Menerapkan Crossover Learning dalam Kelas Online
Adanya pandemi membuat sistem pendidikan di Indonesia bahkan dunia beralih menjadi sistem daring. Kita semua dituntut menjaga jarak agar tidak menularkan virus yang tengah melanda dunia. Hal ini membuat para ahli dan pekerja di bidang pendidikan meningkatkan model-model baru yang dapat meningkatkan kualitas belajar meski melalui layar ponsel atau PC. Tantangan tersendiri bagi tenaga pendidik yang terjun langsung berhadapan dengan peserta didik dan para orangtua.
Kini beberapa sekolah di Indonesia yang sudah lepas dari zona merah Covid-19 dapat melakukan pembelajaran tatap muka. Pastinya dengan protokol kesehatan yang ketat, seperti wajib jaga jarak, menggunakan masker, tidak berkerumun, cuci tangan dan pengecekan suhu saat memasuki kawasan sekolah. Meskipun belum sepenuhnya tatap muka alias masih 50% tatap muka, guru bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan salah satu metode yang bernama Crossover Learning.
Definisi dari Crossover Learning adalah mengkombinasikan pembelajaran formal di dalam kelas dengan pembelajaran informal di luar kelas. Crossover Learning dapat membantu siswa mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat di kelas formal dan mempraktikkannya dalam dunia nyata.
Artinya, peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang lebih dalam dari sekedar menghafal materi atau teori. Bagi kebanyakan siswa, Crossover Learning bisa menjadi bentuk rekreasi akibat jenuhnya materi formal di kelas.
Bagi mereka yang sudah memasuki kelas tatap muka, Crossover Learning dapat dilakukan di lingkungan sekolah. Misalnya materi dalam mata pelajaran Penjaskes, guru memberikan pemahaman materi di kelas melalui buku LKS, setelah itu mereka mempraktikkannya di luar kelas seperti di lapangan atau halaman sekolah.
Lalu bagaimana dengan kelas online? Yuk kita bahas bersama cara menerapkan Crossover Learning dalam kelas online melalui poin-poin berikut ini!
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan adalah hal yang wajib dilakukan sebelum melaksanakan segala sesuatu. Tak terkecuali dalam proses belajar di sekolah. Di tahun ini, Indonesia menerapkan RPP Merdeka Belajar yang hanya berisikan satu halaman. Ini memang terlihat singkat, namun tentu saja perlu dijabarkan dalam bentuk silabus maupun portofolio peserta didik.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, RPP perlu disusun terlebih dahulu. Guru dapat mencantumkan Crossover Learning sebagai salah satu metode yang akan digunakan di kelas online. Pencantuman ini akan membantu guru lebih terarah dalam menjabarkan indikator standar kompetensi peserta didik nantinya di portofolio mereka.
Portofolio Peserta Didik
Setiap siswa pasti memiliki portofolio di semua mata pelajaran, ini berguna untuk menjadi petunjuk bagi guru dan siswa. Selain itu juga berperan dalam evaluasi yang nantinya dapat mengembangkan model belajar yang efektif. Portofolio peserta didik dalam Crossover Learning dapat membantu guru menyusun tugas formal dan informal apa saja yang akan dilaksanakan siswa untuk memenuhi kompetensi dasar.
Kelas Formal
Tentu saja Crossover Learning harus melibatkan kelas formal dalam metodenya. Ini seperti biasa, guru melaksanakan pembelajaran melalui aplikasi Zoom dan memberikan soal-soal latihan. Kelas formal akan menjadi pondasi siswa jika nanti mengaplikasikannya di kelas formal.
Meski disebut kelas formal, peserta didik berhak mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Jangan anggap kelas formal akan bernuansa membosankan dan membuat para peserta didik mengantuk. Guru tetap dituntut kreatif agar kelasnya tetap menyenangkan.
Kelas Informal
Memasuki kelas informal, guru dapat memberikan tugas yang sudah direncanakan di portofolio peserta didik melalui pesan Whatsapp Group. Misalkan saja dalam pelajaran IPA, guru memberikan tugas kelas informal seperti melihat pertumbuhan tanaman. Siswa diwajibkan menanam jagung atau biji-bijian lain yang pertumbuhannya harus dicatat. Setelah beberapa minggu, siswa dapat membuat laporan dan mempresentasikannya di kelas melalui Zoom atau mengunggah video presentasi di kanal Youtube.
Dalam kelas informal, peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang lebih nyata. Mewujudkan materi abstrak menjadi sesuatu yang real membuat mereka lebih terkesan dan materinya lebih menancap dalam ingatan. Materi atau teori yang mereka buktikan melalui kelas informal juga akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Misal saja dalam praktik mata pelajaran bahasa Inggris materi conversation, ketika mereka bertemu orang asing alias bule yang menanyakan sebuah lokasi, mereka dapat menjawab dengan baik karena pengalaman belajar di kelas informal sudah mereka jalani.
Orangtua Sebagai Pendamping
Selama pembelajaran jarak jauh, orangtua dituntut pihak sekolah untuk mendampingi putra-putrinya belajar. Tanpa peran mereka, para peserta didik akan mengalami kesulitan untuk mengabstraksi materi yang disampaikan guru. Kelas informal dalam Crossover Learning sangat perlu bantuan dan pendampingan orangtua. Misal saja dalam materi penghantar listrik, siswa butuh merangkai kabel dan baterai.
Praktik ini akan berbahaya jika peserta didik masih dalam jenjang sekolah dasar. Maka dari itu, orang tua wajib mendampingi dalam merangkainya, tentu saja juga harus menjelaskan pada anak mereka tentang proses dan nama item-nya.
Selain mengetahui cara penerapannya, kita juga perlu mengetahui apa keunggulan dari Crossover Learning. Yuk, kita pahami satu per satu!
a. Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik
Perpaduan kelas formal dan informal membuat siswa semakin kreatif! Mengapa bisa begitu? Crossover Learning membuat peserta didik mampu mengembangkan kreativitasnya melalui materi yang sudah diberikan di kelas formal, lalu mengaplikasikannya dalam kelas informal. Biasanya guru memberikan tugas di kelas informal yang menuntut mereka mempraktikkan dengan cara yang berbeda-beda. Terutama yang memiliki output presentasi, ini meningkatkan kemampuan public speaking peserta didik.
b. Memudahkan Guru dalam Evaluasi
Setelah mempraktikkan materi dari kelas formal ke kelas informal, guru lebih mudah melakukan evaluasi apakah tugas yang ia berikan efektif atau tidak. Pemahaman siswa akan terlihat setelah berada di kelas informal karena mereka diminta untuk menerapkan materi yang sudah disampaikan. Kemungkinan besarnya siswa akan menambah effort mereka ketika dilibatkan langsung dalam kelas informal. Guru bisa menggunakan cara tugas berkelompok maupun tugas individu bergantung tingkat kesulitannya.
c. Tidak Membosankan
Pelajar adalah “makhluk” yang rawan dilanda bosan saat pelajaran berlangsung. Terlebih lagi jika kelas diadakan di atas jam 11 siang. Suasana yang sangat cocok untuk rebahan dan tidur siang ini dapat dimanfaatkan guru untuk melaksanakan kelas informal. Menjadi tenaga pengajar memang bukan pekerjaan yang mudah, mood siswa juga dapat memberikan pengaruh pada hasil belajar. Kelas informal merupakan salah satu solusi mengembalikan mood baik peserta didik.
Nah, itulah penjabaran mengenai Crossover Learning yang diterapkan dalam kelas online. Masih banyak cara kreatif yang menggugah semangat peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Guru wajib terus melakukan upgrade perihal metode belajar, sebab semakin hari semakin banyak ditemukan cara yang menyenangkan dan memiliki hasil yang maksimal.
Anda tidak harus paten menggunakan satu metode saja, perpaduan banyak metode dapat memperlihatkan cara mana yang lebih efektif. Keefektifannya tidak hanya bergantung hasil belajar, namun proses belajar siswa yang tidak membuat mereka tertekan merupakan indikator efektivitas metode belajar.