Penerapan Think, Puzzle, Explore untuk Melatih Rutinitas Berpikir Siswa
Melatih cara berpikir peserta didik merupakan tanggungjawab tenaga pengajar dan orangtua. Di sekolah, siswa dibiasakan memperoleh pengetahuan baru dan diaplikasikan melalui beberapa bentuk soal serta praktikum. Tetapi, cara lama ini kurang membantu siswa mengembangkan cara berpikirnya. Proses berpikir harus terus diasah untuk mengembangkan sel-sel otak anak, meningkatkan cara berpikir abstrak, problem solving dan mengembangkan kemampuan para peserta didik.
Dari teori Piaget, seorang ahli psikologi dipaparkan bahwa berpikir abstrak merupakan kemampuan untuk menemukan cara dalam penyelesaian masalah tanpa hadirnya masalah tersebut dalam kondisi nyata. Piaget menyatakan dalam teori perkembangan kognitifnya, anak-anak usia 2-7 tahun belum bisa berpikir abstrak, sedangkan mereka yang berusia 12 tahun keatas sudah bisa mulai dapat berpikir abstrak. Tetapi, penting sekali menstimulasi berpikir astrak sejak dini tanpa memaksakan kemampuan anak. Bisa melalui cara-cara sederhana, salah satunya dengan metode Think, Puzzle and Explore.
Metode Think, Puzzle and Explore mungkin belum terlalu familiar dalam metode pembelajaran di Indonesia. Metode ini kini masih banyak ditemukan dalam literasi berbahasa Inggris, tetapi kali ini akan dijelaskan sedemikian rupa agar dapat diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia. Sebab, metode ini sangat inovatif dan menjadi salah satu cara yang wajib dicoba. Bisa diterapkan di sekolah maupun di rumah. Mari kita pahami bersama melalui penjelasan berikut ini!
Apa itu metode Think, Puzzle and Explore?
Think, Puzzle and Explore merupakan metode berbasis inkuiri alias bentuk strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hal ini mendorong para peserta didik menyelidiki masalah, menemukan informasi serta penyelesaian masalah dari sebuah persoalan. Think, Puzzle and Explore ini berbasis KWL (Know-Want-Learn) diciptakan oleh Donna Ogle di tahun 1986 yang berisikan "Accesing what I KNOW, determining what I WANT to learn, and recalling what I learn"
Makna dari Think, Puzzle and Explore sendiri terdiri dari tiga kata yang secara praktikal menjelaskan cara metode ini bekerja. Pertama Think yang bermakna “Apa yang kamu pikirkan tentang topik tersebut?”, kedua Puzzle yang berarti “Pertanyaan apa yang kamu pikirkan tentang topik tersebut?” Dan yang terakhir adalah Explore yang dimaknai dengan “Bagaimana kamu mengeksplor Puzzle dan mendapatkan jawabannya”.
Apa Keunggulan Metode Think, Puzzle and Explore?
Menengok kembali pada teori perkembangan kognitif yang dipaparkan oleh Piaget bahwa proses berpikir perlu diasah, terutama dalam berpikir abstrak. Anak-anak dan remaja cenderung memiliki kadar kebosanan dalam proses belajar, terlebih lagi jika metode belajarnya monoton alias begitu-begitu saja. Hal ini dapat menghambat peserta didik dalam mengembangkan rutinitas berpikirnya, terutama meningkatkan kemampuan berpikir abstrak. Metode Think, Puzzle and Explore dapat mengatasi kelemahan tersebut karena metodenya cukup menyenangkan dan menantang siswa. Cara ini juga dapat melibatkan kreativitas peserta didik, menggunakan tabel warna-warni atau menggunakan kertas-kertas pop up yang menambah semangat mereka.
Keunggulan lainnya ialah siswa akan lebih mudah mengingat materi yang diberikan dan dapat secara langsung diaplikasikan pada hal-hal yang relate saat itu. Rutinitas berpikir siswa akan lebih intens, mereka akan mendapatkan kemudahan ketika harus melakukan problem solving. Tak hanya itu, kreativitas siswa meningkat, pikiran mereka tidak dibatasi oleh hal-hal yang monoton. Ini sangat berpengaruh untuk pengelolaan diri, pengembangan diri dan efikasi diri di masa mendatang.
Bagaimana Penerapan Metode Think, Puzzle and Explore?
Dalam menerapkan Think, Puzzle and Explore tentu perlu persiapan bagi para tenaga pengajar. Mereka harus menentukan konsep yang sesuai dengan materi silabus dan setelahnya mengemas materi tersebut sebagai bahan tugas siswa menggunakan metode ini. Gunakan tiga kolom tabel warna warni yang memuat Think, Puzzle and Explore seperti contoh berikut:
Pada kolom Think, siswa diminta untuk menuliskan apa yang mereka tahu dan apa yang mereka pikirkan tentang suatu case. Misalnya saja peserta didik diminta untuk menuliskan apa yang mereka ketahui tentang proses pertumbuhan tanaman. Biarkan mereka mengisi sesuai apa yang mereka ketahui saat itu tanpa judgement. Setelah itu pada kolom Puzzle, minta peserta didik untuk menuliskan hal-hal yang tidak mereka ketahui atau yang ingin mereka ketahui mengenai pertumbuhan tanaman. Semakin banyak yang mereka ingin ketahui, maka akan semakin banyak juga yang nantinya akan mereka ketahui melalui kolom Explore. Jangan batasi siswa dalam proses eksplorasi, bebaskan mereka mencari tahu melaui buku, bertanya pada orang yang memiliki penegetahuan atau kompetensi, belajar dari kanal Youtube dan masih banyak sumber pengetahuan lainnya.
Setelah mereka mendapatkan jawaban, alias sudah memenuhi semua kolom, guru dapat mengoreksi dan meluruskan jika ada yang keliru. Tidak lupa tetap berikan apresiasi pada mereka yang telah berusaha memperoleh jawaban. Apresiasi tidak melulu soal pemberian nilai, berikan validasi atau puji proses mereka untuk medapatkan jawabannya.
Metode Think, Puzzle and Explore juga dilakukan secara berkelompok, semacam membentuk Focus Group Discussion yang dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam bersosialisai, kerjasama, menghargai pendapat antar anggota, public speaking dan menghargai keberagamaan. Pada penugasan Focus Group Discussion, guru dapat memberikan topik yang lebih kompleks agar dapat melibatkan seluruh anggota.
Metode ini juga dapat diterapkan di rumah sebagai PR, tentu saja tetap libatkan materi yang memiliki kaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Misalnya saja memberikan tugas dengan topik “Apa itu proses fermentasi?”, siswa dapat mempraktikkan juga dalam keseharian, seperti memperhatikan proses fermentasi tape, pembuatan tempe dan masih banyak jenis fermentasi lainnya yang dapat dilakukan di rumah.
Metode Think, Puzzle and Explore juga bisa diterapkan tanpa tabel atau bentuk kolom lainnya. Guru bisa mengajak diskusi dengan mengajukan pertanyaan sesuai inti metode ini dan menjabarkannya di kelas. Siswa akan bersahut-sahutan untuk mengungkapkan pendapatnya da apa yang telah mereka ketahui. Siswa lebih merasa dlibatkan dalam proses belajar dan merasa dihargai.
Selain tugas yang berkaitan dengan materi pembelajaran, metode Think, Puzzle and Explore ini dapat diterapkan di rumah sebagai pengembangan diri. Bisa melalui pelajaran Pendidikan Moral dan Pancasila. Contoh tugasnya seperti bab Perilaku Tolong-Menolong, Tata Krama, Gotong Royong, Kedisplinan dan semacamnya. Para peseta didik tidak hanya mendapatkan materi sebagai informasi, tetapi sebagai bentuk perubahan perilaku yang lebih positif dan berdampak baik untuk orang-orang sekitarnya. Perlu kerjasama antar guru dan orangtua siswa agar proses pembelajaran dan pengembangan diri ini bisa mencapai sesuai keinginan.
Penting bagi tenaga pendidik untuk terus memperhatikan metode yang digunakan dalam pembelajaran agar tidak ketinggalan zaman serta menemukan cara yang efektif. Metode Think, Puzzle and Explore perlu sekali untuk digali dan diterapkan dalam sistem pembelajaran di Indonesia, mengingat metode ini memiliki keunggulan seperti yang sudah dijelaskan di awal artikel.
Selamat mencoba!!!!