Tips Menciptakan Anak Menjadi Pribadi yang Kompetitif

‌‌Memiliki seorang anak yang tumbuh dengan cerdas merupakan keinginan bagi semua orang tua. Apalagi, seorang anak yang memiliki pribadi yang kompetitif. Maka dari itu, sebagai orangtua harus bisa mengajarkan anak untuk memiliki pribadi yang kompetitif untuk bisa meraih kesuksesan di masa depan.

Tujuan mendidik anak memiliki pribadi yang kompetitif adalah agar bisa menjadi anak yang tumbuh berkembang dengan sehat, jujur, kerja keras, dan pantang menyerah dalam kondisi apapun. Sehingga, anak tidak hanya mendapatkan kecerdasan saja, melainkan selalu berusaha dalam mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara yang sehat.

Adanya pribadi yang kompetitif pada anak akan membuat anak bisa memiliki berbagai macam kemampuan yang dimilikinya dengan baik. Lalu, bagaimana menciptakan anak menjadi pribadi yang kompetitif? Nah, di sini akan dijelaskan beberapa tips menciptakan anak menjadi pribadi yang kompetitif, berikut penjelasan lebih detailnya.

1. Ajarkan Anak untuk Selalu Bersikap Positif

Adanya sebuah kompetisi tidak berujung pada hasil sesuai yang diinginkan. Maka dari itu, dimulai sejak dini harus diajarkan untuk selalu bersikap positif, agar membuang prasangka buruk sehingga terbiasa memberikan aspirasi yang baik untuk dirinya sendiri untuk bisa menempatkan dirinya dalam berkompetisi itu sendiri. Sebagai orangtua memang harus bisa memberikan sikap konsisten berpikir positif ini sejak awal.

Supaya sejak dini anak terbiasa untuk bersikap optimis dalam melakukan sesuatu, apapun hasil akhirnya nanti agar tetap menerima situasinya. Untuk bersikap optimis dan positif, akan membuat anak selalu berusaha dan berlatih sebaik-baiknya dalam persiapan setiap mengikuti kompetisi. Ungkapkan kalimat positif yang diberikan oleh orangtua dan percayakan atas kemampuan yang anak miliki. Adanya semangat dan kepercayaan dari orangtua tanpa disadari akan berpengaruh besar memupuk kepercayaan diri kepada anak. Bersikap positif juga mengurangi bermain curang kepada anak ketika berkompetisi.

2. Bisa Mengapresiasi Usaha Dibandingkan Menikmati Hasil

Mengajarkan anak untuk menikmati proses usahanya daripadanya menikmati hasilnya, merupakan awal yang baik untuk bisa menjadikan anak tidak mudah kecewa jika dirasa hasil tidak sesuai dengan yang diinginkan. Untuk memulai apresiasinya tidak harus memuji anak, hanya ketika anak mendapatkan prestasi ataupun pencapaiannya. Ketika anak sedang berusaha sebaiknya berikan apresiasi dan semangat untuk terus berusaha. Karena orang ua harus memberitahu kepada anak bahwasanya dalam suatu kompetisi tidak harus menjadi pemenang, melainkan memberitahu jika ada kekalahannya.

Dengan memuji proses kinerja anak akan membuat anak menjadi lebih percaya diri, tapi tetap menjaga agar anak tidak terlalu berfokus menjadi seorang pemenang melainkan menikmati progressnya untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam setiap kompetisi yang diikuti. Orangtua harus tahu, bahwa target kepada anak bukan hanya kemenangannya saja, namun target lainnya juga diperlukan dalam mengikuti setiap kompetisi. Tapi, jangan memuji secara berlebihan agar anak tidak over percaya diri sehingga bisa meremehkan, tetap lakukan sewajarnya saja.

3. Memberikan Motivasi Ketika Anak Menghadapi Kekecewaannya

Ketika anak tidak mendapatkan hasil yang diharapkan ketika berkompetisi, pastinya anak akan mengalami kesedihan dan kekecewaan. Disinilah peran orangtua untuk mendampingi dan memastikan anak mengungkapkan sesuatu dengan cara yang konstruktif, sehingga bukan dengan cara yang destruktif, seperti merusak benda disekitarnya ataupun dengan melukai dirinya sendiri.

Selalu berikan motivasi kepada anak, meski anak mengalami kekalahan. Agar anak tidak menjadi depresi. Orangtua harus terus memberikan semangat setiap saat, memberikan dorongan untuk terus berusaha dalam meningkatkan kemampuannya. Jadikan sebuah kekalahan sebagai pembelajaran di kompetisi yang lain. Sehingga anak bisa lebih percaya diri dan tidak takut gagal jika menghadapi kekalahan di kemudian hari.

4. Tidak Menyalahkan, Melainkan Memberikan Tujuan

Ketika anak mengalami kekalahan, sebagai orangtua tidak harus menyalahkan kesalahan yang ada di luar seperti, menyalahkan cuaca, wasit, juri, pelatih atau masalah yang lain. Karena itu akan membuat anak menjadi suka mencari alasan dan tidak mau belajar dari kekurangan dari dirinya sendiri. Orangtua juga harus memberikan arahan agar anak tetap mau belajar dan fokus pada tujuan lain kedepannya. Meskipun orangtua juga ikut merasakan kekecewaan, namun jangan menunjukan rasa marah apalagi sampai menyalahkan.

Sebaiknya orangtua tetap memberikan selamat, atas perjuangan yang sudah dilakukan oleh anak. Karena memberikan selamat termasuk bentuk orangtua menghargai kepada anak. Berikan pencerahan mengenai tujuan yang lain, bahwa masih ada banyak kompetisi yang bisa dimaksimalkan usahanya. Sehingga, anak bisa bangkit dan tidak terlalu berlarut-larut sedih di dalam kekalahannya.

5. Berdiskusi Bersama Tentang Pengalaman yang Didapat

Ketika kompetisi sudah selesai anak mengalami kemenangan ataupun kekalahan, sebagai orangtua harus melakukan diskusi dengan duduk bersama, membuat anak bercerita tentang pengalaman yang sudah dilewati dalam sebuah kompetisi. Dengan bercerita akan membuat anak merasa senang, bahwa orangtua selalu memberikan perhatian dan kasih sayang. Karena orangtua merupakan peran utama dalam perkembangan dan pertumbuhan untuk anaknya, pastikan memiliki waktu luang untuk selalu berdiskusi bersama.

Sesekali orangtua menawarkan diri untuk melakukan bantuan kepada anak, agar anak bisa banyak belajar juga dari orangtua untuk mendapatkan pelajaran hidup yang lebih kompetitif di masa mendatang. Jadi anak tahu kalau seorang pemenang bukanlah dari orang yang pintar, melainkan dari usaha dan kerja keras yang tiada henti. Ajarkan juga kepada anak, untuk tidak takut mengalami kegagalan, sehingga anak akan terbiasa menghadapi kemenangan ataupun kekalahan dalam semua kompetisi yang diikuti, agar anak akan memahami tentang adanya kekalahan bukan akhir dari segalanya.

Itulah beberapa tips menciptakan anak menjadi pribadi yang kompetitif akan membuat jiwa sportivitas untuk anak akan terasah, ketika anak terbiasa bergelut dalam setiap kompetisi. Sikap yang lain juga tidak kalah pentingnya untuk perkembangan lainnya, seperti bersabar menunggu giliran, saling bekerja sama satu sama lain, kemampuan menumbuhkan rasa empati, adanya percaya diri, dan daya juang tanpa ada kata menyerah. Nah, sangat penting menciptakan pribadi kompetitif pada anak, bukan?

Selanjutnya yang perlu dilakukan oleh orangtua adalah membimbing dan memantau perkembangan pribadi anak yang lebih kompetitif tersebut agar selalu di jalur yang benar, sehingga ketika berkompetisi tidak membuat cara dengan tidak sehat yang bersifat destruktif terhadap sang anak. Karena peran orangtua sangatlah penting untuk mempengaruhi bagaimana pandangan anak terkait kompetisi itu sendiri.

Mendidik anak untuk menjadi pribadi yang kompetitif membuat sehat terhadap diri anak sendiri dan bisa menguntungkan untuk kehidupannya di masa mendatang, karena di usia dini sudah diajarkan menjadi sosok anak yang jujur. Jadi anak akan terbiasa bekerja sama dengan orang lain, percaya diri, hingga memiliki empati dalam berinteraksi dengan lingkungannya tanpa ada rasa takut dan berpikir yang kurang baik dalam melakukan setiap kompetisi. Selamat menerapkan kepada anak, semoga bisa bermanfaat, ya!

‌‌