan dan modifikasi pada beberapa bagian agar bisa sesuai dengan tujuan dan filosofi yang dianut. Tentu saja yang ada di dalam kurikulum mencakup semua elemen dan aspek pembelajaran yang akan membantu Bapak/Ibu mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi ibaratnya kurikulum merupakan peta yang akan memandu Bapak/Ibu selama menjalankan Homeschooling untuk anaknya, tujuannya apa ? agar proses KBM bisa lebih terstruktur, terukur, dan efektif. Tentu saja kurikulum yang dibuat bisa disesuaikan kembali ketika saat proses KBM berjalan ternyata metode atau materi yang dipilih misalnya kurang sesuai dengan kebutuhan anak dan tujuan pembelajaran.
Adapun komponen yang perlu ada di dalam kurikulum setidaknya mencakup, tujuan pembelajaran, kompetensi inti, materi yang diajarkan, model pembelajaran, alokasi waktu, metode, strategi belajar, bentuk evaluasi, sumber dan media belajar yang digunakan, serta komponen lainnya yang dapat dimasukkan sesuai dengan kebutuhan.
3. Memastikan Kesiapan (Diri Sendiri, Anak, dan Fasilitas)
Sebelum memulai KBM Homeschooling, tentu saja sebagai orangtua yang nantinya juga akan berperan sebagai pendidik (Guru) bagi anaknya perlu juga menyiapkan diri sendiri agar ketika KBM bisa berjalan dengan lancar dan maksimal. Orangtua perlu memahami materi yang hendak diberikan, paham metode dan media pembelajaran yang cocok, dan bisa mengetahui kesesuian materi dan bentuk evaluasi yang dipilih.
Selain itu anak juga perlu disiapkan untuk membedakan antara mode pembelajaran dan mode aktivitas sehari-hari. Tujuannya agar anak bisa fokus dan tidak terganggu dengan aktivitas lain di luar rencana pembelajaran. Tetapi disatu sisi walaupun rencana KBM sudah disiapkan sedemikian rupa, tetapi suasana santai dan menyenangkan tetap harus diutamakan, agar anak tetap merasa nyaman dan rileks.
Anak juga perlu dijelaskan secara singkat mengenai tujuan pembelajaran, jadwal, evaluasi yang akan dipakai, serta komponen lainnya sebelum KBM berlangsung agar anak memiliki gambaran utuh mengenai apa yang hendak dipelajari dan dicapai pada akhir pembelajaran.
Orangtua juga perlu menyiapkan berbagai macam fasilitas yang mendukung proses KBM agar bisa berjalan kondusif, nyaman, dan optimal. Seperti ruangan, meja, kursi, alat tulis, dan lainnya. Tentu saja orangtua perlu menyiapkan sendiri semua fasilitas apabila model yang dipakai adalah model tunggal. Berbeda ketika Bapak/Ibu memutuskan menggunakan model majemuk dan komunitas, yang tentu saja semua ditentukan dan disiapkan secara kolektif dan kolaboratif.
4. Siapkan Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
Edgar Dale (1969) (ahli pendidikan) mengemukakan sumber belajar adalah, ‘segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang’. Artinya segala elemen yang digunakan dalam proses pembelajaran termasuk sumber belajar. Namun secara spesifik yang dimaksud di sini adalah fasilitas dan sarana penunjang proses pembelajaran.
Misalnya orangtua perlu menyiapkan gadget, notebook, buku pelajaran, alat tulis, modul, worksheet, alat peraga dan lainnya sesuai kebutuhan. Selain itu orangtua juga perlu menyiapkan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang hendak diajarkan dan gaya belajar si Anak. Misalnya multimedia, video, ebook, dan lainnya.
Bapak/Ibu juga bisa mencari platform pembelajaran online dan penyedia materi serta bank soal untuk membantu memudahkan dalam proses KBM dan bisa dijadikan rujukan mengenai materi dan metode pembelajaran yang digunakan, seperti Khan Academy, Ted-ED, National Geographic Kids, Learning Lab, kejarcita.id, dan lainnya.
Dengan menyiapkan semua sumber dan media pembelajaran sesuai kebutuhan tentu saja akan memudahkan proses KBM dan diharapkan hasil yang diperoleh bisa lebih efektif dan optimal.
5. Cari Informasi PKBM Untuk Ujian Kesetaraan
PKBM merupakan singkatan dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang bertujuan untuk mencari informasi dan mengurus ijazah kesetaraan baik SD/SMP/SMA. Biasanya lembaga ini ada yang berasal dari pemerintah dan adapula yang swasta. Lembaga ini akan menyediakan program ujian kesetaraan untuk paket A (SD), B (SMP), maupun C (SMA).
Lantas bagaimana mencari PKBM yang ada di sekitar? dan bagaimana memastikan suatu PKBM bisa dipercaya (legal)?. Untuk menjawab pertanyaan ini tentu saja Bapak/Ibu bisa memastikan dengan mengecek NPSN (Nomor Pokok Sekolah Nasional) di situs resmi data kemendikbud yaitu: https://referensi.data.kemdikbud.go.id.
Mengurus terkait hal ini sangat penting ketika anak akan melanjutkan ke jenjang berikutnya apalagi jika ingin masuk ke sekolah negeri, serta juga berkaitan dengan syarat untuk keperluan pekerjaan. Sehingga penting untuk diurus dan disiapkan dokumen dan perijinannya sedini mungkin agar nanti ketika sudah tuntas proses pembelajaran, si Anak bisa langsung mengikuti ujian kesetaraan pada PKBM yang dipilih sesuai kebutuhan.
Model pendidikan Homeschooling merupakan salah satu alternatif yang bisa dicoba, ketika Bapak/Ibu tidak menemukan kecocokan dengan prinsip dan metode yang ada pada sekolah formal. Namun tentu saja sebelum memutuskan memilih Homeschooling Bapak/Ibu harus mempelajari dan mempertimbangkan dengan matang segala aspek yang berkaitan dengan Homeschooling termasuk tujuan yang ingin dicapai.
Hal ini agar ketika penerapan Homeschooling yang sudah disiapkan Bapak/Ibu nantinya bisa berjalan kondusif dan terukur sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Bapak/Ibu memilih dan menyiapkan pendidikan untuk anak tentu saja harus direncanakan dengan baik dan matang sehingga diharapkan hasil yang diperoleh juga akan maksimal dan memuaskan. Anak dengan segala karakteristik dan potensi yang dimiliki tentu saja tidak bisa kita kontrol dan arahkan sesuai keinginan kita atau mengikuti ketentuan sistem.
Proses perkembangan diri yang baik adalah dengan membiarkan anak belajar dan tumbuh secara natural sesuai dengan minat dan bakatnya. Sehingga dengan berkembang secara alami dan menjadi subjek dalam pembelajaran diharapkan anak akan menjadi individu yang mandiri, kreatif, kritis, bijaksana, bisa memecahkan masalah, dan memiliki karakter yang baik sesuai nilai dan filosofi yang dianut.
Esensinya pendidikan bukan hanya sebatas proses transfer pengetahuan, tetapi merupakan bagian dari proses kolektif dari diri individu untuk menumbuhkan budi pekerti, karakter, keterampilan, dan pikiran (intelektual) secara seimbang dan holistik. Sehingga merdeka dalam belajar bagi anak adalah suatu kebutuhan dan hak yang perlu difasilitasi dan dipenuhi.