Cara Mencegah Learning Loss di Masa Pandemi
Learning loss bukanlah istilah baru dalam dunia pendidikan, namun akhir-akhir ini istilah ini seringkali mencuat dan dikaitkan dengan situasi kegiatan pembelajaran selama pandemi. Pengertian learning loss menurut The Education and Development Forum (2020) yaitu situasi di mana peserta didik banyak kehilangan pengetahuan dan keterampilan secara umum atau khusus, mengalami kemunduran secara akademis akibat kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses pendidikan.
Para pengamat pendidikan di Indonesia sendiri menyebutkan jika fenomena ini terjadi pada pelajar kita lantaran efek pandemi yang melanda, di mana pandemi tersebut menyebabkan pengajaran yang tidak efektif. Namun faktanya, jika dilihat kembali, sebelum pandemi Covid-19 melanda pun tak sedikit pelajar yang sudah mengalami learning loss, hanya saja mungkin tidak disadari oleh pemerintah, dinas dan guru.
Hanya saja, memang kasus learning loss ini semakin parah dan menghantui pendidikan di Indonesia saat pandemi ini, mengingat proses pendidikan formal terganggu, aktivitas KBM tidak efektif, banyak guru dan siswa yang belum bisa beradaptasi dengan baik, dan lainnya. Dalam setahun ini setidaknya 75% sekolah dari seluruh dunia masih belum membuka kembali pembelajaran tatap muka. Berdasarkan data dari berbagai penelitian, ditemukan tiga masalah pokok akibat sekolah daring atau tidak tatap muka, yaitu:
1. Penurunan Semangat Keinginan Belajar
Selama kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online, tak sedikit siswa yang merasa malas dan tidak peduli dengan perkembangan proses belajar mereka. Penurunan semangat keinginan belajar ini juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi mereka di sekolah. Pasalnya, dengan tidak pergi ke sekolah, banyak siswa yang tidak memiliki alasan dan motivasi yang kuat untuk belajar.
Ketika biasanya guru memberi pengajaran, memperhatikan, dan mengawasi siswa secara langsung di kelas, maka tingkat keinginan belajar siswa relatif lebih terjaga. Lain halnya dengan belajar secara online, karena tidak ada yang mengawasi, biasanya kesadaran belajar siswa pun menurun. Tersisalah orang tua di rumah yang dapat membantu dan meyakinkan siswa untuk semangat belajar.
2. Meningkatnya Kesenjangan
Pembelajaran secara daring juga membuka peluang terjadinya disparitas atau kesenjangan belajar siswa. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena dalam KBM online, siswa perlu memiliki fasilitas belajar yang mumpuni, kuota internet, jaringan stabil dan perangkat yang memadai. Siswa juga perlu dukungan keluarga dan tempat yang nyaman untuk belajar. Hal ini tentu menimbulkan kesenjangan, karena setiap orang pasti memiliki kondisi atau situasi kehidupan yang berbeda.
Tak sedikit peserta didik yang minim fasilitas dan dukungan keluarga yang kurang, membuat mereka kesulitan belajar dan tidak adil jika dibandingkan temannya yang memiliki fasilitas baik. Meski mereka tetap bersemangat dalam belajar, namun tentu ini situasi yang anomali. Kurang efektifnya tes formatif dan ditiadakannya berbagai evaluasi membuat siswa dan guru kehilangan acuan menilai perkembangan keberhasilan pembelajaran.
3. Kemungkinan Putus Sekolah (Drop Out)
Masalah paling fatal selama dilakukannya kegiatan belajar mengajar secara online adalah kemungkinan banyak siswa yang putus sekolah. Ketidakpastian akan waktu kembalinya ke sekolah dan belajar tatap muka membuat siswa bosan dan ingin berhenti sekolah. Pasalnya, tak sedikit orang tua yang menerima hal ini karena mereka berpikir tidak ada kegiatan sekolah, belajar kurang efektif namun siswa tetap harus membayar sekolah.
Alasan lainnya seperti fasilitas yang kurang, kebingungan dalam menghadapi PR atau tugas yang dianggap terus-menerus memberatkan, serta kebosanan membuka jalan bagi siswa yang hidup di tengah keterbatasan lebih memilih bekerja saja untuk meringankan beban keluarga dan dapat menghidupi dirinya sendiri di tengah pandemi.
Tentu ini menjadi keadaan yang sulit, di satu sisi mereka kesulitan mengikuti kegiatan pembelajaran dan di satu sisi mereka sudah duduk di kelas atau tingkat akhir, sehingga waktu dan tenaga yang sudah diberikan dapat terbuang percuma.
Strategi Sekolah Mencegah Learning Loss
Bisa dikatakan kasus learning loss semakin menjadi-jadi di tengah pandemi, karena bukan hanya satu atau dua orang siswa yang mengalaminya, melainkan puluhan bahkan mungkin ratusan. Sekolah memiliki peran penting untuk bisa menjaga siswa-siswinya tetap aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan menjaga semangat meraih ilmu. Ada 2 strategi yang bisa dilakukan sekolah untuk meminimalkan learning loss, di antaranya yaitu:
Optimizing teaching and learning support and resources during school closures.
Sekolah tentu harus memberikan fasilitas bagi guru dan siswa agar dapat melaksanakan KBM dengan optimal. Sekolah perlu mengoptimalkan dukungan dalam bentuk keberagaman sumber belajar, selama sekolah tidak melaksanakan belajar tatap muka. Intinya, kegiatan pembelajaran online tidak mengurangi esensi pembelajaran, termasuk guru dan sekolah bisa tetap memantau sikap dan karakter dan perkembangan belajar siswa.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara-cara seperti:
- Merancang kegiatan pembelajaran yang variatif sesuai dengan kompetensi minat dan bakat siswa, dan memadai jika dilakukan secara online atau pembelajaran jarak jauh.
- Melakukan pendekatan personal lebih intensif pada siswa agar siswa termotivasi untuk tetap terlibat aktif dalam KBM online. Misalnya, dengan rajin mengecek kehadiran siswa, mengusung kegiatan berbasis aktivitas, pendekatan sosial dan pengakraban guru dengan siswa via WhatsApp atau sosial media lainnya.
- Menggunakan pendekatan pembelajaran bagi siswa yang memiliki keterbatasan komunikasi secara online, misalnya penggunaan media pembelajaran melalui TV, modul, atau buku referensi dari perpustakaan.
- Sekolah melakukan koordinasi dan komunikasi secara intensif dengan orang tua siswa untuk meyakinkan bahwa anaknya terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Orang tua juga dapat bekerjasama dalam mengontrol aktivitas belajar anak di rumah.
Offsetting the learning loss when schools reopen
Sekolah juga harus bisa memperbaiki hilangnya minat belajar siswa ketika sekolah dibuka kembali. Pasalnya, rentang waktu yang lama tanpa kegiatan tatap muka akan menimbulkan permasalahan baru, khususnya dalam hal pencapaian pengetahuan dan keterampilan siswa. Untuk mengatasinya, sekolah bisa membuat jam tambahan untuk siswa yang terindikasi tertinggal dalam pelajaran. Hal ini bisa diketahui dari kualitas hasil pembelajaran yang terkumpul. Jika memungkinkan, siswa juga dapat menggunakan sebagian hari libur semester atau libur kenaikan kelas untuk mengejar ketertinggalan mereka.
Itulah beberapa hal mengenai learning loss di masa pandemi serta strategi sekolah untuk menghadapinya. Dengan upaya ini, harapannya guru dan siswa tetap bisa melaksanakan KBM online yang efektif dan optimal.