Yuk, Kenal Lebih Jauh Mengenai Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Apa itu teori pembelajaran konstruktivisme? Sebagian dari kita mungkin masih asing dengan istilah tersebut. Apalagi bagi orang yang tidak banyak bersinggungan dengan dunia pendidikan. Namun, sebenarnya teori pembelajaran konstruktivisme ini merupakan salah satu teori yang berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia psikologi pendidikan ada empat teori pembelajaran, yaitu teori pembelajaran behaviourisme, kognitif, konstruktivisme, dan humanistik.
Keempat teori tersebut pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu tercapainya perubahan sikap, perilaku, dan keterampilan dari peserta didik yang diperoleh melalui proses belajar, peserta didik mampu mencapai pemahaman akan materi atau objek yang dipelajari.
Konstruktivisme berasal dari kata “to construct” dari bahasa Inggris yang artinya membentuk. Teori konstuktivisme mempunyai pandangan bahwa ilmu pengetahuan yang kita miliki merupakan proses bentukan kita sendiri. Yang artinya manusia akan memiliki pengetahuan apabila ia terlibat aktif dalam proses menemukan pengetahuan dan pembentukannya dalam dirinya sendiri. Manusia, atau dalam hal ini siswa, harus mengembangkan rasa ingin tahunya, lalu berusaha mencari jawaban atas rasa ingin tahu tersebut sehingga ia pun menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri.
Menurut definisinya, teori pembelajaran konstruktivisme adalah suatu pendekatan belajar yang berkeyakinan bahwa peserta didik secara aktif membangun atau membentuk pengetahuannya sendiri dan realitas pengetahuan ditentukan oleh pengalaman peserta didik itu sendiri.
Teori pembelajaran konstruktivisme ini mengutamakan pengembangan logika dan konseptual bagi peserta didik. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan tidak bisa begitu saja didapatkan seorang siswa dari gurunya. Siswa harus terlibat aktif untuk menemukan dan membangun ilmu pengetahuan mereka sendiri agar siswa mampu mencapai pemahaman yang mendalam dan siap untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam berbagai aspek kehidupannya termasuk dalam pekerjaannya kelak.
Pendekatan konstruktivisme digunakan dalam pengajaran dengan tujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai isi atau materi pelajaran. Siswa atau peserta didik berinteraksi langsung dengan objek yang dipelajari dan terlibat secara aktif dalam proses menemukan pengetahuan sehingga diharapkan mereka mempunyai pemahaman yang lebh baik mengenai materi atau objek yang dipelajari.
Berikut adalah keunggulan-keunggulan teori pembelajaran konstruktivisme:
- Siswa dibiasakan untuk berpikir dan menyelesaikan masalah, mencari ide, dan membuat kesimpulan. Dengan demikian, siswa terbiasa untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal ini tidak hanya berguna pada saat siswa belajar di sekolah tapi akan merupakan good habit yang berguna dalam kehidupannya kelak.
- Kerena terlibat langsung dalam pembentukan pengetahuan, siswa memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan mampu mengaplikasikannya dalam berbagai situasi. Siswa mengembangkan idenya, membangun gagasan-gagasannya dan kemudian ia harus meneiti dan mencari dan menemukan fakta sehingga membentuk pengetahuannya sendiri. Tentunya proses tersebut membuat siswa memahami pengetahuan yang didapat secara lebih mendalam dibandingkan jika ia hanya diberitahu oleh gurunya. Hal itu membuat siswa mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam berbagai situasi yang dihadapinya.
- Keterlibatan siswa secara aktif juga membuat mereka mampu mengingat lebih baik termasuk mengingat konsep pengetahuan yang didapatkan. Proses yang dilalui siswa dalam membangun pengetahuan tidak instan tetapi melalui berbagai tahap sehingga memungkinkan siswa mengingat dengan lebih baik.
- Secara tidak langsung siswa membangun kecerdasan sosial saat ia terlibat secara aktif dalam mendapatkan dan membangun pengetahuannya. Siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan guru memberikan pengetahuannya melainkan secara aktif harus menari tahu, bertanya, dan berdiskusi dengan teman, guru ataupun narasumber membut siswa belajar berinteraksi dengan orang lain.
- Siswa mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dalam membangun pengetahuan. Harus diakui, model pembelajaran tradisional yang dalam proses belajar hanya satu arah, dari guru kepada siswa, sering membuat siswa menjadi bosan dan tidak merangsang siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Sementara, pembelajaran konstruktivisme yang membuat siswa terilibat secara aktif dapat membuat siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar. Siswa juga menjadi lebih kreatif dan terlatih dalam menyelesaikan masalah.
Memang tidak semua sekolah mempunyai fasilitas maupun tenaga pengajar yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran sesuai teori konstruktivisme. Apalagi di daerah yang jauh dari perkotaan di mana fasilitas sekolah sangat terbatas dan tenaga guru pun tdak banyak. Di daerah-daerah terkadang satu guru harus merangkap mengajar di beberapa kelas sehingga waktunya sangat terbatas.
Namun, banyak juga sekolah yang telah menerapkan teori konstruktivisme ini dalam pendekatan belajar siswanya. Dalam prakteknya, untuk menerapkan teori pembelajaran konstruktivisme di kelas ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain:
- Guru perlu mengembangkan pemikiran pada dirinya maupun siswanya bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik dengan menemukan sendiri fakta atau pengetahuannya dan mengembangkan keterampilannya sendiri.
- Guru perlu menciptakan suasana yang dapat mengembangkan sikap ingin tahu pada siswa sehingga ia akan terpacu untuk menemukan dan membangun pengetahuan sesuai tujuan teori ini.
- Membuat grup diskusi. Berbeda dengan model pembelajaran tradisional yang minim interaksi antar siswa dan hanya mengandalkan transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya, model belaajar dengan pendekatan konstrutivisme akan lebih efektif bila siswa berinterksi secara aktif dalam grup diskusi. Siswa bisa berdiskusi mengenai ide atau gagasannya dan bersama-sama mencari dan menemukan pengetahuan. Dengan begitu siswa juga lebih bersemangat untuk belajar.
- Guru bisa memberikan beberapa gagagan awal yang mendorong siswa untuk membangun ide atau gagasan mereka sendiri dan kemudian menemukan pengetahuannya sendiri. Hal ini bisa dilakukan oleh guru misalnya dengan membahas isu yang sedang hangat di masyarakat atau dengan mengajak siswa memerhatikan lingkungan di sekitar mereka.
Namun, dalam prakteknya ada beberapa kendala dalam penerapan teori ini, misalnya beberapa guru merasa kesulitan dalam menyampaikan pelajaran. Dalam pendekatan konstruktivisme, guru memang dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyampaikan materi. Guru tidak bisa hanya menghafal materi lalu menyampaikannya begitu saja kepada siswa. Namun, guru harus benar-benar memahami materi dan bisa membimbing siswa untuk memalui setiap tahapan dalam proses menemukan dan membangun pengetahuan.
Juga ada sebagian guru yang sudah merasa nyaman dalam model pembelajaraan tradisional dan enggan untuk mengadaptasi teori pendekatan belajar yang baru. Mereka merasa pendekatan belajar konstruktivisme membutuhkan terlalu banyak waktu, padahal transfer pengetahuan bisa dilakukan lebih cepat dengan model ceramah seperti dalam model belajar tradisional.
Selain itu beberapa daerah, untuk beberapa mata pelajaran masih terkendala dengan kurangnya fasilitas untuk melakukan pembelajaran sesuai pendekatan konstruktivisme. Misalnya kurangnya tenaga pengajar atau guru yang mumpuni, tidak adanya alat- alat laboratorium yang memadai, dan kurangnya akses untuk melakukan penelitian yang dibutuhkan.
Sebagaimana setiap teori pembelajaran, teori atau pendekatan belajar konstruktivisme pun memiliki keunggulan dan kelemahan. Kita bisa menerapkan pendekatan belajar ini dengan melihat situasi dan kondisi siswa serta ketersediaan fasilitas di sekolah.