Tips Mengajarkan Kebhinekaan Indonesia pada Anak Sejak Usia Dini
Sering kita temui komentar-komentar jahat yang bertebaran di media sosial. Komentar-komentar itu sering kali disebabkan oleh perbedaan. Perbedaan agama, suku, dan status sosial adalah contohnya. Mirisnya lagi, banyak dari mereka memprovokasi warganet lain untuk terus melakukan ujaran kebencian terus-menerus. Asumsi terbesar tentang apa yang membuat mereka menjadi seperti itu ialah mereka tidak memperoleh pembelajaran tentang keberagaman dan cara menghargainya.
Orang tua berperan penting dalam menanamkan Kebhinekaan Indonesia pada putra-putrinya. Penyebabnya, orang tua merupakan “sekolah pertama” bagi anak. Alasan penting mengajarkan Kebhinekaan Indonesia ialah secara hukum perkembangan psikologi Sigmund Freud, anak akan mendapatkan value yang tertanam kuat di alam bawah sadar pada usia nol hingga tujuh tahun. Maka dari itu, orang tua sangat berperan dalam hal ini. Minimal, orang tua mengajarkan bahwa perbedaan itu tidak berarti bermusuhan dan saling menjatuhkan. Selain itu, perbedaan dapat menciptakan kolaborasi untuk mencapai tujuan baik.
Kebhinekaan Indonesia penting sekali dimiliki tiap individu di negara ini. Kebhinekaan mengajarkan kita semua untuk kolaborasi, bukan saling membenci. Indonesia bisa merdeka juga karena perjuangan para pahlawan dari berbagai ras, suku, dan agama. Indonesia dapat mengumandangkan proklamasi juga karena peran banyak pihak yang tidak hanya satu golongan tertentu. Baik tercatat maupun tidak, telah banyak pahlawan yang gugur tanpa diketahui asal dan agamanya saat itu.
Jika anak diberikan wawasan sejak dini tentang cara menghargai perbedaan, ia akan mudah mencerna pelajaran Pendidikan Moral dan Kewarganegaraan di sekolah. Mungkin sebagian orang menganggap pelajaran PPKN di sekolah sebagai pintu utama bagi anak untuk mengenal Kebhinekaan Indonesia. Kenyataannya, bekal utama yang tertanam sebelum bangku sekolahlah yang paling berpengaruh.
Kesenjangan mungkin terjadi apabila anak di rumah tidak pernah diajarkan toleransi akan perbedaan, lalu di sekolah ia mendapatkan pelajaran yang mengajarkan tentang Kebhinekaan Indonesia. Oleh sebab itu, perlu sekali kerja sama antara guru dan wali murid dalam hal ini.
Berikut ini ialah beberapa tip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesadaran Kebhinekaan Indonesia bagi anak sejak dini. Yuk, kita simak bareng-bareng!
Tidak Membandingkan Anak
Biasanya, sejak anak lahir, ia telah "dikomentari" oleh orang-orang di sekitarnya.
“Kok hidungnya nggak mancung kayak mamanya ya, anaknya si A lho mancung, padahal orang tuanya pesek?”
“Kulitnya kok hitam ya, padahal mama papanya kulitnya putih.”
“Rambutnya keriting ya, pasti bagus kali si kecil rambutnya lurus.”
Sudah mulai familiar dengan kalimat-kalimat di atas? Ya, hal ini adalah awal mula anak mendapatkan body shamming dari orang-orang di lingkungannya. Mereka seperti tidak berharga saat mereka memiliki perbedaan dalam dirinya. Sudah tidak memperoleh toleransi perbedaan sejak dini.
Orang tua kadang kala merasa geram saat mendengar komentar-komentar negatif dari keluarga atau lingkungannya. Jadi, hal ini dapat menjadi pelajaran agar menanamkan keberhargaan diri bagi si anak saat ia sudah mampu berkomunikasi. Jika mereka memiliki kakak atau saudara seumuran yang berbeda fisik dan perkembangannya, ajarkan anak agar tidak membandingkan antaranak.
Setiap anak terlahir unik dengan kelebihan, potensi, serta kekurangannya masing-masing. Maka dari itu, orang tua juga wajib menyadari bahwa tiap anak memiliki berbagai perbedaan, bahkan kembar sekalipun. Anak bukanlah orang tua. Anak juga bukan wadah bagi orang tua untuk mencetak sesuai apa yang mereka mau atau apa yang mereka lihat dari anak-anak lain.
Jika orang tua tidak bisa menerima perbedaan anaknya dengan anak orang lain, jangan salahkan jika anak tidak memiliki self-esteem, self-eficacy dan self-worth yang baik. Mungkin sebagian orang tua kesal anak-anaknya tidak memiliki rasa percaya diri yang baik, tetapi mereka lupa bahwa merekalah yang mencetak itu. Saat anak-anak tersebut melihat perbedaan yang tidak sesuai dengan pandangan mereka, dari situlah mereka mengaplikasikan ketidaksukaannya dengan ujaran atau perilaku yang tak baik. Karena itulah yang dilakukan orang tua terhadap diri mereka.
Tidak Membeda-Bedakan yang Berbeda
Hal yang dimaksud tidak membeda-bedakan yang berbeda ialah tidak membedakan perlakuan berdasarkan perbedaan. Familiar sekali kini kata-kata “good looking lebih dihargai”, bukan? Sadar atau tidak, kita telah ditanamkan untuk memperlakukan dengan baik orang-orang yang penampilannya lebih baik. Cukup memprihatinkan karena sesungguhnya bentuk fisik tiap orang tidak selalu mencerminkan personality-nya.
Orang tua wajib memberikan contoh bagi anaknya agar memperlakukan orang lain tidak berdasarkan penampilan, bentuk fisik, dan asalnya. Jika anak sudah tertanam pemikiran tersebut sejak dini, ia tidak akan berlaku tidak adil pada mereka yang berbeda dengan mereka. Ajarkan perbedaan itu indah, perbedaan itu bagai berbagai jenis bunga ditanam di satu taman yang menjadikan taman itu lebih cantik dan sejuk.
Dengan cara begini, tak hanya Kebhinekaan Indonesia yang bisa tertanam pada diri anak, tetapi juga pola pikir tidak mudah menilai sesuatu dari satu aspek saja. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dari hari ke hari. Anak mampu berkolaborasi dalam hal-hal positif dengan orang-orang yang berasal dari daerah yang berbeda. Mereka juga akan lebih mudah beradaptasi dan diterima di lingkungan baru.
Belajar Bersama Anak
Perlahan-lahan, orang tua dapat memberikan wawasan pada anak dengan belajar bersama menggunakan gambar, video, atau audio tentang keberagaman Indonesia. Sebagai contoh, anak diajak untuk melihat gambar-gambar baju adat tiap daerah di Indonesia, menyanyikan lagu-lagu daerah, menonton cerita rakyat setiap daerah, atau membacakan dongeng tentang uniknya kisah-kisah legendaris Indonesia.
Memberikan gambaran tentang kisah-kisah pahwalan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia juga dapat menjadi list penting guna meningkatkan nasionalisme serta menghargai setiap perbedaan dalam proses perjuangan demi satu tujuan yang sama. Sebaiknya gunakan bahasa yang mudah dicerna sesuai usia anak, ya!
Selain dapat menanamkan Kebhinekaan Indonesia, belajar bersama anak juga dapat meningkatkan kelekatan di antara orang tua dan anak. Hal ini bermanfaat bagi anak di masa dewasanya nanti. Mereka yang memiliki kelekatan aman dengan orang tuanya di masa kecil akan menjadi pribadi yang mandiri, tetapi juga hangat ketika bersama orang-orang sekitarnya.
Berkolaborasi dengan Tenaga Pengajar
Bagi anak-anak yang sudah memasuki usia sekolah maupun pre-school education, sekolah adalah rumah kedua untuk belajar. Ya, meskipun nantinya jika mereka memasuki sekolah menengah yang dianggap lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada di rumah, di jenjang PAUD—SD, siswa tetap lebih banyak di rumah untuk mendapatkan pembelajaran. Maka dari itu, orang tua dan guru patut berkoordinasi dan berkolaborasi untuk meningkatkan Kebhinekaan Indonesia dengan program-program formal di sekolah.
Program formal yang dapat diselenggarakan di sekolah untuk menanamkan jiwa Bhineka Tunggal Ika siswa antara lain pelajaran PPKN, penyelenggaraan festival seni daerah, membuat media belajar kreatif yang berkaitan dengan penanaman Kebhinekaan Indonesia, berkunjung di tempat-tempat bersejarah, dan masih banyak lagi.
Itulah beberapa tip yang dapat diterapkan di rumah serta di sekolah untuk mengajarkan anak tentang Kebhinekaan Indonesia. Mana saja yang sudah Anda terapkan?