Mengenal Pola Pendidikan di Indonesia
Berbicara tentang pendidikan seolah tidak ada habisnya. Termasuk saat membicarakan pola pendidikan di Indonesia. Di Indonesia, ada beragam pola pendidikan. Tulisan ini selanjutnya akan membahas tentang apa itu pola pendidikan dan beragam jenisnya. Dengan demikian, Anda akan lebih mudah mengenal pola pendidikan di Indonesia.
Pengertian Pola Pendidikan
Keberhasilan sebuah proses pendidikan bergantung pada bagaimana fasilitator pendidikan mulai dari orang tua, guru, tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya bisa memberikan interaksi, bimbingan, didikan dengan baik. Agar bisa melakukan tugasnya dengan baik, para fasilator pendidikan ini perlu menggunakan sebuah pola tertentu yang kemudian disebut sebagai pola pendidikan.
Sebelum membahas apa saja jenis pola pendidikan di Indonesia, mari kita pahami dulu pengertian dari pola pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya, pola pendidikan didefiniskan sebagai cara kerja dalam melaksanakan pendidikan. Pola pendidikan ini adalah suatu cara yang ditempuh para fasilitator pendidikan dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa tanggung jawabnya terhadap anak.
Pola pendidikan adalah seperangkat cara yang digunakan untuk mendidik anak dalam keluarga dan masyarakat yang baik. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan kepribadian anak menjadi kepribadian yang kuat dan memiliki sikap positif serta intelektual yang berkualitas. Pola pendidkan yang tepat akan mempermudah proses pendidikan dalam mencapai tujuannya. Dengan melakukan pola pendidikan yang tepat, anak bisa terdidik secara optimal.
Jenis Pola Pendidikan di Indonesia
Di Indonesia ini, pola pendidikan ini memiliki beragam jenis. Ada tiga jenis pola pendidikan yang biasa digunakan di Indonesia.
1. Pola Pendidikan Otoriter
Pola pendidikan otoriter ini bisa dibilang pola pendidikan yang paling tua di Indonesia. Pola pendidikan otoriter ini sering digunakan oleh orang-orang zaman dahulu. Pola pendidikan otoriter ini mendidik anak dengan cara aturan-aturan yang ketat dan pemaksaan kehendak pada anak. Anak harus mematuhi setiap perkataan dan permintaan orang tua. Kepatuhan anak adalah tujuan dari pola pendidikan otoriter ini.
Pada pola pendidikan otoriter ini orang tua memiliki peran dominan. Orang tua sebagai pusat pendidikan. Komunikasinya pun bersifat perintah sebab hanya berlangsung satu arah. Pola pendidikan otoriter ini seringkali memberikan hukuman agar anak patuh. Akibatnya, keptuhan anak adalah karena rasa takut dan terancam, bukan karena kesadaran anak itu sendiri.
Berikut adalah beberapa ciri drai pola pendidikan otoriter.
· Anak harus patuh kepada orang tua ataupun fasiltator pendidikan lainnya.
· Anak tidak boleh membantah perintah yang diberikan oleh fasilitatornya.
· Fasilitator pendidikan cenderung mencari kesalahan anak.
· Pemberian hukuman setiap kali anak melakukan kesalahan.
· Jika anak memberikan pendapat yang berbeda, akan dianggap sebagai tindakan pembangkangan.
· Cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak.
· Kedisiplinan ditumbuhkan dengan ancaman dan paksaan.
· Anak hanya sebagai pelaksana perintah.
Pola pendidikan otoriter ini mungkin bagus dilaksanakan pada situasi tertentu. Namun, jika dilakukan secara terus menerus tanpa dilakukan kombinasi dengan jenis pola pendidikan lainnya, akan memberikan dampak yang negative terhadap perkembangan anak itu sendiri.
Menurut Tambayong Prasetya, beberapa akibat negatif dari pola pendidikan otoriter ini adalah sebagai berikut.
· Anak menjadi pribadi yang pasif dan tidak punya inisiatif.
· Anak menjadi tertekan dan merasa ketakutan.
· Anak tidak memiliki pendirian dan mudah dipengaruhi.
· Anak tumbuh menjadi pribadi yang ragu-ragu dan tidak berani mengambil keputusan.
· Ketika berada di luar rumah, anak menjadi agresif. Dia mengeluarkan tekanan yang didapatkan di dalam rumah.
· Kepatuhan yang ditunjukkan anak didasarkan atas rasa takut.
· Anak lebih sering menyendiri.
2. Pola Pendidikan Demokratis
Pola pendidikan demokratis adalah cara mendidik yang aktif, dinamis, dan terarah dalam mengembangkan setiap minat dan bakat anak untuk kemajuan perkembangannya.
Pola pendidikan ini bisa dibilang kebalikan dari pola pendidikan otoriter. Jika pola pendidikan otoriter berpusat pada fasilitator pendidikan, pola pendidikan demokratis ini berfokus pada anak. Pada pola ini, anak ditempatkan sebagai faktor utama dan terpenting dalam proses pendidikan. Hubungan anatara anak dan fasilitator pendidikan adalah setara, yakni saling menghargai dan menghormati.
Proses pendidikan dalam pola ini dilakukan dengan cara memberi tawaran dan pertimbangan kepada anak untuk memutuskan sendiri. Anak diberikan alternatif dan menentukan sikapnya dalam memilih hal-hal yang dibutuhkan dalam mengembangkan setiap potensinya. Melalui pola pendidikan demokratis ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan sikap dan potensi anak sesuai minat dan bakatnya masing-masing.
Pola pendidikan demokratis ini bisa dibilang pola pendidikan yang paling serasi. Penyebabnya, anak bisa belajar secara aktif dalam mengembangakan setiap potensi yang dimilikinya. Sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif. Melalui pola ini, setiap pencapaian belajar anak bisa dijadikan sebagai pencerminan dari inisiatif dan kreativitas anak.
Meskipun memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada anak dalam proses pendidikan, ada beberapa hal tertentu yang harus dibatasi. Orang tua maupun fasilitator pendidikan lainnya, berhak ikut campur dalam beberapa hal.
· Pada keadaan yang membahayakan keselamatan dan hidup anak.
· Pada hal-hal yang melanggar nilai dan norma.
· Pada hal-hal yang mengganggu kepentingan umum.
3. Pola Pendidikan Permisif
Pola pendidikan di Indonesia yang terakhir adalah pola pendidikan permisif. Pada pola ini, anak diberikan ruang seluas-luasnya untuk bertindak semaunya. Pada pola pendidikan permisif ini, orang tua maupun fasilitas pendidikan lainnya tidak melakukan apapun. Baik perintah, bimbingan maupun nasihat kepada anak, semuanya benar-benar diserahkan kepada anak.
Pola pendidikan permisif ini juga disebut sebagai pola pendidikan Laissez Faire. Pola pendidikan permisif ini bisa dibilang sebagai pola pendidikan yang memberikan kebebasan tanpa batas kepada anak. Akibatnya, anak bertindak sekehendak hatinya, tidak teratur, dan tidak terarah. Tentu saja ini membuat fasilitator pendidikan tidak memiliki peran yang edukatif bagi anak.
Fasilitator pendidikan yang melakukan pola permisif ini membiarkan anak bertindak tanpa dimonitor (diawasi), anak tidak dibimbing. Bersikap acuh tak acuh kepada anak atau tidak peduli.
Pada pola pendidikan permisif ini, yang menjadi fokus utama orang tua adalah memberikan materi kepada anak. Tentunya pola pendidikan seperti bisa memberikan dampak negatif jika dilakukan secara terus menerus.
Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari pola pendidikan permisif ini antara lain ialah sebagai berikut.
· Anak kurang kasih sayang dan perhatian.
· Anak seringkali mogok bicara dan tidak mau belajar.
· Anak sering bertingkah laku menentang.
· Anak menadi pribadi yang mudah berontak dan keras kepala.
· Anak menjadi tidak disiplin.
· Anak akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam pergaulan.
· Anak memiliki emosi kurang stabil.
· Anak menjadi pribadi yang mudah curiga.
Setiap pola pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda bisa memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Demikian artikel tentang mengenal pola pendidikan di Indonesia. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam mengenal pola pendidikan di Indonesia.