Cara Mengkritik yang Membangun Siswa

Tentu saja dalam proses belajar mengajar akan ditemui berbagai karakter siswa, berbagai latar belakang dan pola asuh, sehingga terjadi banyak perbedaan dan nantinya dapat menimbulkan konflik. Ada yang bertengkar memperebutkan bangku, persaingan sosial, persaingan nilai, dan konflik-konflik antar siswa lainnya. Ada pula konflik yang berkaitan dengan siswa dan guru, siswa dengan cara belajarnya, dan siswa dengan warga sekolah lainnya.

Di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas baiknya guru tetap menjadi orang tua kedua dalam mendidik murid-muridnya. Orang tua kedua artinya harus dipatuhi dan disegani sebagaimana mereka menghadapi orang tuanya di rumah.

Namun, banyak sekali yang terjadi, siswa di sekolah dan di rumah memiliki karakter yang berbeda. Mungkin karena di rumah terlalu dikekang dan di luar rumah ia bebas menjadi diri sendiri atau sebaliknya. Harus ada komunikasi antara wali murid dan wali kelas untuk mengetahui perkembangan siswa tersebut.

Jika terjadi masalah dan kekurangan siswa, guru berhak melemparkan kritik agar siswa tetap berada dalam jalur yang benar. Namun, tidak sedikit peserta didik yang tersinggung ketika ia dikritik oleh gurunya.

Bisa saja ia merasa harga dirinya dijatuhkan karena kritik yang disampaikan mempermalukannya, hingga siswa sendiri memiliki rasa benci pribadi kepada gurunya. Bukannya membangun siswa, malah menimbulkan ketidaknyamanan bagi mereka. Tak sedikit malah banyak siswa melawan guru ketika dikritik dan melakukan hal-hal yang menentang kritik tersebut.

Lalu bagaimana cara mengatasi permasalahan ini? Mari simak cara menyampaikan kritik tanpa melukai siswa.

1. Pastikan Dilakukan Tidak Di Depan Umum

Berkaitan dengan self-esteem siswa, setiap manusia memiliki self-esteem atau harga diri yang harus dijaga kepositifannya. Siswa yang memiliki self-esteem negatif, akan memengaruhi rasa percaya dirinya. Kritiklah siswa secara empat mata. Bagaimana caranya? Guru harus melakukan pendekatan personal ketika akan menyampaikan kritiknya. Guru bisa memberi "kepercayaan" siswa untuk membawakan tugas dan buku untuk dibawa ke ruang guru. Ajaklah berbicara dengan baik lalu sampaikan kritiknya.

Cara ini menghindari siswa dipermalukan di depan teman-temannya. Harga diri siswa tetap terjaga dan rasa percaya dirinya tetap positif. Menghargai self-esteem siswa artinya menghargai dia sebagai manusia yang utuh.

2. Apresiasi Kelebihannya Terlebih Dahulu

Setiap individu terlahir memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga para peserta didik. Ketika Anda ingin mengkritik, pastikan terlebih dahulu mengapresiasi kelebihannya, misalnya

"Andi, kamu berbakat sekali di bidang seni. Ibu bangga sekali denganmu, lukisanmu keren ya. Tapi coba juga mengasah kemampuan matematikanya, nanti kalau kamu jadi pelukis terkenal, uangmu akan banyak dan kamu harus bisa menghitung uangmu. Nanti kalau ada orang jahat mengambil uangmu, kalau kamu tidak bisa berhitung kan rugi besar" .

Bisa juga dengan contoh lain seorang anak yang tidak mau menolong teman sebangkunya yang sedang terjatuh dan mengacuhkannya bisa gunakan kalimat berikut ini:

"Dinda, Ibu bangga punya murid seperti kamu yang cita-citanya mulia sekali ingin menjadi dokter. Dokter kan suka menolong sesamanya ya. Dinda bisa belajar mulai dari sekarang loh menolong orang. Caranya dengan membantu teman yang sedang terjatuh, tanyakan apa dia, baik-baik saja. Bisa juga ajak dia untuk ke UKS kalau dia terluka, kan kamu calon dokter masa depan, jadi cocok sekali bukan?" Cara ini membuat murid "Dinda" merasa tersanjung dan tidak tersinggung dalam menerima kritik gurunya.

7 Peran Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Guru memiliki peran penting di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Sampaikan Kritik Dengan Bahasa yang Tidak Menyinggung

Perkataan seringkali bisa lebih tajam dari pisau, terutama ketika melontarkan kritik. Namun, semua manusia tidak ingin dilukai dengan kata-kata pedas. Bukannya membangun, malah melukai dan menimbulkan dendam berkepanjangan. Ketika menyampaikan kritik pada siswa, gunakan bahasa yang tidak melukainya. Fokuslah pada isi informasinya, bukan fokus pada rasa kesal Anda dalam menghadapi murid.

Misalnya Anda mendapati siswa yang membolos, tentu saja Anda kesal dan ingin mengkritiknya. Redam emosi dan kelola bahasa yang baik. Contoh penyampaiannya bisa seperti ini

"Doni, saya tahu kamu bosan di kelas Bahasa Inggris, tetapi kalau kamu bolos nilaimu bisa kosong dan kalau tidak naik kelas malah akan mempersulit kamu di masa depan. Ibu paham kelas tersebut membuatmu mengantuk, kamu bisa cuci muka setiap satu jam sekali dan izin pada guru pengampunya." Gunakan nada yang bersahabat, tunjukkan keberpihakan dan empati.

4. Tunjukkan Kepedulian Anda

Sebagai tenaga pengajar, pastinya akan merasakan kelekatan juga pada peserta didik. Sudah dianggap sebagai anak atau adik sendiri, sehingga akan membuat Anda selalu menunjukkan rasa peduli. Rasa peduli tersebut biasanya berupa omelan yang membuat mereka kesal. Mulai sekarang Anda dapat mengubah rasa peduli tersebut dengan cara yang lebih mudah diterima.

Tunjukkan rasa peduli Anda dengan kekurangan dan kelebihan mereka. Tunjukkan bahwa kritik Anda merupakan bentuk kasih sayang. Misalnya satu kelas kompak tidak mengerjakan tugas, jangan serta merta marah. Ajaklah mereka mengenali rasa peduli Anda, adanya tugas tersebut diadakan demi kemajuan mereka. Lalu tanyakan apa kesulitan mereka, yang mana akan membantu Anda dalam memperbaiki pola penyampaian materi dan tugas.

5. Tawarkan Solusi

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, selain menunjukkan rasa peduli, Anda juga wajib menawarkan solusi. Mengikuti contoh sebelumnya, seluruh siswa tidak mau mengerjakan tugas karena mereka anggap terlalu berat. Setelah Anda menanyakan apa saja kesulitan mereka, maka akan punya titik temu solusi. Berlaku juga pada konflik-konflik pribadi antar siswa dan lainnya, selalu tawarkan solusi yang dapat menjadi penengah. Hal ini dapat mengurangi rasa tidak nyaman siswa dan mereka lebih mau berusaha.

6. Pakai Empati Anda dan Menjadi Pendengar yang Baik

Sebagai guru, Anda pasti pernah juga menjadi siswa. Coba lebih menggunakan empati sehinga Anda memahami apa yang mereka rasakan. Empati akan membantu Anda menemukan solusi dalam membantu mereka para siswa. Setelah itu jadilah pendengar yang baik, dengan begitu siswa akan merasa lebih dihargai dan keinginan untuk perbaikan diri juga tumbuh.

Sebab dan Cara Mengatasi Murid Yang Menyontek
Kebiasaan menyontek ini sepertinya berlaku secara universal ya. Kebiasaan ini bahkan ada diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh McCabe ke 24.000 siswa di 70 SMA, ditemukan fakta bahwa 64% siswa suka menyontek saat ujian.

7. Beritahu Konsekuensi Kesalahan

Sebagian besar siswa akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat karena memiliki dampak rasa nyaman. Dalam psikologi, Ivan Pavlov menjelaskan bahwa individu akan mengulangi perbuatan yang memiliki dampak menyenangkan bagi mereka. Contohnya membolos, mereka merasakan kebebasan dan tidak memiliki beban mencerna pelajaran. Maka dari itu, sebagian besar dari mereka akan mengulanginya. Anda harus memberitahu konsekuensi negatifnya.

"Saya paham kalian membolos karena bosan di kelas, ingin bermain dan bersenang-senang. Memang kelas matematika itu memusingkan, tapi kalian juga harus tahu konsekuensi lain kalau kalian membolos. Ada peraturan sekolah jika membolos akan mendapat hukuman, belum lagi kalian juga ketinggalan pelajaran. Kalau ketinggalan pelajaran nilai kalian akan turun, kalau nilai turun artinya terancam tidak lulus, kalau tidak lulus kalian akan ketinggalan jauh sama teman-teman kalian. Kalaupun bisa lulus dengan nilai pas-pasan, apa nggak sayang kalau kalian tidak masuk kampus yang kalian inginkan?"

Itulah 7 cara mengkritik siswa yang membangun. Tentu saja Anda wajib mengapresiasi perubahan positif pada siswa-siswi yang telah mendapatkan kritik. Hal ini menunjukkan Anda telah berhasil membangun mereka tanpa menyakiti mereka. Beri reward jika Anda merasa itu dibutuhkan.