Konsep Kepemimpinan Murid yang Perlu Dikembangkan Guru
Tahun ini menjadi tahun kedua pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka ini berangkat dari keprihatinan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, atau yang akrab disapa dengan Mas Menteri. Mas Menteri prihatin, pasca pandemi COVID-19, pendidikan Indonesia mengalami ketertinggalan. Mas Menteri berharap, Kurikulum Merdeka bisa menjadi solusi mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum Merdeka ini berfokus pada pemberian materi esensial, penguatan potensi, dan pengembangan karakter siswa. Kurikulum ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa belajar sesuai minat dan bakatnya masing-masing serta mengembangkan konsep merdeka belajar pada dirinya.
Kurikulum Merdeka ini juga memberikan kebebasan kepada guru untuk mengajar dengan metode yang disesuaikan dengan kondisi siswanya. Apapun metode yang digunakan oleh guru, Kurikulum Merdeka menggunakan pembelajaran yang berbasis pada siswa.
Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka ini juga mengembangkan kepemimpinan murid atau yang dikenal dengan istilah Student Agency. Kepemimpinan murid ini penting agar murid bisa memiliki kebebasan bertanggung jawab dalam proses belajarnya, sesuai dengan konsep merdeka belajar itu sendiri.
Lalu, apa itu kepemimpinan murid? Apa yang perlu dikembangkan oleh guru agar murid-muridnya memiliki kemmapunan Student Agency tersebut? Tulisan ini selanjutnya akan membahas konsep kepemimpinan murid yang perlu dikembangkan guru.
Kepemimpinan Murid (Student Agency)
Kepemimpinan murid hanya bisa tumbuh saat guru menerapkan pembelajaran yang berfokus pada murid. Dalam merancang kegiatan pembelajaran, baik kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler, yang menjadi pertimbangan utama adalah murid itu sendiri.
Pembelajaran yang berfokus pada murid tidak menjadikan murid sebagai individu yang pasif. Murid tidak hanya menerima dan melaksanakan instruksi yang diberikan oleh guru. Sebaliknya, pembelajaran ini menjadikan murid untuk berperan aktif dan terlibat dalam pembelajaran.
Secara alamiah, sebenarnya murid adalah individu yang suka mengamati, suka bertanya, memiliki naluri penjelajah, dan punya rasa ingin tahu tinggi. Dengan rasa ingin tahu serta berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mereka membangun pemahaman tentang diri mereka, orang lain, maupun lingkungan sekitanya. Kesimpulannya, murid memiliki kemampuan mengambil bagian untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Saat murid memahami bahwa dirinya memiliki peran untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, saat itulah tumbuh “agency” dalam dirinya. Agency ini bisa didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya melalui tindakan yang akan diambil.
Menurut Albert Bandura, dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human Agency (2006), seseorang yang memiliki agency (agen), berarti bahwa individu tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan kondisi hidupnya. Pilihan pribadi individu bisa mempengaruhi struktur sosialnya.
Seorang murid dikatakan memiliki student agency apabila mereka mampu mengarahkan pembelajarannya sendiri, membuat pilihan-pilihan belajarnya, menyuarakan pendapatnya, mengajukan pertanyan, mengungkapkan rasa ingin tahu yang dimiliki, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajarnya, mengomunikasikan pemahaman yang dimiliki kepada orang lain, serta melakukan aksi nyata hasil dari proses belajarnya.
Apabila mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh OECD (2019:5), student agency atau kepemimpinan murid ini berhubungan dengan pengembangan identitas dan kepemilikan. Saat murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, dan growth mindset untuk memandu dirinya sendiri dalam meraih kesejahteraan lahir batin (well-being). Ini yang akhirnya memungkinkan mereka untuk bertindak dengan tujuan yang dimiliki untuk memandu proses perkembangan dirinya di masyarakat.
Saat murid memiliki student agency dalam proses pembelajaran, maka hubungan yang terjalin antara muid dan guru berubah menjadi hubungan kemitraan. Guru adalah mitra belajar murid. Ketika murid menjadi mitra belajar guru saat pembelajaran berlangsung, murid akan
- Berusaha memahami tujuan belajarnya;
- Terlibat aktif dalam proses pembelajaran;
- Bertanggung jawab dalam proses pembelajarannya;
- Memiliki rasa ingin tahu dan berinisiatif;
- Membuat pilihan-pilihan terhadap tindakannya; dan
- Memberikan umpan balik satu sama lain.
Kesimpulannya, konsep kepemimpinan murid memiliki makna sebagai berikut.
- Murid memiliki kepemilikan dan tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.
- Murid memiliki inisiatif dan dan pilihan atas apa yang akan mereka pelajari, bagaimana cara mereka belajar, hingga bagaimana mengatur proses belajarnya.
- Murid mampu memilih arah dan cara dalam mencapai tujuan pembelajarannya.
- Guru bisa membantu mendorong dan mengembangkan kepemimpinan murid ini.
Upaya Guru dalam Mengembangkan Kepemimpinan Murid
Upaya apa yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan kepemimpinan murid ini? Ketika murid memiliki student agency, sebagaimana menurut teori Bandura, sejatinya murid memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) saat proses belajarnya. Melalui suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid akhirnya mengembangkan kapasitasnya menjadi pemilik proses belajarnya sendiri.
Di sini, guru bertugas untuk memberikan lingkungan yang bisa menumbuhkan kebiasaan di mana murid mempunyai suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang dipikirkan, niat yang dimiliki, serta bagaimana mereka mewujudkan niatnya juga bagaimana mereka merefleksikan dalam tindakannya.
Upaya guru dalam mengembangkan kepemimpinan murid, dimulai dari bagaimana guru menyikapi suara, pilihan, dan kepemilikan murid.
- Suara (Voice)
Suara adalah ide atau gagasan yang ditunjukkan murid saat terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, sekolah, komunitas, maupun sistem pendidikan di sekitarnya. Mereka berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan dan memengaruhi keputusan tersebut. Hal yang bisa dilakukan guru untuk mempromosikan suara murid dalam pembelajaran adalah:
- Membangun suasana saling mendengarkan;
- Menumbuhkan rasa percaya diri murid, bahwa suara mereka penting dan layak didengarkan;
- Memberi kesempatan kepada murid untuk terlibat dalam proses pemberian umpan balik selama proses pembelajaran;
- Melibatkan untuk memberikan feedback terhadap program-program sekolah;
- Memberikan kesempatan kepada murid untuk bisa saling berdiskusi dan mengungkapkan opininya dalam proses pembelajaran; dan
- Melakukan pembelajaran berbasis proyek.
- Pilihan (Choice)
Pilihan adalah kesempatan yang diberikan kepada murid untuk memiliki peluang-peluang dalam ranah pembelajaran, sosial, maupun lingkungan. Pada ranah pembelajaran, berikan murid pilihan dalam mengakses, berlatih, hingga membuktikan pemahamannya terhadap pengetahuan dan keterampilan sesuai panduan kurikulum yang ada. Sementara itu, pada ranah sosial, berikan kesempatan kepada murid untuk bisa berkelompok.
Melakukan kegiatan berkelompok sesuai dengan tujuan belajarnya. Lalu, untuk ranah lingkungan, berikan murid kesempatan untuk bisa memilih atau mengatur tempat belajarnya sesuai keinginan mereka. Bandura (1997) juga menegaskan bahwa pilihan dapat meningkatkan motivasi dan otonomi murid. Pada akhirnya, pilihan bisa memberikan dampak positif pada efikasi diri murid itu sendiri.
- Kepemilikan (Ownership)
Kepemilikan menunjukkan bahwa murid merasa memiliki dan terlibat aktif dalam proses pembelajarannya. Guru bisa mengembangkan rasa kepemilikkan murid ini melalui:
- Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih kegiatan belajar yang akan dilakukan;
- Memberikan kesempatan kepada murid untuk terlibat aktif dalam pembelajaran; dan
- Memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan refleksi sendiri atas pembelajaran yang sudah dilakukan.
Kepemimpinan murid sangat penting untuk dikembangkan. Melalui kepemimpinan murid ini, pembelajaran akan berjalan secara merdeka, sebagaimana harapan dari Kurikulum Merdeka itu sendiri.
Demikian artikel tentang konsep kepemimpianan murid yang perlu dikembangkan oleh guru. Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam memahami konsep kepemimpinan murid yang perlu dikembangkan guru.