Bahan Ajar yang Ideal pada Pembelajaran Paradigma Baru
Pembelajaran paradigma baru berorientasi terhadap penguatan kompetensi dan pengembangan karakter peserta didik yang sesuai nilai-nilai Pancasila. Profil pelajar Pancasila dalam pembelajaran paradigma baru akan dibangun dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu melalui budaya di satuan pendidikan, pembelajaran intrakulikuler, projek lintas disiplin ilmu serta pengembangan minat dan bakat.
Dalam pembelajaran intrakulikuler, guru diberikan kebebasan untuk memilih perangkat ajar yang akan digunakan selama dapat menunjang capaian pembelajaran. Perangkat ajar merupakan serangkaian materi yang dapat digunakan guru dalam proses mengajar guna mencapai profil pelajar Pancasila dan capaian pembelajaran yang telah ditentukan.
Perangkat ajar pada pembelajaran paradigma baru dapat berupa buku teks, modul ajar, bahan ajar, modul projek dan lainnya. Sebelum menentukan bahan ajar yang ideal pada pembelajaran paradigma baru, ada baiknya untuk mengetahui konsep bahan ajar terlebih dahulu.
Pengertian Bahan Ajar
Perangkat ajar berisi materi pembelajaran yang akan membahas satu pokok bahasan tertentu baik berbentuk cetak maupun non cetak. Sementara itu bahan ajar dijadikan sebagai alat bantu untuk memudahkan guru dalam pembelajaran di kelas terkait materi dan topik bahasan yang diajarkan pada peserta didik.
Bahan ajar menjadi bagian (material) pendukung dalam modul ajar yang dirancang berdasarkan capaian dan tujuan pembelajaran secara spesifik. Bahan ajar yang ideal pada pembelajaran paradigma baru dapat berbentuk cetak seperti komik, artikel dan infografis serta noncetak berupa audio dan video.
Bahan ajar terdiri dari beberapa jenis diantaranya, sebagai berikut:
1. Referensi Materi
Dalam penyusunan bahan ajar, referensi materi dirancang untuk membantu penjelasan materi secara spesifik kepada peserta didik
2. Latihan/Asesmen
Dalam membuat bahan ajar, latihan/asesmen dirancang untuk melakukan asesmen pada peserta didik terhadap pencapaian hasil belajar. Asesmen yang dilakukan dapat berupa diagnostik, formatif atau sumatif.
3. Instrument Refleksi
Instrument refleksi dirancang sebagai alat bantu refleksi bagi guru dalam meningkatkan cara mengajar yang lebih baik ke depannya serta refleksi bagi peserta didik setelah menerima pembelajaran.
Dalam penyusunan bahan ajar yang ideal pada pembelajaran paradigma baru, terdapat beberapa dokumen yang harus dipenuhi, diantaranya seperti berikut:
1. Dokumen yang Terkait dengan Kurikulum
Bahan ajar yang dirancang tidak boleh melenceng dari dokumen keterkaitan kurikulum seperti tujuan pembelajaran agar guru yang menggunakan bahan ajar dapat memahami tujuan dengan jelas.
Selain itu, bahan ajar juga harus menargetkan karakteristik, kemampuan dan sarana peserta didik dalam menggunakan bahan ajar khususnya untuk asesmen.
2. Dokumen Kelengkapan Kategori Bahan Ajar
Untuk merancang bahan ajar yang ideal pada pembelajaran paradigma baru, guru harus memperoleh informasi lengkap terkait referensi materu yang akan digunakan. Referensi materi ini akan terbagi dalam dua kelompok utama seperti media pembelajaran siap guna, yang dapat diakses guru dalam platfor Merdeka Mengajar.
Selama merancang alat bantu mengajar, guru perlu melengkapinya dengan daftar pustaka/referensi. Referensi materi siap guna dapat berupa teks bacaan (narasi), video maupun audio pembelajaran (melalui youtube/rumah belajar), presentasi, poster/infografis serta buku guru/ peserta didik.
Referensi materi dalam bahan ajar yang kedua adalah media pembelajaran karya mandiri, yang dibuat secara mandiri oleh guru. Dalam merancang alat bantu ajar mandiri, guru harus melengkapi dengan alat dan bahan yang akan digunakan. Selain itu, tata cara pembuatan dengan lengkap juga perlu ditambahkan agar dapat memudahkan guru dalam menerima arahan pembuatan media.
Selanjutnya, cara penggunaan media dan daftar pustaka / referensi yang diperlukan. Referensi media penjelasan dapat dibuat dengan sarana media (daring) maupun secara fisik.
3. Dokumen Kelengkapan Asesmen
Asesmen/latihan dalam bahan ajar dibagi menjadi dua macam yaitu asesmen tradisional dan alternatif
a. Asesmen Tradisional
Asesmen atau latihan tradisional pada umumnya digunakan dalam proses pembelajaran melalui lembar kerja murid yang disertai dengan jawaban berupa pilihan ganda, benar salah, essai atau pun isian singkat.
Dalam paradigma baru, asesmen tradisional dapat dikembangkan sesuai dengan fase pembelajaran peserta didik. Misalnya pada fase fondasi, peserta didik diminta untuk mewarnai Pelangi (lembar mewarnai) selanjutnya diminta untuk menulis huruf A (lembar literasi awal) lalu disajikan beberapa jumlah benda untuk dihitung (lembar numerasi awal).
Asesmen pada fase A-F misalnya dapat diberikan latihan soal pilihan ganda/isian/ essai dan lembar kerja kreatif yang berkaitan dengan topik atau bahasan pembelajaran.
Dalam menyusun asesmen tradisional, beberapa dokumen pelengkap diperlukan seperti lembar kerja yang nantinya akan diisi oleh peserta didik. Selain itu, dokumen berupa panduan penilaian atau kunci jawaban juga sangat diperlukan untuk membantu guru dalam mengisi asesmen dan menginterpretasikan kemampuan masing-masing peserta didik. Terakhir, daftar pustaka/referensi yang dipakai dalam merancang asesmen juga perlu disajikan.
b. Asesmen Alternatif
Berbeda dengan asesmen tradisional, asesmen ini disusun dengan kreatif tanpa terpaku dengan kertas latihan, kegiatan projek, eksperimen, maupun aktivitas kelompok dan kegiatan lainnya.
Contoh asesmen alternatif pada fase fondasi yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran di kelas seperti kartu dan panduan untuk kegiatan belanja, panduan dan lembar perlengkapan untuk kegiatan peserta didik mengenal baju, panduan kegiatan dan penilaian motorik kasar, serta panduan dan penilaian eksperimen sains sederhana.
Contoh asesmen alternatif untuk fase A-F yaitu berupa panduan kegiatan projek murid disertai pula dengan rubrik penilaian atau pun panduan diskusi kelas dan lembar aktivitas siswa. Penyusunan asesmen alternatif juga perlu dilengkapi dengan alat dan bahan untuk melakukan asesmen, panduan pelaksanaan asemen yang akan dilakukan bersama peserta didik, rubrik/panduan penilaian.
Interpretasi guru terhadap kemampuan peserta didik selama pelaksanaan asesmen dapat dibantu melalui rubrik penilaian. Terakhir, daftar pustaka/referensi penunjang yang digunakan dalam merancang asesmen/penilaian.
4. Dokumen Instrumen Refleksi
Instumen refleksi dalam bahan ajar yang ideal pada pembelajaran paradigma baru dibagi menjadi dua kelompok yaitu refleksi guru dan refleksi peserta didik.
a. Refleksi Guru
Refleksi dalam proses pembelajaran memiliki tujuan untuk mengkonfirmasi pencapaian peserta didik dalam belajar. Dengan adanya refleksi guru, maka perbaikan dalam proses pembelajaran dapat diterapkan agar intervensi pembelajaran yang diberikan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
Guru dapat menggunakan referensi lembar refleksi setelah mengajar materi atau topik bahasan tertentu di dalam kelas.
b. Refleksi Peserta Didik
Peserta didik dapat melakukan refleksi pada referensi lembar atau kegiatan refleksi setelah menyelesaikan proses pembelajaran yang diterima dari guru terkait materi dan topik bahasan tertentu. Refleksi peserta didik ini memiliki tujuan memahami perasaan serta respon mereka terhadap pembelajaran yang telah diterima.
Informasi refleksi peserta didik ini juga dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan guru dalam melaksanakan pengajaran ke depan. Dokumen yang melengkapi refleksi guru maupun peserta didik yaitu lembar refleksi dan daftar pustaka /referensi.
Demikianlah penjelasan mengenai bahan ajar yang ideal pada pembelajaran paradigma baru. Semoga informasi ini dapat membantu Anda.