Langkah-Langkah Membentuk Budaya Sekolah yang Baik

Sekolah tak hanya menjadi tempat bekerja bagi guru dan tempat menuntut ilmu bagi para siswa. Namun, juga sebagai wadah untuk membentuk karakter dan budaya yang positif bagi setiap warganya. Seperti yang dilontarkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara “tidak ada keabadian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya.”, artinya manusia dan lingkungannya merupakan satu kesatuan yang saling terikat. Maka dari itu, sekolah memiliki kewajiban agar setiap siswa dan gurunya menginternalisasi budaya dan nilai yang positif.

Ada beberapa budaya yang positif yang patut diterapkan di sekolah. Berikut penjelasan dan langkah-langkahnya.

Disiplin

Kedisiplinan merupakan budaya yang paling utama untuk diterapkan. Sebab, tanpa kedisiplinan budaya positif lain akan sulit untuk diinternalisasi di sekolah. Disiplin juga akan sangat bermanfaat bagi siswa maupun guru. Disiplin yang dapat diterapkan pada siswa misalnya mengumpulkan tugas tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, datang tepat waktu di sekolah, melaksanakan jadwal piket kelas, patuh pada tata tertib dan juga menjaga lingkungan sekolah.

Kedisiplinan yang diterapkan guru bisa berupa datang tepat waktu dalam proses belajar, mengenakan pakaian yang sopan dan rapi, menata arsip/RPP serta menerapkannya, memberikan teladan bagi siswa-siswi bagaimana menjaga lingkungan.

Lalu bagaimana cara menerapkannya? Inilah langkah yang bisa dilakukan ;

- Menggunakan Metode Reward & Punishment

Metode ini memberikan apresiasi atau penghargaan bagi siapapun yang dapat menerapkan aturan yang ada di sekolah, seperti memakai atribut lengkap, patuh pada tata tertib, datang sebelum kelas di mulai dan lainnya. Apresiasi yang diberikan tak harus berupa materi, tetapi dengan memberikan pujian atau poin nilai sikap yang dapat dipanen saat menerima rapor. Lalu memberikan sanksi bagi mereka yang tidak disiplin terhadap aturan sekolah. Namun yang perlu diketahui adalah jangan sampai punishment membuat self-esteem siswa menjadi rendah. Gunakan cara yang bijak, bukan mempermalukan.

- Menggunakan Metode Reinforcement

Metode ini mirip dengan metode reward & punishment, tetapi yang menjadi pembedanya adalah tidak adanya sanksi. Menurut Soemanto (2006) reinforcement merupakan respon positif dari guru terhadap siswa yang telah melakukan perbuatan baik/positif (misalnya terkait kedisiplinan) dan prestasi. Reinforcement atau penguatan bertujuan siswa dapat lebih bersemangat berbuat positif ataupun berprestasi. Ini juga dapat diterapkan oleh kepala sekolah terhadap guru-guru terkait kinerja maupun kedisiplinan.

Kejujuran

Ada pepatah yang mengatakan "Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tetapi kekurangan orang yang jujur". Kalimat tersebut cukup menampar kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Menanamkan kejujuran tak hanya tentang mengakui sebenarnya apa yang terjadi, tetapi juga tentang ketidakmauan untuk berbuat curang dalam memperoleh tujuan.

Mengapa Pendidikan Karakter Dinilai Lebih Penting?
Kemajuan yang akan dicapai di masa depan tidak akan ada artinya jika tidak diimbangi dengan karakter seseorang yang terbentuk dari kaidah-kaidah etika, moral, dan agama.

Dari pihak siswa sudah jelas penanaman nilai kejujuran berkaitan tentang bagaimana mereka memperoleh nilai yang bagus. Anak-anak di usia sekolah seringkali merasa nilai akhir itu merupakan hal yang lebih dijunjung tinggi dibanding kejujuran. Maka dari itu, mereka merasa halal untuk membuat contekan. Cara yang bisa diterapkan agar peserta didik memahami value kejujuran itu di atas nilai akhir adalah dengan cara berikut ini;

- Tidak membandingkan siswa berdasarkan nilai akademik, ras, suku, latar belakang dan bakat siswa. Pahami setiap siswa itu unik.

- Menggunakan metode reinforcement, reward & punishment.

- Sekolah dapat membuka kantin kejujuran

- Menghargai proses setiap siswa

- Sistem ranking hanya dapat dilihat guru dan wali murid saja agar siswa dapat fokus dengan prosesnya, bukan hasil akhirnya.

- Memberi contoh yang baik kepada setiap siswa

Lalu, bagaimana cara membentuk budaya kejujuran di kalangan guru dan staf? Tak jauh beda dengan cara membentuk budaya kejujuran pada peserta didik, letak perbedaannya yaitu ada di beberapa poin berikut ini;

- Hindari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

- Berikan nilai siswa sesuai dengan kompetensinya

- Jika ada orangtua murid yang berusaha memberikan “hadiah”, guru dapat menolaknya apabila mereka meminta “permintaan khusus” agar anaknya dapat nilai yang bagus.

Nasionalis

Bangsa yang baik adalah bangsa yang tak melupakan asal usulnya. Begitulah pepatah mengatakannya. Rasa cinta terhadap bangsa perlu dibudayakan karena dengan mengenali jati diri dan asal usul bangsa kita, maka kita akan berperan untuk memajukan bangsa sesuai dengan kualifikasi yang kita miliki. Ini juga dapat mempererat kesatuan dan persatuan bangsa, menjadikan negeri ini lebih maju dan memiliki sumber daya manusia berkualitas.

Menanamkan rasa nasionalisme pada siswa maupun warga sekolah lainnya dapat melalui beberapa cara berikut ini, mari kita simak bersama.

- Upacara bendera setiap hari Senin

- Memajang foto para pahlawan di ruangan kelas

- Menghapalkan lagu kebangsaan dan lagu-lagu daerah

- Menghapalkan Pancasila dan pembukaan Undang-Undang 1945

- Mengenalkan tokoh-tokoh penting negeri ini.

- Berkunjung ke museum, taman makam pahlawan, menonton film bertemakan kemerdekaan.

- Mengadakan acara sekolah bertajuk nasionalisme, karnaval menggunakan pakaian adat, membuat lomba-lomba yang mengusung tema nasionalisme.

- Menyelipkan nilai nasionalisme melalui pembelajaran sejarah di kelas.

Toleransi

Mengingat negara kita merupakan bangsa yang memiliki budaya penuh dengan keberagaman, tentu saja sangat penting untuk memasukkan nilai toleransi kepada warga sekolah. Apalagi di negara ini isu mengenai agama sangat rentan untuk menuai keributan, semua itu berasal dari rendahnya toleransi.

Cara menerapkan toleransi kepada siswa adalah dengan cara mengadakan kelas inklusi, belajar budaya baru, mengenalkan agama-agama yang ada di Indonesia, memberikan siswa pemahaman tentang berbeda itu indah, berbeda itu yang membuat kita saling melengkapi.

Sikap toleran akan membuat siapapun mudah dalam menjalin kerja sama, kepedulian terhadap kemanusiaan, gotong royong dan lebih cepat mengalami perkembangan baik secara akademik maupun non akademik.

Pentingnya Menghidupkan Tradisi dan Budaya Lokal Melalui Kegiatan Pembelajaran di Sekolah
Sekolah sebagai rumah kedua anak-anak menjadi sangat berperan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya dan tradisi lokal.

Peduli Lingkungan

Sepertinya setiap sekolah tak pernah ketinggalan untuk mengajak para warganya agar peduli dengan lingkungan. Namun, ini menjadi PR yang cukup serius saat siswa maupun guru hanya melakukan “peduli lingkungan” karena formalitas semata. Bagi orang yang memiliki kecerdasan naturalis, peduli lingkungan itu bagaikan panggilan, mereka sangat menghargai alam dann lingkungannya.

Sayangnya tidak semua orang memiliki kecerdasan tersebut. Maka dari itu, peduli lingkungan perlu sekali didisiplinkan. Mengingat anak-anak sekolah masih bisa dibentuk karakternya. Kegiatan berikut ini dapat meningkatkan budaya peduli lingkungan di sekolah, yuk mari diterapkan.

- Piket kebersihan kelas

- Tidak membakar sampah, tetapi memilah sampah

- Kerja bakti di hari tertentu

- Menanam pohon dengan cara terstruktur

- Siswa diwajibkan membawa tanaman hias untuk mempercantik teras kelas

- Menjaga kebersihan toilet

- Memberi sanksi bagi orang-orang yang membuang sampah dengan sembarangan

- Membuat gerakan yang berkaitan dengan sustainable living dan zero waste

- Membuat green-house di lingkungan sekolah

Mudah, bukan? Iya, semua itu butuh proses dan kedisiplinan dalam menerapkannya. Maka dari itu kita perlu segera menerapkan sedini mungkin, mengenalkan budaya-budaya positif yang nantinya juga akan berdampak pada personality para warga sekolah.