Penting Diajarkan, Inilah Macam-macam Sesat Pikir (Logical Fallacy) yang Perlu Dihindari

Dalam berkomunikasi, tentu saja kita tak luput dari yang namanya argumen. Dalam menyampikan argumen, baiknya kita menghindari sesat pikir atau Logical Fallacy agar informasi yang disampaikan tetap utuh. Penting sekali bagi kita untuk mengetahui macam-macam Logical Fallacy untuk menghindarkan diri kita dari manipulasi.

Kesesatan berlogika dapat menimbulkan banyak masalah, baik dalam lingkup pribadi, hingga lingkup lebih luas.  Bagi kehidupan personal, kita akan menimbulkan problem yang cukup serius, seperti dimanipulasi oleh orang-orang terdekat, ditipu dan semacamnya.

Logical Fallacy menyebabkan kita berada dalam relasi yang tidak sehat sampai-sampai kita merasa tidak layak dan tidak berharga. Dalam lingkup bernegara dan politik,  Logical Fallacy menimbulkan banyak kekacauan seperti pengalihan isu pemerintahan dengan isu penistaan agama.

Pada ruang lingkup hukum juga memiliki pengaruh besar, pengacara dapat memutar-balikkan fakta dengan Logical Fallacy, ini membuat tercontrengnya sila ke 5 Pancasila, yakni “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Belum lagi, adanya media sosial memberikan dampak massif dengan menggiring opini dan hal-hal semacamnya.

Maka dari itu, penting sekali kita mengetahui macam-macam Logical Fallacy agar tidak mudah termanipulasi di sektor manapun. Berikut adalah penjelasan macam-macam Logical Fallacy, yuk disimak!

Non Sequitur

Apa itu Non Sequitur? Ini adalah bentuk Logical Fallacy yang membuat kesimpulan salah dan dihasilkan dari alasan-alasan yang sebenarnya masuk akal. Contohnya; “Kerja, kerja, kerja, ujungnya tipes”, kalimat tersebut jika dianalisa memiliki kesimpulan yang tidak sesuai dengan alasan-alasan di depannya.

Penyakit tipes disebabkan bakteri salmonela, bukan dikarenakan kerja. Contoh lainnya ialah “Kamu nggak boleh jalan dengan teman-temanmu karena kamu kekasihku” kesimpulannya tidak ada kaitan dengan topik awal.

Bukan Hal Tabu, Ini Implementasi Sex Education untuk Siswa SMP-SMA
Melalui sex education, para siswa bisa mengetahui anatomi tubuhnya. Mereka bisa paham bagaimana tubuh mereka berubah ketika masa pubertas

Non Sequitur juga dapat terjadi di lingkup sosial budaya, misalnya berkaitan dengan suku maupun ras. Contohnya “memakai baju mencolok, perhiasan gonjreng ke mana-mana, tidak modis, norak, pasti dia ibu-ibu dari Bugis kalau tidak ya dari Banjar".

Non Sequitur juga dapat membentuk stereotip suku dan ras yang dikaitkan dengan perwatakannya. Padahal itu tidak benar, belum tentu benar.

Post Hoc

sumber: https://www.pexels.com/

Post hoc disingkat dari post hoc, ergo propter hoc diartikan sebagai kekeliruan logis  di mana satu peristiwa dikatakan sebagai penyebab dari peristiwa yang kemudian hanya karena terjadi lebih awal. Walaupun dua peristiwa tersebut mungkin terjadi secara urut.

Contoh dari Post Hoc ;

“Karena memakai sepatu baru, pemain sepak bola kampung Duku berhasil memecahkan gol terbanyak”

"Dinda memiliki kulit yang putih bersih karena dia rajin wudhu"

"Kalau kamu mau kaya raya seperti Radit, harusnya kamu kerja di BUMN"

“Jangan makan di depan pintu, nanti jauh dari jodoh!”

“Jangan makan pantat ayam, nanti jadi bodoh”

"Kalau nggak mau di-cat calling kamu harus pakai baju yang tertutup"

Ad Hominem

Ad Hominem merupakan bentuk strategi retorikal yang mana seseorang menyerang karakter, motif, atau beberapa atribut dari lawan bicaranya dari pada berfokus pada substansi dari argumen lawannya.

Biasanya Ad Hominem digunakan saat seseorang tidak mampu lagi menangkis atau menjawab argumen lawan bicaranya. Sehingga, ia memilih untuk menyerang karakter, atribut atau kredibilitas lawan.

Adapun beberapa contoh Ad Hominem ;

  1. Seorang guru salah mengoreksi tugas siswanya, sehingga siswa tersebut mendapatkan nilai yang rendah. Seperti biasa, guru mengkritik bahwa siswanya yang kurang teliti. Namun, siswa dapat membuktikan bahwa gurunya salah mengoreksi, lalu guru menyerang dengan kata-kata “Ya tumben saja kamu bisa jawab soal-soal ini, biasanya kamu nggak teliti".
  2. Adi dituduh mencuri oleh teman-teman di kelasnya. Sebab, Dira kehilangan uang sebesar 300 ribu untuk membayar SPP. Adi digeledah dan ia tidak mengizinkan tasnya digeledah karena tidak merasa mencuri. Alasan teman-temannya menuduh Adi karena Adi dianggap berasal dari keluarga prasejahtera dan sering menunggak bayar SPP.

Straw Man Fallacy

Seperti namanya, straw man alias manusia jerami berkembang menjadi istilah dari bentuk-bentuk sesat pikir. Apa sih yang dimaksud dengan straw man fallacy? Straw man fallacy adalah suatu sesat pikiran yang muncul karena seseorang telah salah merepresentasikan argumen lawan diskusinya. Sesat pikiran ini dilakukan untuk menyerang lawan diskusi di mana seakan-akan pandangan atau argumen yang dilemparkan adalah milik lawan diskusi itu sendiri.

Coba kita simak contoh di bawah ini untuk mengetahui gambaran Straw Man Fallacy!

Rudi  :  “Siang-siang begini minum es teh manis rasanya enak pasti! Masa makan gule kambing terus”

Dony : “Heii, makan gule kambing itu banyak kolesterolnya, nggak sehat!”

Rudi :  “Siapa sih yang bilang gule kambing itu sehat?”

Dony  : “Kotor banget sih lantai ini, kok ada banyak sampah yang berceceran”

Rudi   : “Bukan aku kak yang ngotorin”

Dony  : “Eh, kamu kenapa sih? Emangnya aku ada ya nuduh kamu yang ngotorin lantai ini?”

Rudi : “Lagian kenapa kamu ngomong begitu, kan aku yang dari tadi ada di sini. Aku jadi ngerasa”

Dony   : “Begitu ya, tapi kan aku nggak ada bilang kalau kamu yang ngotorin lantai ini”

Hasty Generalization

sumber: https://www.pexels.com/

Hasty Generalization merupakan cara berpikir  sesat yang cenderung mudah menggeneralisasi keadaan. Hasty Generalization ini bisa terjadi ketika seseorang telah membuat suatu keputusan secara tergesa-gesa tanpa memiliki data yang cukup untuk dijadikan dasar.

Contoh-contoh Hasty Generalization :

  1. Dina memutuskan untuk resign dari tempat kerjanya. Ia mendengar rumor perusahaannya akan bangkrut, padahal ia tidak tahu akan kebenarannya.
  2. Saat bertemu dengan teman baru yang berasal dari Jakarta, Dinar merasa takjub dengan gaya berpakaian modis temannya. Saat di rumah, ia menceritakan pada ayah ibunya bahwa orang Jakarta memiliki gaya yang begini dan begitu.

Begging the Question

Begging the question merupakan bentuk sesat pikir yang kesimpulannya merupakan suatu argumentasi yang telah dinyatakan atau diasumsikan terlebih dahulu. Wah bagaimana bentuk sesat pikir ini? Kita lihat contohnya bersama!

Rara : “Aku pengin deh jadi perempuan yang susah didapatkan, jadi aku harus jadi perempuan yang cantik, anggun, dan juga harus high class"

Beny : “Itu mah pilih-pilih”

Rara : “Yakali Alphard lakunya secepat Avanza”

Jordy: “Cowok ngerokok itu keren bro, jantan!”

Restu: “Kan ngerokok bahaya bro”

Jordy: “Ya kan cowok jantan adalah mereka yang menantang bahaya”

Ad Ignorantum

Ad Ignorantum merupakan keadaan di mana suatu hal dapat dianggap benar atau salah, padahal kenyataannya belum ada cukup bukti yang dapat membuktikan sesuatu tersebut adalah benar ataupun salah. Biasanya Ad Ignorantum digunakan untuk meringankan beban dari pembuktian.

5 Hal Penting yang Harus Diketahui Mengenai Multigrade Teaching
Multigrade teaching merupakan kegiatan pembelajaran di mana guru akan mengajar di dalam satu ruang kelas atau lebih dalam waktu sama yang sama

Bagaimana contoh dari Ad Ignorantum? Mari kita simak bersama!

Reynaldi  sedang menceritakan kisah horror yang dialami kakaknya pada Roy, teman dekatnya. Roy adalah orang yang skeptis atau tidak mempercayai cerita hantu-hantu. Reynaldi tetap semangat bercerita dan akhirnya Roy berkata “memangnya kamu bisa buktikan kalau hantu itu ada?” Lalu Reynaldi menjawab “Aku tidak mengerti karena aku hanya dicurhati kakakku, akupun juga tidak tahu hantu itu ada atau tidak”

Nah itulah bentuk-bentuk kesesatan berpikir. Jika kamu merasa di lingkunganmu terdapat orang yang berusaha memutar balik fakta, pahami bahwa itu bentuk manipulasi. Wajib bagimu untuk tetap berpikir sehat dan jernih untuk menghadapi logical fallacy!