Pentingnya Asesmen Diagnosis Kognitif Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Sebagai bagian dari upaya pemulihan kegiatan pembelajaran, Kurikulum Merdeka akan dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel. Kurikulum ini juga berfokus pada materi pembelajaran yang esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi yang dimiliki siswa.
Untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran dalam implementasi Kurikulum Merdeka ini, guru memerlukan data ataupun informasi mengenai kondisi awal siswa. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan asesmen diagnosis di awal proses kegiatan belajar.
Pada kesempatan kali ini, Anda akan diajak untuk memahami pentingnya asesmen diagnosis kognitif dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Apa Itu Kurikulum Merdeka?
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan kegiatan pembelajaran intakulikuler yang beragam, di mana konten pembelajaran akan lebih optimal supaya siswa memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep pembelajaran dan menguatkan kompetensi yang dimilikinya.
Dalam penerapannya, guru memiliki keleluasaan untuk memilih perangkat belajar sehingga proses kegiatan belajarnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat siswa.
Karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka di antaranya adalah sebagai berikut.
- Kegiatan belajar akan berbasis proyek yang bertujuan untuk mengembangkan soft skills dan karakteristik siswa sesuai Profil Pelajar Pancasila.
- Kegiatan belajar siswa akan berfokus pada materi pembelajaran yang esensial sehingga siswa memiliki waktu yang cukup banyak untuk memahami materi pembelajaran secara lebih mendalam. Ini sangat penting bagi kompetensi dasar siswa.
- Guru memiliki fleksibilitas untuk melakukan kegiatan belajar yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan siswa dan melakukan penyesuaian kegiatan belajar sesuai dengan konteks dan muatan lokal.
Prinsip Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka
Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka memiliki tiga tipe kegiatan pembelajaran.
1. Pembelajaran Intrakurikuler
Kegiatan belajar siswa akan dilakukan secara terdiferensiasi sehingga siswa akan memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep belajar dan menguatkan kompetensi yang dimilikinya. Tidak hanya menguntungkan siswa saja, konsep pembelajaran ini juga akan memberikan keleluasaan bagi guru untuk memilih perangkat belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
2. Pembelajaran Kokurikuler
Kegiatan belajar yang dilakukan akan berupa proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Proyek itu berprinsip pembelajaran interdisipliner yang berorientasi kepada pengembangan karakter siswa dan kompetensi umum.
3. Pembelajaran Ekstrakurikuler
Kegiatan belajar akan dilaksanakan sesuai dengan minat belajar siswa dan sumber daya satuan pendidik. Sementara itu, alokasi jam pelajaran pada struktur Kurikulum Merdeka akan dituliskan secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan saran alokasi jam pelajaran jika disampaikan secara reguler atau dalam mingguan.
Dalam penerapannya, pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka memiliki sikulus yang melalui tiga tahapan berikut.
1. Asesmen Diagnosis
Asesmen awal akan dilakukan oleh guru untuk mengenali potensi yang dimiliki siswa, karakteristik siswa, kebutuhan, tahap perkembangan dan juga tahap pencapaian pembelajaran siswa. Pada umumnya, asesmen akan dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran sehingga hasil yang didapat dapat digunakan untuk melakukan perencanaan lebih lanjut terkait metode pembelajaran yang sebaiknya digunakan.
2. Perencanaan
Guru akan menyusun proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan hasil asesmen diagnosis siswa. Kemudian, guru akan melakukan pengelompokan siswa berdasarkan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
3. Pembelajaran
Selama proses kegiatan berlangsung, guru akan mengadakan asesmen formatif secara berkala. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui progres kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, guru akan melakukan penyesuaian metode pembelajaran jika memang diperlukan. Pada akhir proses kegiatan belajar, guru juga bisa melakukan asesmen sumatif sebagai proses evaluasi dari ketercapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa asesmen diagnosis kognitif memiliki peranan penting dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Pentingnya asesmen diagnosis kognitif dalam implementasi Kurikulum Merdeka ini dapat membantu keberlangsungan proses kegiatan belajar siswa.
Dengan hasil dari asesmen diagnosis kognitif ini, guru dapat membuat perencanaan terhadap proses kegiatan belajar siswa, apakah harus terjadi perombakan rancangan kegiatan belajar atau apakah kegiatan belajar bisa dilanjutkan ke jenjang yang lebih sulit lagi?
5 Prinsip Asesmen dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berikut adalah prinsip asesmen dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
- Asesmen Merupakan Bagian Terpadu
Asesmen adalah bagian terpadu dari proses kegiatan belajar, fasilitas belajar, dan penyediaan informasi yang holistik sebagai feedback untuk pendidik, siswa, dan orang tua agar dapat memandu mereka untuk menentukan strategi pembelajaran yang selanjutnya.
Salah satu hal yang dapat dilakukan guru yaitu dengan melakukan asesmen di awal sebagai bahan pertimbangan dalam membuat rancangan kegiatan belajar siswa. Selain itu, siswa juga dapat terlibat dalam proses asesmen, misalnya dengan melakukan penilaian diri, penilaian antar teman, refleksi diri, dan pemberian umpan balik antarteman.
- Dirancang dan Dilakukan Sesuai dengan Fungsi Asesmen
Asesmen perlu dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan fungsi asesmen itu sendiri. Namun, dalam penerapannya, guru memiliki keleluasaan dalam segi teknik dan juga waktu pelaksanaannya.
Dalam hal ini, guru harus memberi kejelasan kepada siswa mengenai tujuan asesmen di awal pembelajaran. Sebagai contoh, hasil dari asesmen formatif akan guru gunakan sebagai feedback dari kegiatan belajar, sedangkan hasil dari asesmen sumatif akan guru gunakan sebagai laporan hasil belajar siswa.
- Dibuat secara Adil, Propopsional, Valid, dan Reliabel
Untuk menjelaskan kemajuan belajar siswa dan menetukan keputusan tentang langkah untuk menyesuaikan program kegiatan belajar siswa, sudah seharusnya asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid dan dapat dipercaya (reliable).
Oleh karena itu, guru harus menyiapkan waktu dan durasi yang cukup supaya asesmen tidak hanya sekadar sebagai sistem penilaian kompetensi siswa saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bagian dari proses kegiatan pembelajaran siswa. Hasil dari asesmen tersebut bisa digunakan guru sebagai bahan penyusunan rencana tindak lanjut.
- Laporan Bersifat Sederhana dan Informatif
Adapun laporan dari asesmen yang telah dilakukan ada baiknya dibuat secara sederhana dan informatif agar siswa maupun orang tua dapat memahaminya dengan baik. Informasi yang disampaikan bisa berupa penilaian karakteristik siswa dan kompetensi yang dicapai siswa, serta strategi belajar atau strategi tindak lanjut ke depannya.
Selain membuat laporan hasil asesmen yang mudah dipahami, guru juga perlu memberikan umpan balik secara berkala kepada siswa. Kemudian, guru jufa perlu mendiskusikan tindak lanjut kegiatan pembelajaran bersama orang tua.
- Hasil Asesmen Digunakan sebagai Bahan Refleksi
Asesmen tidak hanya dibuat dan dilakukan sebatas untuk penilaian kemampuan siswa saja, tetapi juga bisa dijadikan umpan balik untuk siswa dalam menentukan rencana tindak lanjut.
Dalam penerapannya, guru akan menggunakan hasil asesmen sebagai bahan diskusi untuk menentukan beberapa hal yang sudah berjalan dengan baik dan area yang perlu diperbaiki.
Pada umumnya, satuan pendidikan memiliki strategi belajar agar hasil asesmen dapat digunakan sebagai bahan refleksi oleh siswa, guru, tenaga kependidikan, dan orangtua yang mana bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Itulah penjelasan mengenai asesmen diagnosis kognitif dan pentingnya asesmen diagnosis kognitif dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Dalam penerapannya, satuan pendidikan dapat mengaplikasikan 5 prinsip asesmen yang baru saja dijelaskan tersebut pada kurikulum yang digunakan sebagai referensi.