Mengenal Active Learning dan Agile Teaching

Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) acapkali dijadikan sebagai indikator kualitas pendidikan sebuah negara. Sejak tahun 2000, Indonesia sudah berpartisipasi dalam PISA.

Apa sih yang dimaksud dengan PISA? PISA adalah survei evaluasi pada sistem pendidikan yang di dunia untuk mengukur kinerja siswa pada pendidikan menengah. Penilaian ini dilakukan setiap tiga tahun sekali dengan tiga kategori, yaitu literasi, matematika, dan sains. Pada tahun 2018, PISA mengukur kemampuan 600 ribu anak yang berusia 15 tahun dari 79 negara.

Bagaimana skor Indonesia pada survey PISA? Sayangnya, sejak bergabung hingga survey PISA terakhir pada 2018 lalu, peringkat Indonesia selalu konsisten berada dalam peringkat 10 besar dari bawah.

Tahun 2018, kemampuan sains, literasi dan numerasi siswa Indonesia menempati peringkat ke-6 dari bawah (74) dengan skor rata-rata 371. Turun dari peringkat 64 pada tahun 2015. Tentunya hal ini perlu segera diperbaiki. Pastinya sebagai sebuah bangsa, Indonesia tidak ingin kualitas pendidikannya semakin terpuruk.

Salah satu upaya untuk meningkatkan peringkat Indonesia pada survey PISA, dengan digantikannya Ujian Nasional menjadi AKM (Asesmen Kemampuan Minimal). Tahun 2021 menjadi edisi perdana pelaksanaan AKM ini.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, menyatakan tujuan dari AKM ini adalah untuk mengasah kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia, di mana keduanya merupakan bagian indikator dari penilaian PISA.

Selain itu, proses pendidikan juga harus melakukan terobosan baru dalam melakukan metode pembelajaran. Demi memperbaiki kualitas pendidikan, sebaiknya guru menggunakan metode active learning dan agile teaching.

Active Learning

sumber: https://www.pexels.com

Active learning atau disebut juga pembelajaran aktif adalah sebuah metode belajar yang menginginkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif ini berbeda dengan sistem pembelajaran konvensional, di mana siswa lebih cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bisa dimulai dengan ikut berpikir (thinking), berdiskusi (discussing), menyelidiki (investigating) dan mencipta (creating) selama proses pembelajaran. Active learning ini akan membuat siswa memiliki kemampuan problem solving, menjawab setiap pertanyaan atau masalah yang dihadapinya, memberikan solusi hingga mengutarakan idenya dalam berbagai bentuk, mulai dari tulisan, diskusi hingga presentasi.

Proses pembelajaran aktif seperti ini dinilai lebih optimal dengan belajar menggunakan metode ceramah. Saat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dia akan mengerahkan setiap kemampuan yang dimilikinya. Active learning ditujukan untuk mendorong setiap siswa menggerakan sumber daya yang dimiliki agar proses belajar bisa berjalan secara optimal.

Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari penerapan active learning ini, antara lain :

  • Memperkuat pemahaman materi, konsep dan keterampilan yang mendukung proses pembelajaran
  • Sebagai umpan balik terhadap capaian belajar siswa
  • Sebagai kesempatan bagi siswa untuk memikirkan, membicarakan dan memproses materi pembelajaran
  • Siswa terhubung langsung dengan materi pembelajaran, ini akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar

Setelah tahu banyaknya manfaat dari proses pembelajaran aktif ini, Anda tentu ingin segera menerapkannya di kelas. Sebelum itu, tentu Anda harus mengetahui bagaimana karakteristik sebuah pembelajaran disebut sebagai active learning.

Berikut adalah karakteristik active learning, yang berasal dari pendapat Bonwell dan Eison (dalam Machmudah, 2008:64), yaitu:

  • Active learning tidak hanya berfokus pada pengutaran informasi yang diberikan guru dalam proses kegiatan belajar di kelas, tetapi juga mengutamakan kemampuan berpikir kritis dan analitis pada sebuah konsep dan masalah.
  • Siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam mengerjakan tugas yang terdapat di dalam materi pembelajaran.
  • Proses kegiatan belajar berfokus pada pendalaman sebuah nilai dan sikap yang berkaitan dengan materi pembelajaran di kelas.
  • Siswa harus mampu berpikir kritis, menganalisis, dan bisa melakukan refleksi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat melakukan transformasi diri secara mandiri.
  • Feedback yang berasal dari siswa bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien pada kegiatan belajar.

Penerapan active learning ini sangat tepat untuk mengatasi kelas yang sifatnya pasif. Active learning ini juga cocok digunakan pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2013 revisi.

Banyak model dalam menerapkan active learning ini, yaitu :

1. Benar atau Salah

Metode benar atau salah ini, bisa membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa bisa menjawab benar atau salah dari kuis yang diberikan oleh guru setelah materi pelajaran diberikan.

2. Cari Kawan

Teknik ini bisa membuat siswa belajar menerangkan objek yang dipelajarinya dengan bahasa sendiri. Guru memberikan kartu pada setiap kelompok siswa. Masing-masing siswa harus mencari kawan berdasarkan kartu yang diberikan oleh guru. Kemudian menjelaskan isi kartu tersebut.

Metode cari kawan ini cocok untuk belajar tentang konsep, sifat, pengkategorian, fakta dari sebuah informasi dan membahas sebuah objek.

3. Pembelajaran Terbimbing

Teknik ini dilakukan dengan cara mengharuskan siswa untuk mencocokkan jawaban dengan materi, apakah sudah sesuai atau belum.

Tujuan metode pembelajaran terbimbing ini untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami pelajaran yang sudah diberikan. Juga bisa sebagai alat uji tingkat pemahaman siswa.

Tips Membangun Interaksi Pembelajaran yang Memperhatikan Aspek Sosial dan Emosional
Dalam proses pembelajaran melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang baik membuat proses pembelajaran lebih bermakna dan efektif

4. Permainan Bergilir

Metode ini mengajak siswa belajar dengan cara drama. Siswa memainkan drama yang berhubungan dengan materi yang telah diajarkan.

5. Gabungan Dua Kekuatan

Metode gabungan dua kekuatan ini bertujuan untuk mengajak siswa  memperoleh jawaban secara mandiri (individu) dari apa yang telah guru tanyakan. Pada kesempatan ini, siswa akan berdiskusi bersama teman satu bangkunya.

Metode ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya kerjasama dalam proses pembelajaran aktif.

Agile Teaching

sumber: https://www.pexels.com

Selain active learning, agile teaching juga dianggap mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Agile teaching atau disebut juga dengan pembelajaran tangkas adalah sebuah metode pembelajaran yang berfokus pada kemampuan psikomotor.

Berbeda dengan active learning yang lebih berfokus pada kemampuan kognitif, agile teaching membuat guru lebih bisa mengasah kreativitas, kolabarorasi dan inovasi dari siswa-siswanya.

Agile teaching ini ditempuh dalam tiga tahap berurutan yaitu:

  1. Acquiring knowledge (menguasai pengetahuan)
  2. Extending and refining knowledge (memperluas dan menyempurnakan pengetahuan)
  3. Using knowledge (menggunakan pengetahuan)

Ketika menerapkan agile teaching ini, kemampuan untuk melakukan reflektif setiap selesai pembelajaran itu sangat penting. Refleksi secara berkesinambungan bisa membuat proses belajar secara tangkas ini bisa berlangsung optimal.

Bila ingin menerapkan agile teaching ini, ada karakteristik tertentu yang harus dimiliki oleh guru. Berikut adalah karakteristik guru yang sangat tepat untuk menerapkan agile teaching, yaitu:

  1. Peka dan tanggap terhadap lingkungan sekitar
  2. Memiliki pola pikir yang kreatif dalam memfasilitasi siswa untuk mencapai kapabilitas mereka
  3. Memiliki pola pikir inovatif untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk sekitar
  4. Terbuka akan dinamika kehidupan global
  5. Bersikap reflektif dan berkelanjutan untuk mendapatkan hasil terbaik
  6. Mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan
  7. Berpikir kritis untuk menyelesaikan persoalan

Agile teaching ini berfokus pada penggunaan segala pengalaman hidup dan pembelajaran untuk menghadapi tantangan yang baru. Metode agile teaching ini akan lebih powerful jika dibarengi dengan pertumbuhan karakter dari guru dan peserta siswa, terlebih lagi di era industri 4.0 ini.

Pentingnya Peran Guru dalam Era Pendidikan 4.0
Peran guru dalam era pendidikan 4.0 untuk memahami dinamika kelas dan memanfaatkan teknologi guna mengedukasi siswa.

Demikian penjelasan mengenai active learning dan agile teaching. Semoga dengan mengenal active learning dan agile teaching semakin membuat Anda bersemangat melakukan pebelajaran yang aktif dan tangkas kepada siswa-siswa Anda.