Tantangan dan Transformasi Pendidikan dalam Kurikulum Merdeka
Merdeka Belajar menjadi langkah konkret pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Merdeka Belajar diawali dari keresahan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset , dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam melihat berbagai tantangan pendidikan saat terjadinya pandemi COVID-19 pada tahun 2020 lalu. Pandemi memaksa pendidikan di Indonesia berlangsung secara daring. Sekolah dari rumah ternyata membuat banyak siswa ketinggalan pelajaran.
Merdeka Belajar adalah konsep pendidikan yang mengonsepkan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam proses pembelajaran. Siswa bebas memilih pelajaran yang ingin dikuasai, menentukan sumber belajar, hingga belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. Konsep utama dari merdeka belajar ini adalah siswa bisa mengembangkan minat dan bakatnya sehingga kompetensi dan karakternya akan terbentuk.
Merdeka Belajar diharapkan bisa menjawab beragam tantangan pendidikan di Indonesia. Selain itu, merdeka belajar juga dianggap sebagai sebuah transformasi inovatif dalam sistem pendidikan di Indonesia. Artikel ini selanjutnya akan membahas tentang tantangan dan transformasi pendidikan dalam merdeka belajar.
Tentang Merdeka Belajar
Merdeka Belajar adalah konsep pendidikan yang berfokus pada materi esensial sehingga siswa bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya berdasarkan karakter Profil Pelajar Pancasila. Merdeka Belajar sudah diterapkan sejak tahun 2020. Namun, saat itu hanya sekolah yang tergabung dalam Sekolah Penggerak saja yang menerapkan Merdeka Belajar ini. Sejak tahun 2020 hingga kini, ada sekitar 2.492 Sekolah Penggerak yang sudah menerapkan konsep Merdeka Belajar ini.
Tahun 2022 ini, Pak Menteri menjadikan Merdeka Belajar sebagai panduan pelaksanaan pendidikan di semua sekolah yang ada di Indonesia. Mulai tahun ini, semua sekolah harus menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar secara bertahap.
Perbedaan yang menonjol dari Kurikulum Merdeka Belajar dengan kurikulum-kurikulum yang pernah ada sebelumnya adalah dihapuskannya UN (Ujian Nasional). Merdeka Belajar mengganti UN dengan AN (Asesmen Nasional). AN ini memiliki tiga komponen, yaitu Survei Sekolah, Survei Karakter, dan AKM (Asesmen Kompetensi Minimum).
Survei Sekolah ditujukan untuk mengetahui sejauh mana sekolah memfasilitasi pendidikan siswa-siswanya. Survei sekolah adalah asesmen yang harus dilalui oleh sekolah dan para stakeholder-nya. Sementara itu, Survei Karakter dan AKM akan diberikan kepada siswa.
Survei Karakter bertujuan untuk melihat sejauh mana karakter siswa, apakah sudah sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Di sisi lain, AKM bertujuan untuk menilai kemampuan dasar siswa dalam bidang literasi dan numerasi.
Kurikulum Merdeka Belajar ini memiliki karakteristik tertentu. Pertama, pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran tersebut dilakukan agar proses pembelajaran tak hanya mengembangkan aspek akademik saja. Namun, juga bisa mengembangkan soft skill dan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Kedua, fokus pada materi esensial. Ini dilakukan agar siswa memiliki cukup waktu untuk memperdalam kemampuan dasarnya, yaitu literasi dan numerasi. Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan siswa dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Merdeka Belajar ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kurikulum lainnya. Beberapa keunggulan dari Kurikulum Merdeka Belajar ini adalah sebagai berikut.
Lebih Sederhana dan Mendalam
Merdeka Belajar ini lebih sederhana dan mendalam sebab berfokus pada materi yang esensial. Ini menyebabkan siswa bisa belajar lebih mendalam tanpa harus terburu-buru.
Lebih Merdeka
Merdeka Belajar ini membuat pembelajaran jadi lebih merdeka. Guru bisa mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan siswa. Sekolah juga memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan dan kebutuhan belajar siswa-siswanya.
Lebih Relevan dan Interaktif
Merdeka Belajar membuat proses pembelajaran menjadi relevan dan interaktif. Pembelajaran pada kurikulum ini berbasis pada proyek sehingga memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual.
Tantangan Merdeka Belajar
Penerapan Merdeka Belajar tentu tidak berjalan mulus. Merdeka Belajar sebagai sebuah konsep yang baru mendapat banyak tantangan saat diimplementasikan. Beberapa tantangan merdeka belajar yang dialami oleh guru adalah sebagai berikut.
Menjadi Pengalaman Baru
Tantangan pertama Merdeka Belajar adalah hal ini adalah pengalaman baru. Tentunya sebagai sebuah hal yang baru, dibutuhkan proses untuk mengerti dan memahami agar bisa diimplementasikan dengan baik.
Perubahan Metode Pembelajaran
Merdeka Belajar mau tidak mau membuat metode pembelajaran berubah. Jika sebelumnya dalam kegiatan pembelajaran siswa banyak tidak terlibat, pada Merdeka Belajar menjadi sebaliknya. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sebab Merdeka Belajar mengonsepkan pembelajaran berbasis proyek.
Kurangnya Referensi
Kekurangan referensi tentang Merdeka Belajar juga menjadi tantangan tersendiri. Inilah mengapa akhirnya Kemendikbudristek membuat Buku Saku Merdeka Belajar. Buku saku ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk mempermudah implementasi Merdeka Belajar.
Keterampilan Mengajar
Keterampilan mengajar guru menjadi tantangan bagi implementasi Merdeka Belajar ini. Pada kurikulum ini, guru dituntut memiliki keterampilan mengajar yang bisa memfasilitasi setiap minat dan bakat para siswanya.
Minimnya Fasilitas
Minimnya fasilitas sekolah juga menjadi tantangan dalam implementasi Merdeka Belajar ini. Digitalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan merdeka belajar, sayangnya tidak semua sekolah bisa memfasilitasi digitalisasi ini.
Transformasi Pendidikan dalam Merdeka Belajar
Penetapan Kurikulum Merdeka Belajar ini menjadi angin segar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Merdeka Belajar menjadi sebuah harapan baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kemudian, tentunya kurikulum ini memberikan sebuah transformasi pendidikan.
Perubahan yang dirasakan pada implementasi merdeka belajar adalah siswa bisa lebih merdeka belajar. Siswa tidak dibebani banyak pelajaran, melainkan hanya fokus pada materi yang esensial saja. Siswa memiliki cukup waktu untuk mengembangkan minat dan bakatnya masing-masing. Dengan demikian, mereka bisa lebih fokus mengembangkan kompetensi yang dimiliki sekaligus mengembangkan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Metode pembelajaran juga lebih aktif dan konkret sebab berbasis pada proyek. Pembelajaran berbasis proyek ini nantinya akan mencetak lulusan yang kritis dan inovatif. Guru juga lebih fleksibel dalam menentukan perangkat pembelajaran.
Merdeka Belajar juga memberikan kesempatan kepada orang tua untuk lebih aktif terlibat dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua menjadi partner guru dalam memfasilitasi anaknya belajar.
Selain itu, Merdeka Belajar juga lebih sesuai dengan tuntutan global. Tuntutan itu adalah tolok ukur pendidikan yang dilihat dari kemampuan literasi dan numerasi siswa. Dua hal ini merupakan materi esensial dari Merdeka Belajar.
Transformasi pendidikan dalam merdeka belajar juga terlihat dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dibuat oleh guru. RPP Merdeka Belajar ini cukup 1 halaman saja. Penyederhanaan RPP ini bertujuan agar guru bisa lebih fokus dalam proses pembelajaran di kelas.
Selain itu, agar guru bisa punya waktu untuk mengembangkan potensinya. Sebagai sebuah syarat keberhasilan Merdeka Belajar, guru harus aktif mengembangkan potensinya. Guru juga harus terus belajar.
Meskipun memiliki banyak tantangan dan transformasi pendidikan, Merdeka Belajar layak untuk diperjuangkan. Implementasi Merdeka Belajar secara optimal, bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Demikan artikel tentang tantangan dan transformasi pendidikan dalam Merdeka Belajar. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar di kelas.