Cara Tepat Menyikapi Perbedaan Pendapat dengan Anak agar Tak Salah Paham
Memiliki anak yang dapat berpikir kritis saat menyikapi suatu hal pasti menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap orangtua. Namun, kadang kala karena kemampuan berpikir kritisnya masih dalam tahap perkembangan, tak jarang si kecil kerap kali mengeluarkan pendapat yang mungkin membuat Anda jengkel. Misalnya seperti mengomentari penampilan Anda, padahal tidak ada yang salah dengan penampilan Anda sendiri.
Seperti saat anak tidak setuju ketika menyaksikan ibunya hadir di sekolah dengan mengenakan kaos dan celana jeans. Si anak memprotes cara berpakaian ibunya. Namun, si ibu justru bersikeras menganggap bahwa itu sudah sopan dan sesuai selera dandanannya. Keduanya saling bersitegang dengan alasan masing-masing.
Tak ada yang mau mengalah sehingga perdebatan panjang dan ketegangan suasana pun berlangsung. Ketika akhirnya si ibu dapat memenangkan perdebatan, tentu bukanlah itu yang diharapkan.
Ada hal yang lebih bijak dilakukan orangtua ketimbang bertahan mencari kemenangan dalam perdebatan itu. Sebab, bagaimanapun ia menang, tetap saja si anak akan mengalami kekecewaan dan kelak jika ia memiliki kekuatan maka dendam untuk melawan pun akan muncul kembali.
Orangtua mestinya harus menyadari alasan anak-anak sampai melakukan protes kepada sebuah kebijakan atau perilaku orangtua. Tentu ada hal yang dirasakan kurang nyaman bagi diri anak itu.
Yang tak kalah penting, bentuk protes, perlawanan, dan perbedaan pandangan itu mestinya tidak dinilai sebagai sikap negatif. Melainkan harus dipandang sebagai indikator perkembangan keterampilan berpikir kritis anak. Ketika kemudian anak memiliki pendapat dan pandangan berbeda, itu sangat wajar.
Pada usia sekolah, anak biasanya sudah mulai mampu mengutarakan pendapatnya. Jika suatu saat pendapat Anda tidak seirama dengan pendapat anak, maka sebaiknya Anda tidak segera menghakimi mereka. Biarkan mereka menyampaikan pendapatnya dengan bebas. Sebab, secara perlahan anak tengah belajar menyampaikan gagasan dan kritikannya, sehingga orangtua harus bisa belajar untuk menerimanya.
Anak yang masih duduk di bangku sekolah belum memiliki kemampuan komunikasi dan pengendalian emosi yang matang. Akibatnya, yang terjadi adalah anak merasa kurang berarti dan orangtua merasa bahwa segala hal yang mereka lakukan adalah benar. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk belajar berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu. Apalagi melakukan sesuatu yang menyangkut kepentingan anak-anak.
Cara Menyikapi Perbedaan Pendapat dengan Anak
Jika mengalami perbedaan pendapat, orang tua perlu mencari cara bijak dalam menghadapinya. Berikut beberapa cara tepat menyikapi perbedaan pendapat dengan anak, agar tak salah paham.
Emosi
Nyatanya, emosi tidak dapat menyelesaikan sebuah perbedaan pendapat dalam keluarga. Emosi yang mudah terpancing hanya akan memunculkan perselisihan saja. Alangkah baiknya ketika perbedaan pendapat terjadi baik orangtua dan anak bisa mengendalikan dirinya sendiri agar tidak terpancing emosi.
Sabar
Dalam menghadapi perbedaan pendapat, penting bagi seseorang untuk memiliki sikap yang sabar. Dengan kesabaran tersebut, setiap orang dapat mengendalikan dirinya dengan baik, perasaannya juga akan lebih tenang dalam menanggapi setiap pendapat yang berbeda atau ketika sedang menyampaikan pendapatnya sendiri.
Fokus pada Masalah
Salah satu faktor yang sering menjadi pemicu permasalahan di dalam keluarga yaitu karena adanya perbedaan pendapat. Anggota keluarga yang tidak mampu mengendalikan dirinya dan kerap mengungkit permasalahan lain membuat keadaan menjadi lebih panas. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu fokus pada masalah yang sedang dibahas. Jangan membahas hal-hal yang tidak bersangkutan, karena itu hanya akan memperkeruh masalah.
Mendengar dan Menghargai
Agar masalah dapat diselesaikan dengan baik, penting bagi setiap anggota keluarga dapat saling mengerti. Pada kesempatan ini, setiap anggota keluarga mau saling mendengarkan pendapat masing-masing, menghargai setiap pemikiran, dan kemudian mencari jalan keluar terbaik dari masalah tersebut.
Sikap saling menghargai dibutuhkan dalam mencari jalan keluar. Hal ini dikarenakan, penyelesaian dari perbedaan pendapat tidak selalu benar-benar sesuai dengan pemikiran dan kehendak setiap anggota keluarga. Penting bagi orangtua untuk memberikan pengertian yang baik agar bisa menghargai solusi dari masalah tersebut.
Sepakat untuk Tidak Sepakat
Mempertahankan suatu pendapat adalah hal yang wajar untuk dilakukan. Sikap yang tidak wajar adalah memaksa orang lain untuk menyakini pendapatnyalah yang benar. Situasi akan semakin memburuk jika semua anggota keluarga memilih untuk keras kepala, tidak mau berunding sama sekali.
Langkah pertama untuk menyikapi perbedaan pendapat antara orangtua dan anak adalah menyepakati perbedaan tersebut. Sepakatlah untuk ketidaksepakatan yang ada dalam keluarga. Semua orang harus menerima fakta bahwa orang terdekat seperti orangtua dan anak pun bisa memiliki sudut pandang berbeda.
Berikan Ruang Pribadi bagi Orang Lain
Setiap orang membutuhkan ruang untuk dirinya sendiri. Ketika ada kejadian di mana sesuatu tidak sesuai dengan keyakinan diri sendiri, maka ambillah waktu dan ruang untuk berpikir jernih.
Hal yang sama berlaku pada setiap anggota keluarga, termasuk orangtua dan anak. Setiap orang berhak memiliki pandangannya sendiri. Jika terus memaksakan sudut pandang seseorang dan tidak menghargai ruang pribadi orang lain, situasi ini akan memicu terjadinya konflik yang serius.
Mengabaikan Isu Perbedaan yang Tidak Diperlukan
Saat Anda berselisih paham dengan anak, pikirkan kembali apakah perdebatan tersebut memang diperlukan. Baiknya hindari memperdebatkan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik, tidak perlu beradu pendapat dengan nada tinggi.
Waktu dan energi yang dimiliki bisa dilakukan ke hal-hal yang lebih berguna. Misalnya, melakukan kegiatan menyenangkan bersama antara anak dan orangtua untuk mempererat ikatan emosional satu sama lain.
Orangtua Harus Mawas Diri
Ketika anak-anak menyampaikan kritik atau protes atas kebijakan atau perilaku orangtua hendaknya kita harus mengedepankannya. Orangtua harus berani bercermin, mawas diri, apakah memang tidak pantas atau kebijakan kurang tepat.
Orangtua hendaknya berani berintropeksi dan menerima kritik orang lain termasuk dari anak-anaknya. Barangkali ada benarnya apa yang disampaikan itu. Ketidakberanian untuk mawas diri inilah yang menyebabkan kita menjadi tak mau menerima kritik dari orang lain.
Apalagi jika kritik itu disampaikan oleh anak-anak. Serasa orangtua menjadi orang yang kalah dihadapan anak-anak. Atau kadang kita merasa tak lagi berwibawa. Padahal itu adalah kekeliruan besar. Sebab kejujuran anak adalah murni dari hati sanubarinya.
Mengakhiri Pembicaraan
Ketika nada bicara mulai meninggi, semua orang saling memaksakan kehendaknya masing-masing, dan suasana rumah semakin negatif karena adanya perbedaan pendapat, maka inilah waktu yang tepat untuk mengakhiri pembicaraan.
Pada kesempatan ini, orangtua dapat kembali ke prinsip awal, yaitu sepakat untuk tidak sepakat. Setiap anggota harus setuju bahwa ada perbedaan pendapat. Perhatikan juga gestur dan nada bicara yang dipakai ketika mengakhiri pembicaraan.
Jangan memotong perkataan anak yang dapat membuat mereka tersinggung. Anda dapat mengatakan, "Saya baru menyadar hal itu. Baiklah, coba saya pikirkan terlebih dahulu, ya."
Perbedaan pendapat antara orangtua dan anak tak selalu berarti buruk. Hal ini bisa menjadi pelajaran baru yang berharga bagi setiap anggota keluarga, terutama bagi anak-anak yang sedang giat meniru sikap orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Perbedaan pendapat tidak selalu buruk, karena pada akhirnya keluarga adalah orang-orang terdekat yang paling bisa memahami satu sama lain. Seharusnya, perbedaan pendapat tidak menjadi pemicu retaknya hubungan keluarga yang telah terjalin erat.
Semoga artikel ini bisa membantu Anda dalam menghadapi perbedaan pendapat dengan anak. Harapannya cara-cara yang telah dijelaskan di atas tidak membuat perbedaan antara Anda dengan anak berujung pada kesalahpahaman.