Cara Mengajarkan Sopan Santun Siswa di kelas
Sopan santun merupakan salah satu wujud norma perilaku bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Dalam "Teori Behaviors" dinyatakan bahwa perilaku seseorang itu bisa diamati dan dijelaskan sebagai wujud respon dari berbagai macam pengalaman stimulus yang pernah dialami. Jadi perilaku merupakan bagian dari budi pekerti yang tidak lain adalah cermin kepribadian seseorang dan terlihat oleh orang lain baik dalam perbuatan maupun interaksi terhadap lingkungannya. Perilaku peserta didik antara lain adalah moral, sikap beragam, sosial, emosi, disiplin, dan konsep diri.
Menurut Hartono dalam buku berjudul Sopan Santun dalam Pergaulan, bahwa sopan santun merupakan suatu kebiasaan baik dan lingkungan menyepakatinya. Santun bisa diartikan sebagai norma atau wujud sikap sangat hormat. Sopan santun juga merupakan bagian dari etika dan bersifat lebih umum daripada moral. Etika digunakan untuk menganalisis suatu nilai sedangkan moral digunakan untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk.
Di masa revolusi industri 4.0 ini hampir setiap peserta didik memiliki gadget atau gawai yang bisa diakses selama 24 jam berada dalam genggaman mereka. Informasi yang mereka dapatkan dari berbagai sumber seperti dari mesin pencari ataupun media sosial sangat mudah diperoleh dan diunduh secara gratis. data yang diunduh dari hanya berupa file teks, gambar, hingga film. Seluruh informasi yang mereka dapatkan bisa berupa hal-hal positif atau negatif menurut standar budaya masyarakat kita.
Berbagai macam informasi yang mereka dapatkan dari negara lain, tanpa disadari telah ikut serta membentuk perilaku remaja kita dan pada akhirnya dapat memengaruhi budaya kita sendiri. Sering kali akhirnya remaja selaku peserta didik mengalami masalah-maslah yang terkait dengan perilaku sopan santun hingga terbawa ke sekolah. Jika terjadi demikian, lalu bagaimana cara yang bisa dilakukan oleh orangtua akademik yaitu guru atau orangtua biologis saat di rumah dalam mengajarkan sopan santun ketika berada di kelas? Berikut tipsnya.
1. Membuat Tata Tertib Kelas
Tata tertib di dalam kelas terlihat sepele namun bisa berdampak pada perilaku jika seluruh anggota kelas bersedia komitmen dan menerima sanksi jika terbukti melanggar. Tata tertib kelas ini bisa juga merupakan tata tertib sekolah yang disesuaikan untuk lingkup yang lebih kecil. Tata tertib kelas ini bisa dibuat dengan media yang dapat menarik perhatian peserta didik, misalnya dengan media kertas karton kemudian ditulis dengan rapi agar terbaca jelas oleh peserta didik yang lain atau bisa menggunakan media lain yang lebih permanen. Aturan dari tata tertib kelas misalnya:
- Berdoa sebelum pelajaran dimulai. Tujuannya adalah dengan berdoa, peserta didik dapat menurunkan emosi-emosi negatif yang terbawa dari rumah sehingga di kelas menjadi lebih tenang.
- Mengucapkan salam setiap kali guru masuk ke dalam kelas dan mengucapkan terima kasih ketika guru sudah selesai mengajar.
- Menjaga kebersihan ruang kelas. Bisa dilakukan dengan cara pengaturan kelompok piket setiap hari.
- Menjaga kebersihan meja kursi kelas. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak mencoret-coret sarana prasarana milik sekolah, sehingga tidak terkesan kotor karena bekas tinta, pensil, cat warna, pita koreksi, ataupun sisa makanan seperti permen karet.
- Wajib meminta izin kepada guru saat ada keperluan keluar kelas. Keperluan apapun saat masih berada di jam pelajaran, peserta didik harus meminta izin terlebih dahulu kepada guru di kelas. Misalnya ke toilet, ke ruang UKS, dan lain-lain.
- Wajib membuat surat izin jika sedang sakit. Surat izin ini sebagai dokumen bukti bahwa peserta didik tidak membolos, dan surat izin wajib dibuat oleh orangtua atau walinya.
- Dilarang menggunakan HP di kelas. Menggunakan HP saat pembelajaran berlangsung dan tanpa izin dari guru merupakan hal yang kurang sopan, sebab peserta didik akhirnya tidak memberikan perhatian saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran.
- Bersuara pelan saat di dalam kelas. Tata tertib ini akan membiasakan peserta didik tidak berteriak-teriak yang tidak perlu, sebab bersuara pelan atau cukup terdengar saja untuk satu ruang kelas itu sudah cukup.
- Tidak makan atau minum di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung.
2. Memberikan Contoh Teladan
Guru di sekolah adalah orangtua akademik bagi peserta didik, oleh karena itu hubungan guru dan peserta didik haruslah harmonis. Dengan demikian peserta didik juga akan melihat dan mencontoh sikap-sikap yang dilakukan oleh para guru. Guru wajib mengingatkan peserta didik apabila dalam berbicara dengan orang lain dirasa kurang sopan. Misalnya kepada guru sendiri, kepada tenaga kependidikan, kepada penjaga sekolah, kepada tamu sekolah, kepada kakak kelas atau adik kelas bahkan kepada teman sebaya.
Susunan tata bahasa ketika sedang bercakap-cakap juga patut dicontohkan, perlu juga peserta didik diajak berkomunikasi dan menggunakan kata-kata positif terhadap lawan bicara. Sangat tidak disarankan guru memberikan label kepada peserta didik saat sedang berbicara, misalnya, “Dasar kamu anak bodoh, soal seperti ini saja tidak bisa mengerjakan!” Hendaknya guru memberikan penguatan kepada peserta didik jika memang belum bisa, misalnya, “Tidak apa-apa saat ini kamu mungkin belum bisa, Ibu sarankan kamu banyak berlatih, ya.”
3. Membiasakan Berkomunikasi Santun Saat di Rumah
Saat di rumah peserta didik sudah berada bersama orangtua biologis mereka. Peran orangtua sangat luar biasa dalam pembentukan perilaku sopan santun yang dapat terbawa oleh anak ketika di lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Children see children do, merupakan kutipan yang tidak berlebihan. Anak akan mencontoh apa yang dilakukan atau pun dituturkan oleh orangtua mereka ketika sedang bercakap.
Sehingga menjadi sangat penting bagi orangtua untuk memperbaiki diri pribadinya agar dapat menjadi teladan bagi anak, misalnya tidak meneriaki anak saat mereka melakukan kesalahan, memberi pengarahan dengan cara yang baik saat menyuruh anak melakukan sesuatu, menjaga intonasi suara ketika sedang bercakap-cakap dengan anak, dan banyak lagi hal positif yang dapat dilakukan.
4. Sopan Santun Saat Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring sudah sangat akrab dengan para peserta didik. Permasalahan bisa muncul ketika guru sedang memberikan penjelasan melalui aplikasi Zoom atau Google Meet, akan lebih sopan ketika guru maupun orangtua mengingatkan anak selaku peserta didik untuk menyalakan kamera saat daring berlangsung. Ini menunjukkan etika kesopanan peserta didik yaitu memberikan apresiasi kepada guru yang sedang mengajar di ruang aplikasi.
Apabila peserta didik ada kebutuhan untuk ke toilet misalnya, guru maupun orangtua dapat mengingatkan mereka untuk izin, hal ini mudah dilakukan sebab pada aplikasi daring biasanya sudah tersedia fitur tertentu yang dapat digunakan sebagai penanda peserta didik perlu untuk menyampaikan sesuatu. Selain itu, peserta didik juga harus belajar menahan diri untuk tidak menuliskan hal-hal yang kurang baik saat guru sedang berbagi layar kepada peserta didik.
Demikian empat cara mengajarkan sopan santun siswa, perlu disadari bahwa sopan santun tidak terbentuk begitu saja di dalam kelas, namun perlu pembiasaan juga ketika berada di rumah. Pembiasaan sederhana bisa dengan tiga kata ajaib yaitu, terima kasih, maaf, tolong. Semoga bermanfaat.