Mengenal Karakteristik Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum baru yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pasalnya, untuk meningkatkan kualitas pendidikan tentu harus ada perubahan yang harus diikuti dengan baik. Perubahan ini terjadi sebagai upaya agar pendidikan di Indonesia bisa terus maju dan sesuai dengan kebutuhan zaman.

Indonesia sendiri sudah berkali-kali ganti kurikulum mulai dari kurikulum tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, hingga kurikulum 2013. Setiap kurikulum pasti memiliki ciri khas atau karakteristiknya sendiri yang membedakan dengan kurikulum lainnya. Meskipun begitu, setiap kurikulum pasti memiliki satu tujuan, yaitu untuk memenuhi standar mutu pendidikan.

Perubahan kurikulum terhitung hampir setiap lima tahun sekali. Namun, bisa juga lebih cepat atau lebih lama. Kurikulum merdeka ini direncanakan akan menjadi lirik nasional pada tahun 2024. Meski begitu, pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nadiem Makarim mengatakan jika kurikulum ini bisa mulai dilaksanakan tahun ajaran 2022. Dengan begitu, sekolah melakukan learning journey dan sebagai proses adaptasi agar bisa lebih siap dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka.

Mengenal Kurikulum Merdeka Lebih Jauh

Sebelum mengimplementasikan kurikulum merdeka dalam pembelajaran, sekolah harus mengenal kurikulum Merdeka lebih jauh, mulai dari apa saja perubahan di dalamnya, apa yang harus dipersiapkan, hingga bagaimana cara mengimplementasikannya.

Sebelumnya, Kurikulum Merdeka ini disebut dengan Kurikulum Prototipe. Kurikulum ini adalah kurikulum yang fleksibel. Selain itu, kurikulum ini juga fokus terhadap materi esensial, pengembangan karakter serta kompetensi murid, dan student centered learning atau berfokus pada siswa.

Kurikulum Merdeka dirasa menjadi pilihan yang tepat untuk mengembalikan semangat belajar siswa serta untuk mengembangkan kompetensi siswa dengan baik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Pasalnya, selama pembelajaran pandemi Covid-19, tak sedikit siswa Indonesia yang mengalami learning loss atau ketertinggalan pembelajaran. Harapannya, Kurikulum Merdeka ini bisa mengatasi krisis pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

Lantas, apa alasan dibutuhkannya kurikulum merdeka?

Indonesia sendiri sudah mengalami krisis pembelajaran cukup lama. Hasil studi menunjukkan bahwa masih banyak anak Indonesia yang tidak bisa menerapkan konsep matematika dasar serta memahami bacaan sederhana, padahal kedua hal tersebut merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Kedua kemampuan tersebut dikenal dengan kemampuan literasi dan numerasi.

Salah satu karakteristik dari Kurikulum Merdeka, yaitu fokus terhadap materi esensial (literasi dan numerasi). Dengan begitu, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang lebih baik.

Karakteristik Kurikulum Merdeka

Pada tahun ajaran baru 2022/2023, sekolah bisa menerapkan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan sekolah. Hal ini dilakukan agar pada tahun 2024 atau ketika Kurikulum merdeka dilaksanakan, sekolah sudah siap melaksanakannya.

Agar semakin optimal dalam penerapan kurikulum merdeka, Anda harus mengetahui beberapa karakteristik kurikulum merdeka seperti berikut.

1. Fokus Terhadap Materi yang Esensial

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Kurikulum Merdeka ini lebih fokus terhadap materi esensial. Oleh karena itu, beban belajar di setiap mata pelajaran menjadi lebih sedikit. Hal ini menunjukkan Kurikulum Merdeka lebih mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas.

Tujuan Kurikulum Merdeka fokus terhadap materi esensial agar guru memiliki waktu yang lebih banyak untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif serta kolaboratif. Beberapa contoh metode itu adalah pembelajaran dengan diskusi dan argumentasi, pembelajaran project based learning, dan problem based learning.

Jika materi yang diajarkan esensial, guru jadi memiliki waktu lebih banyak untuk memperhatikan proses pembelajaran siswa lebih optimal, misalnya dalam menerapkan asesmen formatif. Dengan demikian, guru bisa mengetahui kemampuan awal siswa dan mampu memahami kebutuhan belajar siswa. Akhirnya, guru dapat mengajar dan memberi tugas dengan tepat sesuai kemampuan dan karakteristik siswa.

Hasil dari pengajaran materi esensial juga dirasakan oleh sekolah. Sekolah jadi memiliki banyak ruang untuk menggunakan materi konseptual sesuai dengan isi dan misi sekolah serta lingkungan di sekitarnya. Sekolah bukan lagi menekankan pencapaian siswa yang begitu banyak, tetapi fokus terhadap softskill. Dengan demikian, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan. Sekolah dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa lebih baik untuk membantu menyiapkan masa depan mereka.

2. Lebih Fleksibel

Kurikulum Merdeka dinilai lebih fleksibel dibandingkan kurikulum sebelumnya. Artinya, guru, siswa dan sekolah lebih "merdeka" dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Sebagai contoh, siswa tidak lagi belajar di kelas dengan membaca buku atau sekadar menghafal, tetapi siswa bisa belajar di mana saja untuk membuat suatu karya atau proyek.

Selain itu, dalam Kurikulum Merdeka, kompetensi atau capaian pembelajaran tidak lagi ditetapkan untuk setiap tahun melainkan setiap fase. Salah satu contoh fase adalah SD menetapkan capaian fase A di akhir kelas 2, fase B di akhir kelas 4, serta fase C di akhir kelas 6. Hal ini membantu guru untuk lebih leluasa merancang alur pembelajaran serta kecepatan belajar yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.

Dalam Kurikulum Merdeka, jam pelajaran juga berubah dari pukul 13.00—14.00. Jam pembelajaran ini tidak ditargetkan per minggu, tetapi untuk per tahun. Dengan begitu, sekolah bisa merancang kurikulum operasionalnya lebih fleksibel.

Siswa tingkat SMA sederajat dan paket C kelas 11 dan 12 dibebaskan memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan kata lain, Kurikulum Merdeka tidak lagi menyekat siswa SMA berdasarkan jurusan, tetapi lebih fleksibel. Siswa dibebaskan memilih mata pelajaran yang ingin difokuskannya.

3. Tersedia Perangkat Ajar yang Cukup Banyak

Dalam Kurikulum Merdeka, guru juga dibebaskan untuk menggunakan perangkat ajar yang cukup banyak, mulai dari buku teks, asesmen literasi dan numerasi, modul ajar, dan lain-lain. Selain itu, Kemdikbud mengeluarkan aplikasi android dan website, yaitu platform Merdeka Mengajar yang bisa digunakan guru sesuai keperluan. Ada pula modul pelatihan yang dapat diikuti guru dan kepala sekolah.

Itulah tiga karakteristik Kurikulum Merdeka yang perlu Anda ketahui. Ketiga karakteristik tersebut membantu sekolah dan guru merancang pembelajaran yang lebih optimal menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Kurikulum Merdeka menginginkan pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan siswa secara holistik menjadi Pelajar Pancasila dan siap menghadapi masa depan lebih baik.

Menjalankan Kurikulum Merdeka butuh persiapan yang matang. Salah satu bentuk persiapannya adalah dengan meningkatkan kompetensi pendidik melalui pelatihan. Untuk mengikuti pelatihan, kini guru dapat menggunakan internet sebagai sarananya. Salah satu sarana pelatihan guru yang ada di internet contohnya adalah Kejarcita.id. Kejarcita.id merupakan lembaga yang bergerak di bidang pendidikan untuk memberikan layanan pelatihan dan pendampingan ke sekolah. Dengan demikian, sekolah dapat bersiap-siap untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kejarcita.id juga menjadi platform yang menjawab kebutuhan guru mulai dari merencanakan, melaksanakan dan evaluasi pembelajaran.