Panduan Pendidikan Perubahan Iklim

Krisis iklim adalah kondisi di mana perubahan iklim sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan, yang mana perubahan tersebut terjadi secara drastis dan melampaui kapasitas manusia serta lingkungan untuk menanggulanginya. Dikarenakan situasi geografis dan keadaan sosial, Indonesia saat ini menduduki peringkat sepertiga teratas negara yang paling rentan terkena krisis iklim.

Dikarenakan pemahaman yang masih minim terhadap urgensi krisis iklim ini, kerentanan tersebut menjadi semakin tinggi. Padahal penting bagi masyarakat, bahkan anak-anak untuk mengetahui informasi tentang krisis iklim dan peningkatan kapasitas yang dapat menjawab tantangan dari krisis iklim ini.

Pendidikan perubahan iklim merupakan salah satu isu prioritas dalam kurikulum nasional yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk merespons isu krisis iklim secara relevan dan efektif. Kompetensi untuk merespons krisis iklim adalah salah satu keterampilan abad 21 yang mana menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional, yaitu membangung karakter bangsa yang tangguh, adaptif serta berdasar pada nilai-nilai Pancasila.

Panduan ini ditujukan kepada warga satuan pendidikan agar dapat menerapkan pendidikan perubahan iklim secara tepat dan efektif. Dalam penerapannya, panduan ini memberikan prinsip, panduan, dan tips praktis dalam melaksanakan pendidikan perubahan iklim yang efektif di satuan pendidikan, baik dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, maupun budaya sekolah.

1. Krisis Iklim

Perubahan iklim adalah fenomena perubahan jangka panjang pada pola cuaca dan suhu bumi yang disebabkan oleh faktor alam dan aktivitas manusia. Perubahan ini melibatkan peningkatan suhu rata-rata bumi (pemanasan global) dan perubahan lain seperti pola hujan, kenaikan permukaan laut, serta cuaca ekstrem.

Secara tidak sadar, iklim dan cuaca mengatur keseharian kita dalam segala tingkatan mulai dari sumber nafkah, pangan dan air, hingga gaya hidup. Sebaliknya cara hidup kita juga mempengaruhi iklim di bumi, baik dalam skala lokal maupun global. Oleh karena itulah, kehidupan manusia menjadi berkaitan erat dengan perubahan iklim. Saat ini, perubahan iklim terbukti telah menimbulkan dampak dan risiko yang berbahaya dan mengancang keberlanjutan kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi, sehingga para ilmuwan sepakat untuk menyebut kondisi ini sebagai "krisis iklim".

Apa Penyebab Perubahan Iklim?

Perubahan iklim dapat terjadi karena dua hal yaitu faktor alami dan faktor akibat aktivitas manusia. Namun, semenjak terjadinya revolusi industri beberapa aktivitas manusia mulai mengganggu iklim bumi. Pertama, pembakaran bahan bakar fosil yang melepaskan sejumlah besar Gas Rumah Kaca (GRK) ke atmosfer bumi. Kedua, tingginya aktivitas ekstraktif (industri yang mengambil sumber daya alam) seperti pembukaan lahan dan pertambangan yang mengakibatkan rusaknya atau hilangnya ekosistem, sehingga kemampuan bumi menyerap GRK menjadi semakin berkurang.

Wacana Menggantikan Kurikulum Merdeka, Apa itu Kurikulum Deep Learning?
deep learning adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan perenungan yang cukup banyak dan mencakup penerapan keterampilan berpikir kritis

Kedua aktivitas ini menghasilkan emisi GRK yang besar sehingga kadar GRK di atmosfer bumi menjadi semakin tinggi. Semua GRK yang dihasilkan berkumpul di lapisan stratosfer yang membentuk lapisan yang menyerupai selimut tebal. Sesuai dengan sifat alaminya, GRK menyerap panas matahari dalam jumlah yang besar sehingga suhu atmosfer bumi menjadi semakin panas, peristiwa ini disebut sebagai pemanasan global.

Yang berpengaruh besar pada bumi bukan kenaikan suhu itu sendiri, melainkan energi yang menyebabkan kenaikan suhu. Bumi kita sangatlah besar, sehingga untuk meningkatkan suhunya dibutuhkan energi yang sangat banyak. Sebagian energi yang dihasilkan diserap oleh laut dan sebagian lagi tersimpan di atmosfer. Semua energi ini nantinya akan mempengaruhi faktor iklim yang disebut sebagai siklus air.

Siklus air digerakkan oleh energi matahari, sehingga ketika di atmosfer terdapat energi berlebih, siklus air bergerak semakin cepat dan semakin kuat, sehingga pola iklim, musim, dan cuaca pun berubah. Peristiwa ini disebut sebagai perubahan iklim.  

2. Isu Prioritas: Pendidikan Perubahan Iklim

sumber: kejarcita.id

Pendidikan Perubahan Iklim: Mengapa Penting?

Dalam isu iklim, pendidikan memainkan tiga peran penting. Pertama, pendidikan memberdayakan orang; membangun kesadaran dan kapasitas untuk melakukan mitigasi iklim serta mencegah perubahan iklim menjadi semakin parah. Kedua, pendidikan membangun daya adaptasi seseorang terhadap dampak krisis yang telah terjadi. Ketiga, pendidikan mendorong proses belajar berkelanjutan, sehingga orang dapat terus menemukan informasi dan fakta yang terbaru serta akurat terkait krisis iklim, untuk kemudian menanggapinya secara tepat.

Pendidikan perubahan iklim adalah bentuk pemenuhan terhadap hak anak, khususnya hak hidup, hak pendidikan, hak perlindungan, dan hak partisipasi. Untuk dapat mewujudkan kehidupan yang sejahtera di tengah krisis iklim, mereka membutuhkan bekal yang memadai dalam bentuk sikap dasar, pengetahuan dan kapasitas untuk dapat merespons krisis iklim secara efektif.

Pendidikan Perubahan Iklim: Tujuan dan Prinsip Pelaksanaan

Tujuan Pendidikan Perubahan Iklim meliputi tiga aspek, yakni penalaran, sosial emosional, dan aksi.

  • Penalaran: mengembangkan  pengetahuan dan kemampuan berpikir peserta didik dalam menghadapi tantangan krisis iklim.
  • Sosial emosional: mendorong berkembangnya sikap dan karakter yang memampukan kolaborasi, negosiasi, serta komunikasi dalam merespons krisis iklim. Membangun keterampilan refleksi diri, nilai, sikap dan motivasi untuk mengembangkan kapasitas peserta didik dalam menghadapi krisis iklim.
  • Aksi: memampukan peserta didik untuk bertindak bersama menanggulangi krisis iklim, dan membangun gaya hidup rendah karbon sesuai konteks daerah tempat tinggalnya.

3. Budaya Tangguh Iklim: Implementasi Pendidikan Perubahan Iklim

Budaya Tangguh Iklim: Seperti Apakah Itu?

Adapun tujuan dari pendidikan perubahan iklim yaitu untuk menumbuhkembangkan kompetensi iklim pada peserta didik. Pada kenyataanya, kompetensi peserta didik tidak berkembang hanya dengan diajarkan saja, mereka butuh penghayatan dan juga kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah diperoleh. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan perubahan iklim membutuhkan lingkungan yang dapat mendukung berkembangnya kompetensi iklim pada peserta didik.

Budaya tangguh iklim adalah suatu sistem, kebiasaan, dan perilaku yang berdasarkan pada kesadaran atas terjadinya krisis iklim di lingkungan sekitar, serta kesepakatan bersama untuk merespons krisis tersebut. Budaya tangguh iklim ini dapat terjadi ketika seluruh warga satuan pendidikan bersama-sama memahami isu krisis iklim, sehingga mereka bisa sepakat bahwa aksi iklim ini penting untuk dilakukan. Budaya tangguh iklim terbentuk karena adanya kebijakan yang selaras dalam aspek pendidikan, seperti pembelajaran, tata kelola, fasilitas operasional, dan kemitraan-komunitas.

Sebagai penduduk negara yang rentan terkena krisis iklim, keberadaan budaya tangguh iklim ini sangatlah penting. Penting bagi setiap penduduk untuk sadar, paham, mau melindungi diri dari dampak krisis iklim, serta mau melakukan mitigasi perubahan iklim yang dimulai dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Dengan begitu, diharapkan setiap warga satuan pendidikan dapat tangguh dalam menghadapi krisis iklim.

Membangun Budaya Tangguh Iklim Melalui Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP)

Tujuan dari dilakukannya pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP) yaitu untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Adapun langkah pertama yang harus dilakukan untuk melakukan pengembangan KSP yaitu melakukan refleksi dan analisis terhadap situasi dan kondisi satuan pendidikan, serta memahami karakteristik setiap peserta didik. Sumber data utama dari KSP ini adalah rapor satuan pendidikan, tetapi dalam konteks Pendidikan Perubahan Iklim. Pada kesempatan ini, Anda dapat melengkapinya dengan pemetaan risiko iklim dan potensi yang dimiliki satuan pendidikan untuk merespons risiko tersebut. Pemetaan ini dapat dilakukan bersama warga sekolah.

Adapun empat komponen utama dalam KSP, yaitu:

  1. Analisis karakteristik satuan pendidikan
  2. Visi, misi, dan tujuan
  3. Pengorganisasian pembelajaran
  4. Perencanaan pembelajaran

Melibatkan Warga Satuan Pendidikan: Pemetaan Ketangguhan Iklim

Dalam pengembangan KSP, warga satuan pendidikan perlu dilibatkan secara aktif. Pada kesempatan ini, warga satuan pendidikan harus terlibat sejak tahapan awal pengembangan KSP, yaitu analisis karakteristik satuan pendidikan melalui pemetaan tingkat ketangguhan iklim satuan pendidikan.

Langkah selanjutnya yaitu tahap perencanaan dan eksekusi, di mana warga satuan pendidikan berperan aktif dalam melengkapi aspek budaya tangguh iklim yang tidak tercakup dalam organisasi perencanaan pembelajaran. Dengan demikian, pembangunan budaya tangguh iklim dapat terjadi secara menyeluruh.

4. Implementasi Pendidikan Perubahan Iklim dalam Pembelajaran

Pendidik berperan aktif dalam aksi iklim. Adapun hal pertama yang dapat dilakukan para pendidik yaitu dengan mendidik diri sendiri dengan mempelajari isu krisis iklim, seperti apa penyebabnya, bagaimana dampaknya dan apa solusinya.

Implementasi Pendidikan Perubahan Iklim di Intrakurikuler

Implementasi pendidikan perubahan iklim berfokus pada perubahan pola pikir dan perilaku agar lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Topik perubahan iklim ini baiknya dimasukkan ke dalam perencanaan kegiatan pembelajaran. Dalam konteks isu krisis iklim ini, pendidikan perubahan iklim diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran, yang mana para pendidik menyisipkan topik perubahan iklim ke dalam rencana kegiatan pembelajaran dan mengukur keberhasilannya melalui asesmen mata pelajaran.

Implementasi Pendidikan Perubahan Iklim di Kokurikuler

Bagi satuan pendidikan, kokurikuler berbentuk projek penguatan profil pelajar Pancasila. Untuk melaksanakan pendidikan perubahan iklim melalui P5, terdapat beberapa modul projek dengan topik isu iklim yang sudah tersedia di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Modul ini termasuk ke dalam tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" yang meliputi semua fase, yaitu dari fase A hingga fase E-F. Anda juga dapat mengakses modul tersebut melalui kejarcita.id.

Sesuai dengan ketentuan di panduan P5, Anda dapat memilih salah satu opsi di bawah ini sesuai dengan tahap kesiapan satuan pendidikan:

  1. Tahap Awal: Pilih modul dari PMM sesuai dengan kebutuhan belajar di satuan pendidikan dan langsung menerapkan dalam projek.
  2. Tahap Berkembang: Modifikasi modul projek bertopik iklim dari PMM agar sesuai dengan kebutuhan belajar di satuan pendidikan.
  3. Tahap Siap: Kembangkan modul projek bertopik iklim dengan mengacu pada modul-modul dari PMM.
  4. Tahap Mahir: Kembangkan modul projek untuk membelajarkan isu krisis iklim spesifik di satuan pendidikan.

Untuk melaksanakan pendidikan perubahan iklim, Anda dapat mengembangkan program pemberdayaan dan keterampilan yang berfokus pada kompetensi-kompetensi iklim. Adapun beberapa pilihan pemberdayaan yang dapat dilakukan yaitu:

1) Kesadaran terhadap isu krisis iklim melalui penelitian,

2) Peningkatan keterampilan adaptasi-mitigasi iklim

Implementasi Pendidikan Perubahan Iklim pada Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter peserta didik dalam meningkatkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kerja sama, kepribadian, dan kemandirian secara optimal. Dalam penerapannya, kegiatan ekstrakurikuler ini dibimbing dan diawasi oleh Satuan Pendidikan. Adapun jenis ekstrakurikuler yang dapat dilakukan peserta didik, yaitu:

  1. Krida, seperti Pramuka, PMR, Paskibra, UKS, dan lain sebagainya;
  2. Karya Ilmiah, seperti Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), penelitian, kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, dan lain sebagainya;
  3. Latihan Olah Bakat/Olah Minat, seperti pecinta alam, jurnalistik, teater, seni dan budaya, olahraga, dan lain sebagainya;
  4. Keagamaan, seperti ceramah keagamaan, pesantren kilat, retret dan lain sebagainya;
  5. Bentuk kegiatan yang lainnya.

Asesmen: Bagaimana Saya Bisa Mengukur Hasil dari Pendidikan Perubahan Iklim?

Pendidikan perubahan iklim adalah isu prioritas dan bukanlah mata pelajaran khusus, sehingga tidak membutuhkan asesmen terpisah untuk mengukur hasilnya dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan perubahan iklim masuk ke dalam sub-elemen profil pelajar Pancasila dalam kegiatan kokurikuler. Berikut merupakan langkah-langkah dalam menyusun asesmen pendidikan perubahan iklim, yaitu:

Intrakurikuler

Dalam menyusun tujuan pembelajaran, asesmen akan terintegrasi dalam instrumen asesmen. Setelah membuat kompetensi iklim, pendidik dapat melakukan asesmen dalam kegiatan intrakurikuler seperti biasanya.

Kokurikuler

Dalam menentukan topik dan memilih sub-elemen dalam melaksanakan P5, asesmen akan terintegrasi dengan instrumen asesmen projek. Dalam membuat asesmen ini, pendidikan lebih berfokus pada proses dan perubahan perilaku peserta didik, sehingga pendidik perlu melakukan observasi yang sesuai dengan intrumen asesmen yang sudah disusun.

5. Peran Berbagai Pihak dalam Pendidikan Perubahan Iklim

sumber: kejarcita.id

Mengingat sifat krisis iklim yang lintas bidang, kemitraan dan kolaborasi dalam pendidikan perubahan iklim menjadi sangat perlu. Dengan adanya kerja sama dan dukungan pihak luar, peserta didik dapat memperoleh wawasan dunia nyata serta keterampilan spesifik yang relevan dengan situasi krisis iklim di daerahnya. Kemitraan juga akan membantu satuan pendidikan mengakses berbagai sumber daya untuk menyelenggarakan pendidikan perubahan iklim, seperti pengetahuan dan keterampilan, sumber belajar dan tempat/sarana untuk bereksperimen, kesempatan melakukan aksi bersama, bahkan juga pendanaan.

Peran Berbagai  Pihak: Mendukung Inisiatif Satuan Pendidikan Melalui Kemitraan

Kemitraan antar pemangku kepentingan menjadi salah satu strategi untuk mempercepat tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang telah diakui dunia menjadi rencana kerja setiap negara, termasuk Indonesia. Kemitraan antar pemangku kepentingan menjadi salah satu strategi untuk mencapai tujuan pendidikan perubahan iklim. Dalam pelaksanaannya, kemitraan para pihak sebaiknya berlandaskan prinsip kemitraan, yaitu:

  1. Prinsip Partisipatif. Para pihak berperan aktif dalam seluruh proses kerja sama yang dilakukan, termasuk dalam pengambilan keputusan. Saling percaya dan bekerja sama untuk meningkatkan kompetensi masingmasing mitra.
  2. Prinsip Kesetaraan. Prinsip kesetaraan kedudukan antara pihak yang bermitra itu sangatlah penting. Dinamika yang dibangun dalam hubungan kesetaraan ini dapat mengembangkan mekanisme berbagai pengalaman, pengetahuan, serta keahlian satu sama lain, sehingga dapat terjadilah proses pembelajaran.
  3. Prinsip Berkelanjutan. Keberlanjutan dalam kontek membangun kemitraan adalah pihak yang dalam program menjadi sasaran utama pemberdayaan dari mitra lain, secara pasti berkurang tingkat ketergantungannya kepada mitra pendamping dengan meningkatnya kemampuan, pengetahuan, keahliaan dan akses atau jejaring yang diperlukan. Kemitraan yang dilaksanakan pencapaiannya terukur dengan baik berdasarkan pencapaian ekonomi, sosial dan lingkungan.
  4. Transparansi. Kemitraan yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan kegiatan pelaksanaan dan pencapaiannya.
  5. Integratif dan Holistik. Kemitraan yang mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki oleh para pihak pemangku kepentingan, termasuk mengkoordinasikan sumber-sumber dukungan publik, fokus pada isu-isu yang berdampak langsung terhadap perubahan prilaku seluruh elemen di sekolah dan para pihak, memanfaatkan pendekatan integratif untuk menyelesaikan masalah serta mempertimbangkan dengan seksama keterkaitan isu ekonomi,lingkungan dan sosial-budaya dalam pelaksanaannya.
Contoh Modul Ajar dan Cara Membuat Modul Ajar
Modul belajar menjadi pengganti rancangan pembelajaran RPP. Berikut cara membuat modul ajar dan contoh modul ajar

Indikator keberhasilan kemitraan dalam pelaksanaan pendidikan perubahan iklim antara lain:

  1. Terciptanya komitmen bersama. Ditunjukan dengan adanya peningkatan kerjasama kemitraan dalam bentuk Nota Kesepahaman, atau bentuk lain yang mendukung terlaksananya pendidikan perubahan iklim.
  2. Adanya kerja sama yang harmonis dari para pihak yang melakukan kemitraan, salah satunya dengan melihat visi dan misi kerja sama.
  3. Adanya koordinasi yang baik, yang dapat dilihat dari tercapainya tujuan yang sama.
  4. Adanya kolaborasi, yang dapat dilihat antara lain dengan adanya kesetaraan dalam berbagi sumber daya.
  5. Adanya tim yang dinamis.
  6. Adanya jejaring kemitraan yang terbentuk.

Peran Berbagai Pihak: Inisiator Aksi Iklim di Satuan Pendidikan

Kerap kali suatu kebijakan sulit diimplementasikan oleh satuan pendidikan karena mereka tidak tahu bagaimana cara memulai, atau bagaimana cara membuat implementasinya berkelanjutan atau berdampak nyata. Memulai kemitraan butuh sumber daya ekstra, sehingga keterbatasan sumber daya bisa jadi menghambat langkah satuan pendidikan.

Contoh keterbatasan yang dialami satuan pendidikan misalnya beban kerja pendidik yang sudah berat, atau kesulitan mencari mitra yang tepat karena keterbatasan jejaring kerja. Di sisi lain, ada berbagai pihak di luar satuan pendidikan yang bisa jadi memiliki sumber-sumber daya untuk memampukan atau memudahkan implementasi pendidikan perubahan iklim.

Sumber daya yang dimaksud tidak terbatas pada dana, tetapi juga kompetensi dan modal sosial seperti pemahaman mengenai isu, pengalaman implementasi, kompetensi dalam mengembangkan dan mengelola program secara terukur, jejaring yang luas, dan lain sebagainya. Karena itu, inisiatif berbagai pihak di luar satuan pendidikan sering kali menjadi bagian terpenting dalam menyukseskan pendidikan perubahan iklim.

Pihak-pihak yang berada di luar satuan pendidikan dapat menginisiasi aksi iklim di satuan pendidikan melalui jalur kemitraan maupun jalur kebijakan. Program-program yang dibuat pun sangat beragam, yaitu seperti peningkatan kapasitas pendidik, pengembangan sarana dan prasarana, maupun pengembangan jejaring kerja yang dapat memudahkan satuan pendidikan dalam mengimplementasikan pendidikan perubahan iklim.