Bagaimana Menghadapi Siswa PAUD yang Sering Berbicara Mengada-ada (Bohong)?
Siswa PAUD umumnya adalah anak-anak balita yang sedang lucu-lucunya. Raut wajahnya yang polos, cenderung menggemaskan bagi siapa saja yang melihatnya. Orang-orang sering mengatakan jika ingin melihat ekspresi yang jujur, maka lihatlah anak-anak.
Akan tetapi, faktanya anak-anak usia PAUD ini udah bisa berbohong, loh. Dilansir dari theasianparent.com (umumnya mereka berbohong hal-hal yang ringan) seperti mengatakan bahwa ia sudah makan siang, agar dibolehkan makan camilan. Lain waktu, mereka akan berbohong bahwa sudah mengerjakan PR, agar dibolehkan nonton kartun favoritnya.
Alasan Anak Suka Berbohong
Anak-anak, seperti orang dewasa, bisa berbohong karena berbagai alasan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif, emosional, dan sosial mereka. Berbohong pada anak adalah bagian dari proses belajar dan berkembang, dan sering kali mencerminkan bagaimana mereka memahami dunia di sekitar mereka. Berikut beberapa alasan mengapa anak suka berbohong:
1. Eksperimen dengan Realitas dan Imajinasi
Anak-anak, terutama yang lebih muda, sering kali tidak membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Mereka mungkin berbohong karena mereka tidak sepenuhnya memahami perbedaan antara keduanya. Ini terutama terlihat pada anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan awal, di mana mereka dapat bercakap-cakap tentang hal-hal yang belum terjadi atau yang mereka khayalkan.
Misalnya, anak kecil mungkin berbohong tentang memiliki teman imajiner atau menceritakan kisah fantasi yang mereka buat-buat. Kegiatan ini merupakan cara mereka mengeksplorasi dan mengembangkan kreativitas mereka.
2. Menghindari Hukuman atau Konsekuensi
Salah satu alasan paling umum mengapa anak berbohong adalah untuk menghindari hukuman atau konsekuensi negatif atas perilaku mereka. Jika anak merasa takut dihukum atau dimarahi karena sesuatu yang mereka lakukan, mereka mungkin memilih untuk berbohong agar dapat menghindari situasi tersebut.
Misalnya, jika seorang anak mengambil sesuatu tanpa izin dan tahu bahwa itu akan membuat orang tua marah, dia mungkin berbohong dan mengatakan bahwa dia tidak melakukannya.
3. Mencari Pujian atau Perhatian Positif
Anak-anak juga dapat berbohong untuk mencari perhatian positif atau pengakuan dari orang dewasa, teman sebaya, atau orang di sekitar mereka. Mereka mungkin mengada-ada cerita yang menarik untuk membuat diri mereka tampak lebih hebat atau lebih menarik, terutama jika mereka merasa kurang diperhatikan.
Contohnya, seorang anak bisa berbohong dengan mengatakan bahwa dia sudah berhasil melakukan sesuatu yang hebat (misalnya, mencetak gol dalam pertandingan sepak bola) padahal sebenarnya tidak.
4. Keinginan untuk Melindungi Diri atau Orang Lain
Pada usia tertentu, anak mulai mengembangkan pemahaman tentang rasa malu dan rasa bersalah. Mereka mungkin berbohong untuk melindungi diri mereka sendiri atau orang lain yang mereka cintai. Dalam kasus ini, berbohong menjadi cara untuk menjaga hubungan dan menghindari menyakiti perasaan orang lain.
Misalnya, anak yang melihat teman sekelasnya melakukan kesalahan mungkin berbohong untuk melindungi temannya, dengan mengatakan bahwa dia tidak melihat apa yang terjadi, meskipun dia tahu kebenarannya.
5. Kurangnya Pemahaman tentang Konsekuensi
Anak-anak, terutama yang lebih muda, belum sepenuhnya memahami konsekuensi jangka panjang dari berbohong. Mereka belum memiliki perkembangan moral yang matang dan mungkin tidak menyadari bahwa berbohong bisa merusak hubungan atau menyebabkan ketidakpercayaan di masa depan.
Pada usia yang lebih muda, anak cenderung berpikir lebih sederhana dan mungkin berbohong tanpa mempertimbangkan efeknya dalam jangka panjang.
6. Menghadapi Konflik atau Tekanan Sosial
Kadang-kadang, anak-anak berbohong karena mereka merasa tertekan oleh ekspektasi sosial atau situasi tertentu. Misalnya, mereka mungkin berbohong agar dapat diterima oleh teman-temannya atau untuk menghindari rasa malu dalam situasi sosial.
Misalnya, seorang anak yang merasa tertekan untuk berbuat lebih baik di sekolah atau di kegiatan ekstrakurikuler mungkin berbohong tentang pencapaiannya agar bisa sesuai dengan standar yang diharapkan oleh orang lain.
7. Perkembangan Kognitif dan Sosial
Anak-anak, seiring dengan pertumbuhannya, belajar untuk berpikir lebih abstrak dan mengembangkan kemampuan untuk melihat dunia dari perspektif orang lain. Pada usia tertentu, anak mulai menyadari bahwa orang lain tidak selalu tahu apa yang mereka pikirkan, dan ini memberi mereka kemampuan untuk berbohong atau menyembunyikan kebenaran.
Sebagai contoh, anak-anak berusia sekitar 4–5 tahun mulai bisa memahami bahwa orang lain dapat memiliki pandangan yang berbeda tentang sesuatu, dan ini bisa mendorong mereka untuk menyembunyikan kebenaran atau berbohong dengan tujuan tertentu.
8. Kekurangan Model Perilaku yang Baik
Anak-anak sering belajar dari apa yang mereka lihat di sekitar mereka, termasuk bagaimana orang tua, guru, atau orang dewasa lain berperilaku. Jika mereka melihat orang dewasa berbohong atau tidak jujur dalam situasi tertentu, mereka bisa menganggap perilaku tersebut sebagai hal yang bisa diterima dan menirunya.
Jika anak melihat orang tua atau orang dewasa yang mereka hormati berbohong, mereka mungkin menganggap berbohong sebagai cara yang sah untuk mengatasi masalah atau situasi sulit.
9. Rasa Tidak Aman atau Cemas
Anak-anak yang merasa cemas atau tidak aman mungkin berbohong sebagai cara untuk merasa lebih terkendali dalam situasi yang mereka anggap mengancam. Mereka mungkin berpikir bahwa dengan berbohong, mereka dapat menghindari rasa tidak aman atau mengurangi kecemasan yang mereka rasakan.
Cara Menghadapi Anak yang Suka Berbohong
Sebagai orang tua, tentu kita merasa kaget mengetahui anak-anak usia PAUD sudah bisa berbohong. Akan tetapi, daripada memarahinya, lebih baik cari tahu bagaimana menghadapi kebohongan mereka.
1. Mengapa Anak Berbohong
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mencari tahu penyebab anak berbohong. Ada anak yang berbohong untuk melindungi diri dari masalah. Ada juga yang yang berbohong karena merasa terancam, atau berbohong untuk tujuan tertentu. Akan tetapi, jika anak merasa nyaman berbohong, Anda harus merasa khawatir.
2. Sejak Kapan Anak Berbohong
Berdasarkan penelitian para ahli, anak-anak usia 2 tahun sudah mulai bisa berbohong. Intensitas berbohong mereka semakin meningkat menjelang usia 4 tahun. Anak-anak yang berusia 5 sampai dengan 10 tahun harus mulai diberitahu mengenai batasannya. Mereka sudah diajari tentang kebohongan dan kejujuran.
3. Seberapa Sering Anak Berbohong
Anak yang masih balita seringkali berbohong tanpa menyadarinya. Saat main bersama teman sebaya, mereka suka berbohong. Misalnya, saat membahas pesawat terbang, mereka akan mengatakan bahwa mereka sering naik pesawat terbang. Padahal kenyataannya, belum pernah sama sekali.
4. Berikan Pemahaman Tentang Dunia Nyata dan Khayalan
Anak-anak yang masih balita, terkadang belum bisa membedakan dunia nyata dan khayalan. Mereka masih beranggapan bahwa yang dilihat di televisi itu, semuanya nyata. Seperti film super hero yang bisa terbang. Anak-anak balita beranggapan bahwa manusia memang bisa terbang asalkan berlatih. Anda tentu pernah mendengar seorang anak yang terjun dari gedung demi membuktikan pada temannya bahwa ia bisa terbang. Sang anak tidak bermaksud berbohong, hanya saja tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia imajinasi.
5. Berikan Apresiasi Jika Anak Tidak Berbohong
Mengajari anak untuk tidak berbohong harus dimulai dari kecil. Buat perjanjian agar anak tidak boleh berbohong lagi. Jika ia berhasil melewati satu hari tanpa berbohong, berikan apresiasi sebagai bentuk penghargaan Anda. Misalnya, dengan menambah jam nonton film kartun kesukaannya, atau mengizinkannya memakan camilan yang selama ini dibatasi.
6. Beritahu Dampak Berbohong
Berikan pengertian bahwa berbohong bisa menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan. Misalnya, menjadi orang yang tidak lagi dipercaya. Baik oleh teman, maupun oleh keluarga. Selain itu, anak yang suka berbohong, biasanya dijauhi oleh teman-temannya. Tidak ada yang mau main dengannya. Tidak ada yang mau belajar bersama dengannya. Jadi, kebiasaan berbohong akan menimbulkan dampak yang kurang menyenangkan bagi si anak sendiri.
7. Jangan Melabeli Anak sebagai Pembohong
Walaupun anak sudah sering berbohong, jangan melabelinya sebagai seorang pembohong. Tetaplah berpikir positif dan mengharapkan anak berhenti berbohong. Katakan betapa Anda menyayanginya, dan mengharapkan ia tidak berbohong lagi.
Anda juga bisa mengatakan bahwa ia boleh berbohong untuk kebaikan. Misalnya, ada orang asing yang bertanya banyak hal detail tentang rumah Anda. Jika menghadapi orang begini, anak boleh untuk berbohong. Tidak perlu mengatakan hal-hal yang ditanyakan orang tersebut dengan jujur. Dengan demikian, anak akan mengerti kapan ia boleh berbohong, dan kapan ia tidak boleh berbohong.
8. Cobalah untuk Memercayai Anak
Jika orang lain ada yang tidak percaya dengan anak, maka Anda sebagai orang tua harus tetap memercayai anak. Cobalah untuk memercayainya, walaupun anak sering berbohong. Anda bisa menekankan kalimat "Apakah Ayah dan Ibu bisa memercayaimu kali ini?". Dengan cara seperti ini, anak akan merasakan kasih sayang orang tuanya, dan mereka akan berpikir kembali jika ingin berbohong.
9. Mintalah Bantuan Tenaga Ahli
Terakhir, jika anak masih tetap berbohong bahkan bertambah parah, jangan segan-segan untuk meminta bantuan tenaga ahli. Mungkin, anak memiliki trauma yang belum selesai. Anda membutuhkan seorang dokter ahli jiwa.
Demikianlah, hal-hal yang bisa dilakukan orang tua jika mendapati anak yang suka berbohong. Semoga artikel ini bermanfaat!