Cara Mengembangkan Asesmen Sumatif di Kelas
Asesmen merupakan tahapan yang tidak boleh terlewatkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Istilah ini seharusnya tidak asing di dunia pendidikan, terutama bagi guru. Lagi pula, asesmen menjadi salah satu bagian dari kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan kurikulum Merdeka. Dengan menggantikan pelaksanaan Ujian Nasional, Asesmen Kompetensi Minimum menjadi pengukur penjaminan mutu pendidikan di sekolah. Ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan asesmen di sekolah amatlah penting. Lalu, apakah yang dimaksud dengan asesmen?
Pengertian Asesmen
Asesmen berasal dari kata assesment (bahasa Inggris), yang berarti 'penilaian'. Pengertian asesmen menurut Lidz (2002) ialah proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak, meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting sesuai kebutuhan anak. Di sisi lain, menurut Robert M. Smith, asesmen adalah suatu penilaian komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan. Hasil penilaian itu digunakan untuk layanan pendidikan sesuai anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran menginterpretasi hasil pengukuran.
Permendikbud Nomor 53 tahun 2015 berisi bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi atau bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa asesmen pembelajaran merupakan proses pengumpulan informasi untuk mengetahui kemampuan peserta didik, baik kelemahan maupun kelebihannya. Hasil dari proses penilaian digunakan untuk menyusun rancangan pembelajaran dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Jenis Asesmen
Berdasarkan aspek waktu pelaksanaan dan tujuannya, asesmen dibagi menjadi tiga jenis. Jenis-jenisnya ialah asesmen diagnosis, asesmen formatif, dan asesmen sumatif.
Asesmen diagnosis adalah penilaian yang dilakukan oleh guru di awal pembelajaran. Tujuan dari proses asesmen diagnosis ini untuk mengetahui kompetensi dan melihat sejauh mana perkembangan belajar peserta didik, baik segi kognitif maupun nonkognitif. Hasil asesmen ini digunakan untuk referensi guru dalam menentukan strategi pembelajaran dengan memetakannya sesuai kebutuhan peserta didik.
Upaya penilaian berikutnya ialah dengan asesmen formatif. Asesmen ini digunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Definisi asesmen formatif menurut Popham (2009) ialah sebuah proses terencana yang menghasilkan bukti-bukti kondisi belajar siswa. Bukti-bukti tersebut kemudian digunakan oleh guru untuk melakukan penyesuaian pada pembelajaran yang sedang berlangsung atau juga digunakan oleh siswa untuk menyesuaikan teknik belajar mereka.
Asesmen sumatif merupakan penilaian yang dilakukan di akhir program pembelajaran. Proses asesmen sumatif ini digunakan dalam menentukan kualitas belajar siswa secara keseluruhan. Dengan asesmen ini, guru dapat mengetahui gambaran hasil belajar peserta didik. Guru dapat mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran, pemahaman materi, atau kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta didik. Asesmen sumatif ini digunakan sebagai bahan laporan hasil belajar peserta didik. Asesmen inilah yang umumnya dijadikan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas atau kelulusan.
Asesmen Sumatif
Perbedaan dari setiap asesmen dapat terlihat jelas pada waktu pelaksanaannya. Asesmen sumatif termasuk paling umum dan sering dilakukan guru di sekolah. Nah, kali ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai pelaksanaan asesmen sumatif.
Pelaksanaan asesmen sumatif akan menghasilkan nilai atau angka yang digunakan sebagai keputusan mengenai hasil belajar peserta didik. Hasil asesmen ini meliputi beberapa mata pelajaran yang telah diajarkan guru. Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan. Asesmen ini umumnya dilaksanakan dengan menggunakan sejumlah tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu. Contoh-contoh tes itu ialah ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, atau ujian sekolah.
Hasil pelaksanaan asesmen sumatif memang tidak memberikan dampak secara langsung pada kegiatan pembelajaran. Namun, sering memengaruhi keputusan yang mungkin memiliki konsekuensi bagi peserta didik dalam belajar. Hasil asesmen sumatif pada peserta didik lebih diperhitungkan dalam pengolahan nilai rapor. Selain itu, hasil penilaian sumatif juga dapat digunakan untuk merumuskan tujuan dan kegiatan pembelajaran selanjutnya serta mempertimbangkan kelanjutan belajar siswa ke jenjang yang lebih tinggi.
Kegiatan yang Dapat Dilakukan saat Asesmen Sumatif
Fungsi dari asesmen sumatif, yaitu pengukuran kemampuan dan pemahaman dalam pembelajaran, sebagai sarana memberikan umpan balik kepada peserta didik. Tidak hanya itu, hasil asesmen sumatif juga dapat dijadikan umpan balik kepada staf akademik sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar pemantauan staf akademik, dan sarana untuk memotivasi peserta didik.
Dalam menjalankan asesmen sesuai fungsinya, cara yang dapat dilakukan ialah dengan tes tertulis dan atau tidak tertulis. Melakukan asesmen secara tes tertulis dapat dilakukan guru dengan mengajak peserta didik merefleksikan pembelajaran, membuat produk (jurnal, esai, poster), atau melakukan ujian tertulis. Di sisi lain, asesmen sumatif tidak tertulis pada peserta didik bisa melalui kegiatan diskusi kelompok di kelas, membuat pertunjukan drama, penilaian pada produk yang dibuat, presentasi materi atau hasil tugas, hingga tes lisan.
Asesmen sumatif juga dapat dilakukan dengan cara nontes. Jika guru ingin mendapatkan hasil di ranah afektif, ia dapat melakukan asesmen nontes melalui observasi (pengamatan), proyek, daftar periksa, skala sikap, atau angket. Kemudian, hasil perkembangan kognitif dan psikomotor dapat dikumpulkan melalui portofolio.
Tes yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis biasa dikenal guru dalam kegiatan pembelajaran secara umum. Guru bisa juga menggunakan sejumlah cara lain seperti berikut ini.
- Tes perbuatan
Teknik ini menuntut siswa untuk menunjukkan hasil belajarnya. Tes ini dapat dibedakan menjadi tes penilaian terhadap penampilan kinerja dan penilaian terhadap produk yang dibuat peserta didik.
- Pengamatan
Biasanya dilakukan guru atau peserta didik dengan objek perilaku mengamati kemampuan peserta didik, misalnya ketelitian menghitung dan cara mengerjakan tugas tertentu.
- Skala sikap
Teknik penilaian ini berupa sejumlah pernyataan sikap tentang suatu objek yang dinyatakan secara berskala. Misalnya skala sikap terhadap kerja sama atau kedisiplinan.
- Angket
Berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tertentu, misalnya kebiasaan siswa di rumah.
- Portofolio
Teknik untuk dapat menilai peserta didik, guru perlu mengumpulkan berbagai dokumen dan hasil karyanya. Selanjutnya, guru membuat catatan perkembangan belajar siswa yang disusun secara sistematis per mata pelajaran.
- Tugas
Tugas dapat meliputi kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kelas, misalnya membuat ringkasan cerita, mencari narasumber dan melakukan wawancara, menulis cerita, dan mengamati objek.
- Proyek Penilaian
Proyek yang dilakukan peserta didik bisa meliputi kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan.
Langkah Melaksanakan Asesmen Sumatif dan Cara Mengembangkannya
Dalam melaksanakan asesmen sumatif, guru biasanya melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
- Guru telah menuntaskan rencana pembelajaran yang dibuat dan menyampaikan semua materi sesuai capaian yang diharapkan.
- Membuat konsep dan rumusan pelaksanaan asesmen berdasarkan tujuan pembelajaran.
- Menyusun panduan penilaian yang digunakan sebagai dokumentasi, referensi, dan laporan lengkap hasil kinerja peserta didik dalam pembelajaran.
- Memberikan arahan atau petunjuk pelaksanaan penilaian pada peserta didik.
Guru dapat melakukan kombinasi teknik penilaian agar pelaksanaan asesmen sumatif lebih variatif dan mendapatkan hasil dari berbagai ranah kemampuan peserta didik. Sebagai contoh, untuk mengetahui kemampuan siswa berpikir kritis dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat menggunakan tes tidak tertulis melalui wawancara. Peserta didik dapat diminta mencari jawaban atas narasi atau persoalan yang disajikan guru. Selanjutnya, dengan menggali informasi dari sumbernya langsung, peserta didik mencari pemecahan masalahnya, yang kemudian dipresentasikan atau ditunjukkan dalam hasil produk pada teman sekelas.
Dengan memperhatikan cara mengembangkan asesmen sumatif untuk peserta didik, guru dapat mendapatkan hasil penilaian yang lebih lengkap dan jelas dari berbagai ranah. Guru juga bisa menyalurkan kreativitas yang bermanfaat untuk membantunya bekerja lebih profesional. Jadi, apakah sudah terpikirkan ingin mengembangkan asesmen sumatif seperti apa?