Kelebihan dan Kekurangan Sistem Homeschooling Untuk Anak
Homeschooling merupakan konsep pendidikan yang dijalankan dari rumah oleh orangtua maupun oleh komunitas atau lembaga khusus Homeschooling. Berbeda dengan pendidikan formal, Homeschooling lebih menawarkan pembelajaran yang fleksibel dan disesuaikan dengan potensi anak.
Proses pembelajaran dilakukan dengan membangun pengetahuan, karakter, dan keterampilan anak secara konstruktif dan bermakna sesuai nilai-nilai yang diyakini. Hal ini berbeda dengan pendiddikan formal yang lebih berorientasi pada tujuan sistem dan bersifat instruktif.
Perkembangan Homeschooling dari waktu ke waktu juga mengalamai tren meningkat, hal ini selain karena ketidakpuasan orangtua terhadap sistem pendidikan formal, juga didasari agar anak bisa lebih mudah dipantau dan mampu lebih fokus dengan minatnya dan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua. Selain itu kemudahan akses pembelajaran saat ini juga menjadi faktor mengapa Homeschooling makin lazim dipraktikan oleh orangtua dan berbagai lembaga.
Menurut data Kemendikbud, pada tahun 2015 ada sekitar 11.000 anak Indonesia yang belajar dengan menggunakan metode Homeschooling. Tentunya jumlah tersebut saat ini sudah semakin meningkat, hal ini juga karena menjamurnya berbagai layanan Homeschooling baik konvensional maupun online, serta keterbukaan akses informasi dan sumber belajar yang bisa diperoleh secara mudah dan gratis.
Apalagi legalitas Homeschooling di Indonesia sudah diakui secara undang-undang, yaitu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pemerintah juga mendukung penuh akomodasi dan kesetaraan anak-anak Homeschooling.
Hal ini ditunjukkan dengan penyediaan sumber belajar dan lembaga kesetaraan pendidikan luar sekolah dari pemerintah seperti Sanggar Kegiatan Belajar-Unit Pelaksaanaan Teknis Daerah (SKB-UPTD) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang penyebarannya sampai tingkat kelurahan.
Pemerintah juga mengakomadasi bagi siswa Homeshooling untuk memperoleh ijazah kesetaraan dengan menyediakan ujian kesetaraan paket A (setara dengan SD), paket B (setara dengan SMP), dan paket C (setara dengan SMA). Sehingga bagi orangtua yang menyelenggarakan Homeschooling wajib melaporkan kepada dinas pendidikan atau PKBM setempat.
Meskipun secara dukungan dan regulasi sudah jelas, orangtua perlu memahami bahwa menyekolahkan anak dengan jalur Homeschooling memiliki banyak tantangan dan membutuhkan komitmen yang kuat, karena segala hal perlu direncanakan dan disiapkan sendiri.
Oleh karena itu agar lebih meyakinkan Anda sebelum memutuskan akan memilih jalur pendidikan yang mana untuk anak, maka berikut akan diberikan beberapa poin mengenai kelebihan dan kekurangan dari Homeschooling.
1. Kurikulum Disesuaikan dengan Kebutuhan
Orangtua dapat mengatur tujuan pembelajaran serta kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak dan tujuan pembelajaran. Agar lebih mudah orangtua bisa mengadaptasi kurikulum Homeschooling yang sudah ada untuk kemudian disesuaikan isinya dengan rencana pembelajaran sendiri.
Dengan dapat menyesuaikan kurikulum sendiri tanpa terikat oleh sistem, maka diharapkan proses pembelajaran nantinya bisa lebih memaksimalkan potensi anak dan hasilnya bisa efektif sesuai harapan orangtua.
2. Waktu & Durasi Belajar yang Fleksibel
Orangtua atau lembaga Homeshooling dapat menyesuaikan jadwal pembelajaran setiap hari sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan waktu yang dimiliki orangtua. Orangtua juga dapat menyesuaikan durasi pembelajaran sesuai dengan batas kemampuan anak. Sebab ada anak yang mampu belajar dengan durasi yang lama dan adapula yang sebaliknya.
Durasi dan waktu yang tidak tepat juga berpengaruh dengan efektivitas pembelajaran, sehingga pastikan waktu dan durasi pembelajaran yang diberikan anak tepat sesuai dengan kondisi anak.
3. Belajar Untuk Memahami Bukan Mengejar Nilai
Kemunculan Homeschooling didasari oleh ketidakpuasan orangtua terhadap sistem pendidikan formal. Selama ini pendidikan formal selalu diidentikan dengan kompetisi dan nilai yang bagus. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah siswa mendapatkan nilai dan peringkat yang bagus, tanpa peduli dengan kemampuan dan potensi individu. Padahal dalam teori kecerdasan ganda, setiap anak memiliki bakatnya masing-masing, sehingga tidak bisa disamaratakan.
Pada pembelajaran Homeshooling, anak-anak lebih diarahkan dan dibiasakan untuk membangun pengetahuan dan pengalaman lebih kontekstual, konstruktif dan bermakna. Sehingga anak tidak hanya menghafal dan mengingat saja tapi mampu memahami dan mempraktikan apa yang dipelajari secara nyata dan aplikatif. Dengan kemandirian ini anak bsa tumbuh menjadi individu yang kreatif, kritis dan berkarakter.
4. Pengembangan Potensi & Minat Anak Lebih Maksimal
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa orangtua bebas menentukan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tentu saja dengan kemandirian ini, segala potensi dan minat anak bisa lebih terfokus dan bisa dimaksimalkan.
Orangtua bisa merancang materi, metode, dan sumber belajar yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan anak. Anak yang berbakat di bidang musik bisa difasilitasi oleh orangtua dalam pengembangan minat anaknya tersebut, dengan menyediakan tutor privat, alat musik, dan sumber belajar yang mendukung berkembangnya anak.
Sehingga pelajaran eksak dan akademis, bisa diajarkan untuk mengarah pada bidang yang diminati tersebut dengan berbagai macam variasi dan penyesuaian agar proses pembelajaran tetap nyaman dan menyenangkan, namun tetap efektif.
5. Terhindar dari Pergaulan yang Menyimpang
Saat ini banyak sekali anak-anak pada usia remaja yang terpapar pergaulan bebas. Pada pergaulan remaja saat ini banyak yang sudah terpengaruh narkoba, minuman keras, tawuran, sampai perundungan. Tentu kebiasaan ini akan membawa dampak buruk bagi mental dan moral anak-anak kedepan dan mengancam masa depan mereka.
Dengan berbasis Homeschooling, pengaruh buruk seperti di atas bisa dihindari. Orangtua bisa lebih mudah memantau anaknya, dan bisa lebih menginternalisasikan nilai-nilai moral, agama, dan karakter yang baik kepada anak dengan cara dan metode sendiri. Kualitas dan hubungan dengan anak juga lebih terjaga sehingga akan merekatkan hubungan harmonis diantara orangtua dan anak.
6. Lebih Siap dengan Kehidupan Nyata
Banyak anggapan jika anak Homeschooling akan terbatas lingkungan pergaulannya. Sehingga akan mempengaruhi kemampuan sosialnya. Padahal dalam praktiknya tidaklah demikian.
Dalam proses pembelajaran anak sudah dibiasakan untuk senantiasa belajar kontekstual dan belajar dengan memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitanya. Karena sebenarnya prinsip dari pembelajaran Homeschooling adalah belajar bisa dimanapun, kapanpun , dan dengan siapapun tanpa dibatasi ruang, waktu, dan sistem.
Sehingga orangtua juga bisa merancang program yang berorientasi praktis dan berimplikasi dengan kehidupan nyata. Contohnya seperti program yang dijalankan Homeschooling Kak Seto yang banyak berfokus pada aktivitas di luar ruangan seperti program bakti sosial, kumpul komunitas, edutrip, study refresh,dan lainnya yang selalu menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dan lingkungan sebagai kelasnya.
Selain memiliki kelebihan tentu saja pembelajaran menggunakan Homeschooling juga memiliki kelemahan untuk anak, yaitu diantaranya:
1. Butuh Komitmen yang Tinggi dari Orangtua dan Anak
Pembelajaran Homeschooling yang mana segalanya disiapkan secara mandiri dan memiliki metode dan cara belajar yang relatif berbeda dengan pembelajaran konvensional membuat orangtua harus banyak menyiapkan dan melakukan penyesuaian terkait kurikulum, metode, dan perangkat pembelajaran lainnya secara manual.
Orangtua juga harus memiliki waktu yang banyak agar tetap bisa fokus mengurus Homeschooling untuk anaknya. Seorang anak juga demikian, harus bisa siap untuk memiliki motivasi belajar mandiri yang tinggi, agar tidak selalu bergantung dengan orangtua atau tutor privatnya. Sehingga baik orangtua maupun anak harus sama-sama memiliki visi dan komitmen yang sama dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Sosialiasi dan Interaksi Seumur yang Relatif Rendah
Proses pembelajaran Homeschooling yang hanya melibatkan anak sendiri atau beberapa anak tentu saja akan mempengaruhi kemmampuan interaksi dan komunikasi seumur anak tersebut.
Berbeda dengan kondisi sekolah formal yang memang secara alami lingkungan yang terbentuk dari keberagaman sehingga senantiasa selalu ada interaksi yang terjadi antara sesama siswa.
Walaupun pada pembelajaran Homeschooling juga sudah banyak program yang melibatkan anak pada aktivitas sosial, namun tetap saja apa yang diperoleh dari proses alami dan terbiasa dengan sendirinya akan berbeda dengan yang dikondisikan.
3. Tidak ada Kompetisi yang Membuat Anak Termotivasi
Walaupun sebenarnya kompetisi yang memiliki tujuan hanya mengejar nilai juga tidak sepenuhnya berdampak baik dan efektif, tetapi dengan adanya semangat kompetisi diantara sesama siswa seperti yang terjadi di sekolah formal akan membentuk siswa menjadi seorang yang lebih tangguh dan memiliki semangat yang tinggi.
Hal ini yang tidak terjadi secara alami dalam proses pembelajaran Homeshooling. Karena dalam Homeshooling pembelajaran lebih kepada mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman individu anak untuk mencapai sebuah pemahaman yang bermakna, dan tidak berorientasi pada peringkat dan angka di atas kertas saja.
4. Sulit Beradaptasi dengan Pembelajaran Formal
Tentu saja pada akhir pembelajaran seorang anak akan melalui tahapan evaluasi. Ketika anak ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya terkhusus ingin masuk ke sekolah formal atau perguruan tinggi, pastinya perlu mengikuti ujian kesetaraan guna mendapatkan ijazah kesetaraan sesuai jenjang pendidikannya.
Ketika mengikuti ujian kesetaraan, jenis soal yang dibuat mengikuti standar dan materi yang ada pada pembelajaran formal. Hal ini tentu saja akan menjadi tantangan bagi anak Homeschooling, karena apa yang dipelajarinya selama ini pasti memiliki perbedaan dengan yang ada pada pembelajaran formal.
Sehingga itu, anak perlu lagi melakukan pembelajaran dan penyesuaian dengan materi yang diujikan, agar bisa menjawab seluruh soal dengan tepat. Meskipun pada akhirnya semua tergantung lagi pada kemampuan setiap anak.
5. Kurang Bisa Memahami Pola Kehidupan Sosial
Anak-anak yang belajar dengan Homeschooling tentu saja akan sangat sedikit melakukan interaksi dan berhubungan dengan lingkungannya. Meskipun hal itu bisa disiasati dengan berbagai program-program yang berorientasi sosial. Namun karena sudah terbiasa dengan lingkungan dan nilai-nilai informal, sehingga untuk memahami pola komunikasi, interaksi, dan nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat akan lebih sulit.
Berbeda dengan anak-anak yang secara alami tumbuh dan berinteraksi setiap saat dengan lingkungan sosialnya yang mana lebih bisa memahamai dan beradaptasi dengan nilai dan pola kehidupan sosial masyarakat. Meskipun semua kembali lagi pada pola pembelajaran dan pola kehidupan yang diterapkan orangtua, apakah berbasis nilai-nilai yang terbuka ataukah sebaliknya.
Bapak/Ibu itu dia beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Homeschooling yang perlu dipahami oleh Anda sebagai orangtua yang akan menerapkan Homeschooling untuk anak.
Terpenting sebelum memutuskan proses pendidikan yang akan dijalani oleh anak, apakah berbasis Homeschooling atau formal, maka terlebih dahulu pertimbangkan semua hal dengan baik dan matang. Sehingga tidak menyesal dikemudian hari.
Pastikan keputusan yang diambil oleh Anda adalah yang paling sesuai dan cocok dengan kebutuhan, karakteristik, dan bakat anak.